Legenda Futian

Jawaban



Jawaban

1Di dalam jurang itu, Saint Glass membawa Ye Futian dan Xia Qingyuan turun ke bawah. Terdapat banyak roh-roh iblis mengerikan yang menerjang ke arahnya.     
0

Aura pedang dan aura es yang kuat terpancar dari tubuh Saint Glass, tetapi kedua aura itu tidak mampu menghentikan pergerakan dari roh-roh iblis tersebut. Dia telah menyegel Ye Futian dan Xia Qingyuan dengan kekuatan es dan mengubah keduanya menjadi dua patung es.     

*Boom* Tubuh Saint Glass berguncang hebat, dan arus kegelapan muncul di wajahnya yang cantik. Sebuah aura yang mengerikan memasuki pikirannya, berusaha melahap aura spiritualnya.     

Dia tidak berpikiran macam-macam, dan tekadnya sangat kuat serta tak tergoyahkan. Dia terus turun ke bawah, tetapi bayangan yang tak ada habisnya itu terus menerus menyerangnya. Semakin banyak bayangan yang berkumpul dan perlahan-lahan menyelimuti tubuhnya yang indah.     

Pikiran Saint Glass kini menjadi kacau, dan berbagai macam emosi negatif menyerang pikirannya. Pada saat ini, sepertinya dia teringat akan banyak hal dan memikirkan hidupnya selama ini.     

Seharusnya dia menjadi sosok yang didambakan oleh banyak orang, tetapi dia telah mengalami semua hal paling kejam di dunia ini. Setelah itu, dendamnya dibalaskan oleh Ye Futian dan kelompoknya yang membunuh Raja Suci Zhou Agung. Meskipun dia tahu bahwa Ye Futian tidak melakukan hal itu untuknya; namun bagaimanapun juga, dia telah membantunya menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung lama antara dirinya dan Raja Suci Zhou Agung.     

Tetapi setelah perang itu berakhir, dia terluka parah, dan tujuh emosinya telah lenyap. Sekarang dia hidup seperti zombie dan tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.     

Tentu saja, ketika Ye Futian mengundangnya untuk tetap tinggal, dia menyetujui penawarannya, namun hal itu bukan karena dia tidak tahu harus berbuat apa, tetapi karena, meskipun emosinya telah lenyap, ketika dia berada di dekat Ye Futian, terkadang dia bisa merasakan sesuatu.     

Mungkin itu adalah kebencian dan kemarahan yang dipicu oleh penghinaan Ye Futian atau rasa terima kasih yang dia miliki untuk Ye Futian karena telah membalaskan dendamnya. Dia tidak tahu apa sebenarnya emosi yang dia rasakan itu.     

Atau mungkin, itu hanyalah emosi sesaat.     

Apakah ada orang di dunia ini yang ingin hidup seperti zombie? Lagipula, dia masih ingin menjadi orang normal dan bertahan hidup setelah emosinya lenyap, jadi dia memilih untuk tinggal bersama Ye Futian dan kelompoknya, mengikuti mereka, menyaksikan semua peristiwa yang terjadi sebagai seorang pengamat dan juga menyaksikan perkembangan mereka selama ini.     

Pengalaman yang tak terlupakan itu sepertinya telah menjadi bagian dari ingatannya. Bahkan sebagai pengamat, terkadang dia masih merasakan gelombang emosi di dalam hatinya, yang mungkin menunjukkan kepadanya seperti apa kehidupan seseorang pada umumnya.     

Jika dibandingkan dengan mereka, kehidupannya di masa lalu hanya dipenuhi oleh balas dendam dan kebencian. Hidupnya sangat menyedihkan dan membosankan seolah-olah dia menjalani kehidupan yang palsu.     

Meskipun segala sesuatu yang terjadi hari ini tampak menyedihkan, dia tetap merasa tersentuh. Mereka yang berjuang mati-matian, seperti Ye Wuchen yang mencabut pedang raksasa itu, dan Yaya yang mengirimnya ke dalam jurang ini, semua itu menunjukkan kepadanya seperti apa keindahan dari sifat manusia.     

Mungkin seperti itulah kehidupan yang sesungguhnya.     

Terkadang dia merasa iri dan ingin menjalani kehidupan seperti ini.     

Tiba-tiba, sebuah senyuman muncul di kedua matanya yang indah, sesuatu yang belum pernah terlihat selama bertahun-tahun, dan senyuman itu tampak sangat cerah.     

Saat dia tersenyum, air matanya terjatuh, seolah-olah dia akhirnya menemukan jiwanya yang selama ini telah menghilang.     

"Jadi, ini jawabannya," pikir Saint Glass dalam hati. Ketika Yaya menyuruhnya untuk menjemput ajalnya sendiri, dia merasa ragu-ragu. Meskipun dia sempat ragu-ragu, dia tetap menyetujui hal tersebut, namun baru sekarang dia menemukan jawabannya.     

Perasaan ini sungguh menakjubkan.     

Pada saat ini, sebuah aura yang lebih kuat dan lebih banyak dari sebelumnya terpancar dari tubuhnya, dan auranya kini juga sedang disucikan. Kekuatan Hukum miliknya menjadi semakin kuat, dan aura yang terpancar dari tubuhnya melesat ke atas langit.     

Saat ini, Saint Glass telah mematahkan belenggu di dalam hatinya selama bertahun-tahun dan memasuki tingkat Flawless Holiness.     

Tapi apa gunanya mencapai tingkat Plane baru pada situasi seperti ini?     

Setidaknya di saat-saat terakhir hidupnya, dia telah menemukan jawaban untuk dirinya sendiri, yang membuat dirinya merasa cukup puas.     

Dia memancarkan aura yang kuat, menjaga pikiran dan aura spiritualnya untuk menghadapi serangan dari roh-roh iblis yang tak ada habisnya. Meskipun dia mungkin akan mati di sini, setidaknya dia ingin memberikan perlawanan. Dia tidak akan menunggu kematiannya datang begitu saja.     

Dia akan berusaha semaksimal mungkin dan mengikuti jalannya takdir.     

Roh-roh iblis yang tak terhitung jumlahnya itu tampaknya telah muncul di dalam benaknya, sambil memamerkan taring dan cakar mereka untuk membuatnya merasa goyah. Untuk sesaat, pemandangan-pemandangan yang mengerikan muncul di dalam benaknya. Dia bisa melihat pemandangan dari reruntuhan perang yang mengerikan kala itu.     

Kemudian tubuhnya terjatuh hingga dia perlahan-lahan kehilangan kesadaran. Setelah waktu berlalu cukup lama, dia jatuh ke bagian dasar dari jurang tersebut.     

Ye Futian dan Xia Qingyuan mengalami hal yang sama. Mereka terlihat seperti dua patung es, jatuh ke dalam jurang kegelapan yang tak berdasar ini.     

Patung es Ye Futian kini telah terlepas dari kendali Saint Glass. Lapisan es yang menyegel tubuhnya meleleh sedikit demi sedikit, dan setelah terdengar suara retakan, patung es itu hancur. Bulu mata Ye Futian berkedut di dalam lapisan es tersebut, dan bayangan mengerikan yang tak terhitung jumlahnya langsung menerjang ke arahnya.     

Pada saat ini, di dalam tubuh Ye Futian, untaian cahaya suci terpancar keluar dan menyelimuti tubuhnya. Beberapa cabang dan dedaunan dari pohon kuno bahkan telah menjalar hingga mencapai tubuh Xia Qingyuan, menyelimuti tubuh Xia Qingyuan di dalamnya.     

Dia ingin mengetahui kondisi dunia luar dan memperluas cakupan wilayah dari cabang-cabang pohon kuno itu menuju Saint Glass, tetapi pada saat ini dia tampaknya masih sangat lemah, kekuatannya telah terkuras habis. Dia bisa merasakan bahwa Saint Glass tampaknya sedang berjuang matian-matian melawan roh-roh iblis tersebut; Saint Glass kini semakin menjauh darinya.     

Dia tahu bahwa dia tidak dapat membantu Saint Glass.     

Tanpa berpikiran macam-macam, Ye Futian menyuruh dirinya sendiri untuk tidur pulas.     

Di dalam jurang itu, jauh di dalam kegelapan, sepasang mata semerah darah yang sangat mengerikan terbuka lebar, tetapi kemudian sepasang mata itu menghilang dalam sekejap, seolah-olah mereka tidak pernah muncul.     

Waktu berlalu dengan lambat. Aura yang tersegel di dalam jurang ini telah berada di sini dalam waktu lama. Mereka terus menerus menerjang keluar, berusaha melahap tubuh Ye Futian dan Xia Qingyuan, dan tentu saja Saint Glass.     

Selain hal itu, hanya ada kesunyian di dalam jurang tersebut.     

Di luar jurang itu, tepatnya di bagian tepi jurang, Ye Wuchen terbaring di permukaan tanah, sambil mengerang kesakitan. Rapalan Buddha bergema di area itu dan terus mengalir ke dalam telinganya. Aura dari Hukum Buddha menyelimuti tubuhnya dan terus menerus memengaruhi pikirannya, berusaha menenangkan sarafnya.     

*Ahhhhhhhhhhhhhhhh* Suara teriakan terdengar dari mulut Ye Wuchen, yang terdengar seperti raungan seekor monster daripada suara manusia. Kedua matanya bersinar dengan cahaya semerah darah, dan dia tampak kesulitan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Dia memandang ke arah Yu Sheng dengan mata berdarahnya yang dipenuhi dengan keinginan membunuhnya yang mengerikan.     

Namun, sepertinya Yu Sheng tidak bisa merasakannya sama sekali. Dia masih duduk di tempatnya, sambil merapalkan sutra.     

Setelah dia selesai berkultivasi di Wilayah Vajra, Yu Sheng tidak memfokuskan diri untuk berkultivasi dalam Hukum Buddha, apalagi fokus pada merapalkan sutra.     

Namun, pada saat ini, dia terlihat sangat khidmat, seperti seorang Buddha, yang terus-menerus merapalkan sutra, berusaha membuat Ye Wuchen menenangkan dirinya.     

Dia mengetahui seperti apa penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh Ye Wuchen, karena dia juga pernah mengalaminya, tetapi sebelumnya, Ye Wuchen telah mencabut pedang itu dengan kedua tangannya dan diserang oleh aura iblis yang tak berbatas, sehingga apa yang dialami oleh Wuchen jauh lebih buruk darinya. Ye Wuchen menerima tekanan yang tidak pernah dibayangkan oleh siapa-pun.     

*Boom* Disertai dengan suara teriakan, Ye Wuchen berdiri dari tempatnya, dan sebuah arus kegelapan yang mengerikan menyelimuti tubuhnya, seolah-olah dia telah berubah menjadi iblis. Dia menatap Yu Sheng dengan sepasang mata semerah darah, lalu dia mengangkat telapak tangannya, dan mengerahkannya ke kepala Yu Sheng.     

Yu Sheng membuka matanya. Sepasang matanya yang terlihat seperti lonceng perunggu tampak sangat tenang. Rapalan sutra dari mulutnya terus menerus memasuki telinga Ye Wuchen. Melihat sepasang mata yang jernih dan dalam itu, Ye Wuchen menghentikan tindakannya.     

Namun pada akhirnya, dia mengayunkan lengannya ke arah Yu Sheng dan setelah terdengar suara keras, Yu Sheng terlempar ke udara, tetapi tubuhnya langsung melesat dan kembali ke posisinya semula. Segel Buddha berwarna emas 卍 tidak pernah berhenti mengalir dari mulutnya. Kemudian dia berjalan di depan Ye Wuchen, sambil menatapnya dan berkata,     

"Semenjak kau ikut bersama kami dari Kerajaan Cangye kala itu, kau sudah melalui banyak cobaan. Tidak bisakah kau melewatinya kali ini?" sebuah suara memasuki gendang telinga Ye Wuchen. "Kau adalah seorang pendekar pedang, seorang kultivator dengan hati yang murni untuk ilmu pedang. Kau dapat memerangi semua kejahatan yang ada di dunia ini. Jangan lupa, Chenyu masih menunggumu."     

Suara Yu Sheng begitu memekakkan telinga. Ye Wuchen mendengar suaranya dan tubuhnya bergetar, tetapi aura di sekitarnya masih bergejolak.     

"Pedangmu belum memenggal semua kepala iblis di dunia ini bersama kami," ujar Yu Sheng. Ye Wuchen memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Pikirannya akan menjadi kacau, auranya telah diambil alih seolah-olah dia telah dikuasai oleh semua emosi negatif dari roh-roh iblis itu, dan akhirnya menjadi sosok yang menyerupai seorang iblis.     

Tapi Yu Sheng selama ini telah mendampinginya. Jika Yu Sheng tidak membantunya, mungkin dia sudah lepas kendali.     

Akhirnya dia menggeram dengan keras, kemudian dia jatuh terlentang; tubuhnya masih bergetar seolah-olah dia sedang menahan rasa sakit yang tak ada habisnya.     

Banyak aura iblis menerjang ke arah Yu Sheng. Tatapan mata Yu Sheng tampak sangat dingin, dan aura sang Buddha menyelimuti tubuhnya. Meskipun aura iblis ini sangat kuat, namun mereka tidak akan bisa mempengaruhi pikiran Yu Sheng.     

Tidak jauh dari mereka berdua, sekujur tubuh Sword Saint diselimuti oleh kekuatan iblis. Aura yang mengerikan dari Hukum iblis mengeluarkan suara keras. Sword Saint mencengkeram pedang iblis yang tertancap di permukaan tanah. Baik dirinya maupun Yaya diselimuti oleh awan iblis yang mengerikan.     

Di luar area yang luas dan tak berbatas ini, sekelompok kultivator berdiri di sana sambil memandang ke arah mereka.     

Sosok yang memimpin kelompok itu adalah Qin Xuangang, dan orang-orang di sekitarnya adalah para kultivator yang belum datang kemari karena pertempuran yang terjadi sebelumnya; Zhu Zhao juga ikut bergabung dengan mereka.     

Di depan mereka, medan pertempuran sebelumnya sudah tidak lagi terlihat, diselimuti oleh kabut kegelapan yang mengandung aura yang sangat mengerikan di dalamnya.     

"Guru, apakah mereka akan baik-baik saja?" Mu Chunyang, yang berada di sebelahnya bertanya dengan khawatir. Aura itu sangat mengerikan. Dia bisa merasakan ancaman yang kuat dari aura itu meskipun dia hanya berdiri di bagian tepinya.     

"Mereka akan baik-baik saja. Mereka semua adalah orang-orang dengan keberuntungan yang luar biasa, dan takdir mereka tidak akan berakhir di sini," ujar Qin Xuangang. "Kita hanya bisa menunggu."     

"Ya," jawab Mu Chunyang sambil mengangguk pelan. Kemudian tatapan matanya menjadi dingin, dan dia berkata, "Istana Surgawi Violet benar-benar kejam. Bahkan sang Pemimpin Tertinggi mereka juga ikut mengepung Ye Futian. Jika Ye Futian mampu selamat dari masalah ini, dia tidak akan bisa membiarkan semua ini berlalu begitu saja."     

Qin Xuangang tidak berkomentar apa-apa, tetapi dia tahu seperti apa kepribadian Ye Futian. Kala itu, Ye Futian berani memalsukan identitasnya sebagai Pendekar Ketujuh di Dinasti Dali untuk membunuh Li Yao, tetapi dia bisa saja pergi meninggalkan Dinasti Dali karena dirinya dan mengatur rencana untuk membunuh Li Yao.     

Jika kali ini Ye Futian mampu bertahan hidup, meskipun Pemimpin Tertinggi itu berasal dari Istana Surgawi Violet, Ye Futian tetap akan membalaskan dendamnya sampai dia mati!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.