Legenda Futian

Teka-Teki



Teka-Teki

1Setelah Klan Tikus Ungu-emas mundur, para kultivator dari Dinasti Heavenly Mandate dan Celestial Gate of Vast Heaven saling menatap satu sama lain. Seolah-olah kobaran api perang yang tak berbentuk telah menyelimuti seluruh tempat.      1

"Kalian semua masih berada di Paviliun Xuantian, dan aku mohon kalian semua untuk menahan diri." Pada saat ini, terdengar sebuah suara di suatu tempat. Para kultivator bisa merasakan kekuatan yang dahsyat tersebut, yang berasal dari Dewi Xuantian.     

"Maafkan kelancangan kami, dewi." Lin Yue dari Istana Divine Shangxiao membungkuk hormat ke udara. Bagaimanapun juga, saat ini mereka berada di dalam Paviliun Xuantian dari Brahma's Pure Sky, dan tindakan mereka untuk saling menyerang satu sama lain tanpa mempedulikan peraturan yang berlaku jelas tidak sopan.     

Dengan kemunculan sang Dewi yang turun tangan secara pribadi, mereka tidak mungkin bisa melanjutkan pertarungan.     

Para murid dari Istana Divine Shangxiao menatap orang-orang dari Celestial Gate of Vast Heaven. Yan Sui memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Aku berharap bisa mendapatkan bimbingan darimu lagi jika ada kesempatan di masa depan, Tuan Ye."     

Kemudian dia berbalik dan pergi setelah mengatakan hal tersebut.     

Sesi pertarungan dengan menggunakan seni musik yang dia ajukan kepada Ye Futian membuatnya kalah dari lawannya tersebut, dimana dia berhasil dipojokkan oleh sebuah alat musik iblis karena dia terlalu percaya diri pada dirinya sendiri. Meskipun dia memang telah dijebak oleh Ye Futian, dia tetap salah. Ye Futian telah memberitahu Yan Sui bahwa dia akan menggunakan sebuah guqin tingkat Renhuang, namun Yan Sui tidak mempedulikannya.     

Karena itulah, dia akhirnya dikalahkan oleh lagu iblis dari guqin tersebut dalam sekejap.     

Ditambah lagi, tindakan Ye Futian yang mengalahkan orang-orang dari Klan Tikus Ungu-emas juga memaksanya untuk menilai kembali kemampuan bertarung yang dimiliki oleh Ye Futian. Bukan hanya dia yang berpikiran seperti itu, karena semua orang dari Istana Divine Shangxiao mungkin telah meremehkan kultivator jenius dari Dunia Heavenly Mandate tersebut.     

Orang-orang dari Istana Divine Shangxiao berbalik dan pergi satu per satu. Yi Tianyu juga memandang ke arah Ye Futian saat dia berpapasan dengannya, yang sepertinya memiliki makna tersendiri di balik tindakan tersebut.     

"Ayo kita pergi," ujar Ye Futian dengan suara pelan. Semua orang berbalik dan pergi menuju istana tempat mereka menginap.     

Setelah itu, suasana di Paviliun Xuantian kembali sunyi seperti semula.     

Malam telah tiba, dan langit berwarna biru tua di atas Paviliun Xuantian menyelimuti seluruh tempat dengan kemegahannya. Ye Futian berlatih dengan tenang di dalam istana, namun pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan.     

Saat ini, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Ye Futian membuka matanya dan berkata, "Silahkan masuk, Dewi Qin."     

Seseorang menghampirinya setelah dia mengatakan hal tersebut. Qin He mengenakan jubah dan datang kemari sendirian di malam hari, sosoknya tampak kesepian.     

Qin He tiba di hadapan Ye Futian, lalu tersenyum dan bertanya, "Apakah aku mengganggu latihanmu, Tuan Ye?"     

Ye Futian tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Saya juga sedang memikirkan sesuatu, bahkan saya berniat untuk mengunjungi anda."     

"Yah, sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama." Qin He tersenyum tipis dan duduk dengan tenang di hadapan Ye Futian. Rambutnya yang berwarna hitam legam menjuntai di pundaknya, dan kulitnya tampak lebih halus dan bercahaya di bawah sinar bulan, membuatnya benar-benar terlihat seperti seorang dewi yang berada di luar jangkauan manusia.     

Ye Futian tersenyum setelah mendengar kata-kata Qin He, hatinya terasa hangat. Qin He menatap wajahnya yang tampan dan memilih untuk duduk dan terus menatapnya.     

"Apakah saya setampan itu?" ujar Ye Futian dengan nada bercanda.     

"Ya." Qin He mengangguk dan melanjutkan kata-katanya, "Ketampananmu memang sangat langka di dunia kultivasi."     

"Sayang sekali seseorang tidak bisa hanya mengandalkan penampilan untuk meraih kesuksesan di dunia kultivasi. Kalau tidak, saya tidak perlu berlatih dengan giat," ujar Ye Futian sambil tersenyum.     

Qin He tersenyum berseri-seri padanya, tetapi tidak lama kemudian senyuman itu menghilang. Dia menatap mata Ye Futian dan bertanya, "Aku mendengar informasi bahwa Jinyi datang mengunjungimu sebelumnya?"     

"Ya." Ye Futian mengangguk.     

"Apa yang dia katakan?" tanya Qin He.     

"Tidak banyak." Ye Futian tersenyum dan melanjutkan kata-katanya, "Lagipula ada banyak hal yang bisa saya tebak, bahkan jika dia tidak mengatakan apa-apa."     

Qin He terus menatap mata Ye Futian setelah mendengar apa yang dia katakan. Sebuah senyuman hangat terlihat di matanya yang dalam, yang juga terlihat bijaksana.     

Qin He tahu bahwa Ye Futian tidak berbohong.     

Bahkan jika mereka tidak mengatakan apa-apa, mereka tampaknya benar-benar mengetahui apa yang mereka pikirkan satu sama lain.     

Perasaan itu adalah sesuatu yang hanya dialami antara belahan jiwa, dan rasanya begitu misterius.     

"Aku dikirim untuk berlatih di Brahma's Pure Sky ketika aku masih sangat muda, dan menjadi sang Permaisuri selalu menjadi impianku. Aku berharap bahwa aku bisa menciptakan era sendiri suatu hari nanti, dan menjadi tokoh panutan bagi semua kultivator wanita di dunia ini. Itu adalah impian yang berusaha kucapai selama bertahun-tahun."     

Qin He mulai berbicara tentang hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan dengan apa-pun, tetapi Ye Futian memilih untuk mendengarkan kata-katanya dengan tenang.     

"Latihan yang kujalani sepanjang tahun sangatlah sulit. Aku telah mengalahkan banyak orang dan menjadi seorang dewi di Brahma's Pure Sky. Sekarang aku dikenal sebagai sang Virgin nomor satu, dan kini aku selangkah lebih dekat untuk mencapai impianku. Adapun masalah terkait rekan spiritual, itu adalah sesuatu yang tidak pernah terbesit di pikiranku."     

Ye Futian bisa memahami perasaannya. Qin He adalah seorang wanita yang memiliki fokus utama untuk mengembangkan kultivasinya. Akan tetapi, para petinggi dari Brahma's Pure Sky tiba-tiba ingin dia menikahi seseorang, sehingga jauh di dalam lubuk hatinya, dia menolak gagasan tersebut. Pola pikir seseorang pasti akan sangat stabil semenjak seseorang mampu memasuki tingkat Saint Plane. Bahkan jika seseorang bertemu dengan sosok yang mereka sukai, keyakinan mereka tetap tidak tergoyahkan, karena keyakinan itu telah mereka pegang teguh sejak lama.     

Qin He memandang Ye Futian saat dia berkata sambil tersenyum, "Kau memiliki penampilan yang tak tertandingi, dan bakatmu tak ada duanya, Tuan Ye. Bahkan hanya segelintir orang di seluruh penjuru Dunia Heavenly Mandate yang dapat dibandingkan denganmu. Jika aku bertemu denganmu ketika aku masih muda, mungkin aku benar-benar mengajakmu berkencan dan ingin mendampingimu."     

Nada bicaranya terkesan bercanda, namun pada kenyataannya, itu memang isi pikirannya yang sesungguhnya. Qin He benar-benar menyukai Ye Futian, tapi dia tidak ingin melihat mereka berakhir seperti itu.     

"Dewi, jika anda terus menghujani saya dengan pujian, saya bisa menjadi besar kepala." Ye Futian tersenyum dan menambahkan, "Anda juga memiliki kecantikan yang langka, Dewi Qin. Bahkan jika anda dibandingkan dengan semua orang di seluruh penjuru Dunia Heavenly Mandate, sepertinya orang-orang seperti anda jarang sekali ditemui. Saya juga merasa sangat senang bisa memiliki teman baik seperti anda."     

"Teman baik, ya?" Qin He memandang Ye Futian dan tersenyum sambil berkata dengan suara pelan, "Ini sungguh luar biasa, dan aku juga sangat senang bisa mengenalmu."     

"Begitu pula dengan saya, Dewi." Ye Futian mengangguk.     

Kemudian Qin He berdiri dari tempatnya sambil tersenyum, lalu menatap bulan sabit di atas langit, dan berkata dengan suara pelan, "Kurasa memiliki kekurangan memiliki daya tarik tersendiri."     

Tidak lama kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu, dan Ye Futian tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia bahkan tidak mengantar Qin He pergi. Dia hanya mengamati sosok cantik itu hingga menghilang dari pandangannya.     

Setelah Qin He pergi, Ye Futian bertanya, "Sudah puas mengintip kami?"     

*Uhuk, Uhuk* Satu sosok berwajah tampan muncul tanpa memandang ke arah Ye Futian, yang berjalan melewatinya dan berkata dengan suara pelan, "Tidak usah pedulikan aku, aku hanya lewat..."     

Ye Futian memandang ke arah Hua Qingyun, dan pada saat itulah dia benar-benar menyadari bahwa sang penerus berwajah tampan dari Klan Hua di Celestial Gate of Vast Heaven ini memang tak tahu malu.     

"Seorang pria dan wanita berduaan di tengah malam. Tidak ada rayuan dan perbincangan kalian dipenuhi dengan teka-teki. Hah, ini membosankan," gumam Hua Qingyun saat dia pergi sambil menggelengkan kepala, sepertinya dia merasa bahwa pemandangan itu sangatlah menyedihkan. Hal ini membuat Ye Futian tercengang.     

Setelah itu, Ye Futian pergi ke tempat lainnya. Terdapat seseorang yang sedang duduk bersila di sana. Cahaya bulan menyinari jubah pria itu, sehingga membuatnya tampak agung dan menakjubkan.     

Pria itu membuka matanya dan memanggil Ye Futian ketika pemuda itu berjalan menghampirinya. "Futian," ujarnya.     

"Guru." Ye Futian tiba di hadapan Qin Xuangang dan berkata, "Saya membutuhkan bimbingan anda."     

"Terkait masalah dengan Qin He, kurasa?" tanya Qi Xuangang.     

"Ya." Ye Futian mengangguk dan melanjutkan kata-katanya, "Saya merasa bingung bagaimana saya sebaiknya menentukan pilihan kali ini, dan apakah pilihanku itu tepat atau tidak."     

"Aku bisa memahami pemikiran kalian berdua secara garis besar. Kalian berdua memiliki keyakinan tersendiri. Jadi apa yang kau permasalahkan?" tanya Qin Xuangang.     

"Saya ingin tahu apakah tindakan saya terlalu egois, dan apakah hal itu akan membawa hasil yang buruk nantinya," jawab Ye Futian.     

"Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memiliki takdir tersendiri, dan semuanya saling berhubungan satu sama lain. Semua hal yang telah terjadi memiliki sebab dan akibatnya sendiri. Namun, tidak ada seorang-pun yang bisa meramalkan masa depan, jadi bagaimana caranya kau bisa mengetahui apakah pilihanmu akan membawa hasil yang buruk? Jika kau memilih jalur lain, apakah hasil akhinya pasti akan bagus?"     

Kemudian Qin Xuangang melanjutkan kata-katanya, "Situasi ini sama seperti apa yang terjadi di Dinasti Dali bertahun-tahun yang lalu. Keputusanmu untuk pergi memang tepat, tetapi apakah segala sesuatu yang terjadi setelahnya berjalan sesuai harapanmu?"     

Ye Futian memilih untuk meninggalkan Dinasti Dali tanpa membunuh Li Yao, namun Prince Regent tetap mengejarnya, dan pada akhirnya Yan Yuan menyelamatkannya kala itu. Akibatnya, para petinggi dari Dinasti Dali mencurigai Penasihat Kekaisaran, yang menyebabkan serangkaian peristiwa terjadi sesudahnya.     

"Kalau dipikir-pikir, keputusanmu memang yang terbaik. Seorang pria hanya mampu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan hidup dengan hati nurani mereka sesuai pilihan yang mereka buat. Terlepas dari apa yang akan terjadi di masa depan, kita tidak perlu memiliki penyesalan. Apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah berusaha semaksimal mungkin, alih-alih mengkhawatirkan masa depan," ujar Qin Xuangang.     

Ye Futian bisa merasakan beban di pundaknya terangkat setelah mendengar apa yang dikatakan gurunya. Kemudian dia menjawab, "Saya mengerti."     

"Pergilah," ujar Qin Xuangang, dan Ye Futian pergi setelah mengangguk pelan. Qin Xuangang kembali memejamkan matanya untuk berlatih setelah Ye Futian pergi. Cahaya bersinar dari tubuhnya saat dia menyatu dengan Jalur Agung.     

Ye Futian berhenti memikirkan hal lain setelah dia kembali ke kediamannya dan memilih memejamkan matanya untuk berlatih.     

Malam yang sunyi itu terasa sangat lama, dan Paviliun Xuantian juga tampak sangat sunyi. Para kultivator dari berbagai macam pasukan berlatih dengan tenang, sambil menunggu fajar datang.     

Besok, Qin He akan menentukan pilihannya.     

Lagipula, dia tidak bisa membiarkan para kultivator itu terus berharap.     

Ye Futian memasuki kondisi mistis di tengah malam. Seolah-olah dia terbawa dalam kultivasinya sehingga dia berubah menjadi sebuah patung, namun dia bisa merasakan auranya menyebar ke segala arah, memungkinkan dirinya untuk melihat segalanya.     

Pada saat itu, satu sosok muncul di dalam pikirannya saat dia sedang berlatih. Sosok itu muncul secara tiba-tiba.     

Wajah dari sosok itu sudah tidak asing lagi baginya. Apa yang terjadi di dunia luar nyaris tidak bisa mempengaruhinya ketika dia sedang berlatih, namun ketika sosok itu muncul, hatinya berdebar kencang. Seolah-olah dia telah dihantam oleh sesuatu.     

"Jieyu," Ye Futian mengucapkan satu kata. Matanya tiba-tiba terbuka. Seolah-olah dia berusaha keluar dari kondisi mistis itu secara paksa. Sosok yang muncul di dalam pikirannya itu perlahan-lahan menjadi samar dan akhirnya menghilang. Seolah-olah sosok itu tidak pernah muncul sebelumnya.     

Dia melesat ke udara, dan tatapan matanya tampak mengerikan. Dia memeriksa tempat itu dengan auranya ke segala arah.     

Meskipun ada kemungkinan bahwa fenomena itu terjadi karena dia merindukan Jieyu, namun tingkat Plane-nya saat ini memungkinkan dirinya untuk membedakannya. Ketika hal yang sama terjadi sebelumnya, dia mengira hal itu terjadi karena aura spiritualnya sedang tidak stabil, sehingga menyebabkan munculnya halusinasi.     

Apakah dia kembali berhalusinasi?     

Tidak mungkin.     

Brahma's Pure Sky. Fenomena ini pasti ada hubungannya dengan tempat itu.     

Sebelumnya, dia mengejar sosok itu, dan akhirnya dia tiba di tempat dimana Qin He berada, yaitu sebuah tempat latihan di Brahma's Pure Sky. Paviliun Xuantian, tempat dia berada saat ini, juga berada di dalam wilayah Brahma's Pure Sky.     

Kala itu, Jieyu meninggal dunia karena dia memanggil aura sang Permaisuri dari Brahma's Pure Sky.     

'Benarkah Jieyu masih hidup dan berada di suatu tempat di dalam Brahma's Pure Sky?'     

'Kalau tidak, bagaimana caranya dia bisa muncul di dalam pikiranku dua kali?' dia bertanya-tanya dalam hati.     

Tapi kembali lagi, dia merasa bingung mengapa dia tidak menemukan siapa-siapa kemanapun dia pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.