Legenda Futian

Tekad



Tekad

0Banyak orang yang berada di bawah Paviliun Xuantian tampak sedikit terkejut saat mengetahui bahwa sebuah pertempuran sedang terjadi di Paviliun Xuantian.     0

Seharusnya hari ini merupakan hari dimana Qin He akan memilih rekan spiritualnya. Mengapa justru terjadi pertempuran lainnya?     

Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah, sosok dewi itu digunakan dalam sebuah teknik milik Brahma's Pure Sky, dan sosok yang terlihat seperti dewa itu merupakan bagian dari teknik tertinggi milik Dinasti Heavenly Mandate.     

"Sosok yang berdiri di atas langit itu adalah Dewi Qin He," ujar seseorang.     

"Sementara sosok lainnya adalah Yi Tianyu," orang lain juga menimpali.     

Qin He dan Yi Tianyu sedang bertarung di atas sana.     

Hati banyak orang berdebar kencang. Apakah Qin He dan Yi Tianyu benar-benar sedang bertarung?     

Mungkinkah itu merupakan ujian terakhir dari Qin He untuk Yi Tianyu?     

Orang-orang menatap langit di atas Paviliun Xuantian dan menyaksikan aliran udara yang mengerikan itu naik perlahan-lahan. Dua sosok yang tak tertandingi telah muncul di atas Paviliun Xuantian. Orang-orang dapat melihat mereka bertarung, dan sama seperti dugaan mereka, dua sosok ini adalah Qin He dan Yi Tianyu.     

'Apakah mereka sudah gila?' banyak orang berpikir dalam hati, jantung berdegup kencang saat mereka mengamati situasi di atas medan pertempuran. Teknik Divine Sword of Cleansing dan Divine Picture of Heavenly Mandate sudah semakin dekat satu sama lain. Akhirnya, dua sosok itu bertabrakan sambil menggunakan teknik tertinggi masing-masing. Ini bukan lagi sebuah sesi latihan yang sederhana, melainkan sebuah pertempuran yang sesungguhnya.     

"Aku ingat terakhir kali ketika semua pasukan berusaha memasuki Matriks Xuantian, hal yang sama juga terjadi kala itu," banyak orang berbincang-bincang satu sama lain, namun tatapan mata mereka tetap tertuju ke arah medan pertempuran yang berada di atas langit.     

Cahaya suci bersinar terang, dan kekuatan dari Jalur Agung turun dari atas langit. Pertempuran mereka menjadi semakin sengit, dan orang-orang menyadari bahwa Yi Tianyu menjadi semakin serius, penampilannya terlihat seperti seorang dewa sejati. Setiap serangan yang dia lancarkan begitu mengejutkan. Meskipun Qin He juga sosok yang kuat, dia mampu dipojokkkan oleh Yi Tianyu.     

Pada akhirnya, cahaya suci dari seluruh penjuru langit bersinar dan ditembakkan menuju tubuh Qin He. Tidak lama kemudian, cahaya itu mendarat di tubuh Qin He dan terhempas ke kejauhan, tubuhnya yang rapuh itu tampaknya telah ditembus oleh cahaya suci. Darah mengalir dari bibirnya yang berwarna merah merona.     

'Mengapa Yi Tianyu menyerangnya dengan kekuatan penuh?' banyak orang berpikir dan hati mereka berdebar kencang. Mereka tidak lupa mengenai tujuan sang Putra Mahkota dari Dinasti Heavenly Mandate untuk datang kemari. Dia datang kemari untuk menikah dengan Qin He.     

Namun pada saat ini, dia melukai Qin He. Semua orang menganggap pertempuran ini berjalan terlalu sengit dan akan melukai hubungan di antara mereka berdua.     

Kecuali ada sesuatu yang telah terjadi di atas sana... Tetapi mereka tidak tahu apa-apa.     

Pada saat ini, di atas Paviliun Xuantian, ekspresi para kultivator yang ikut menyaksikan pertempuran itu juga tampak serius dan menatap ke arah medan pertempuran yang berada di atas langit.     

Keduanya tampak diselimuti oleh cahaya di sekujur tubuh mereka. Yi Tianyu bermandikan cahaya suci, dan kekuatan dari Jalur Agung terus menerus mengalir ke dalam tubuhnya. Seolah-olah dia telah menjadi seorang dewa sejati.     

Di sisi lain, temperamen Qin He tampak seperti seorang dewi abadi, namun pada saat ini, dia terluka. Tidak ada perubahan ekspresi di kedua matanya, dan dia masih menatap ke arah Yi Tianyu.     

Yi Tianyu juga menatapnya dengan sepasang mata berwarna emas yang dipenuhi dengan daya tembus yang dahsyat. Pada awalnya, dia hanya bermaksud untuk berlatih, tetapi Qin He menyerangnya tanpa ampun dan bertarung dengan kekuatan penuh, jadi dia harus memperlakukan pertempuran ini dengan serius. Melihat cara bertarung yang ditunjukkan oleh Qin He, dia bisa memahami sesuatu.     

Pada saat ini, meskipun Yi Tianyu masih terlihat tenang, hatinya terasa sedikit gelisah. Karena Qin He sendiri yang memintanya untuk bertarung, maka dia harus melakukannya.     

"Apakah ini sudah cukup?" Yi Tianyu bertanya pada Qin He.     

Qin He melangkah ke depan dan menyeka darah dari sudut mulutnya. Dia masih memiliki sebuah senyuman di wajahnya, dan pakaiannya berkibar di udara saat dia berkata, "Yang Mulia memang sosok yang tak tertandingi, tapi saya masih sanggup bertarung dengan anda."     

Setelah dia selesai berbicara, cahaya suci bersinar dari atas langit, dan semakin banyak bayangan Dewi yang muncul di sekelilingnya. Tiba-tiba, para Dewi itu mengayunkan tangannya pada saat yang bersamaan, dan area yang luas itu telah diselimuti di dalamnya.     

Hawa dingin terlintas di mata Yi Tianyu setelah dia menyaksikan pemandangan tersebut, dan dia berkata, "Karena Dewi ingin melanjutkan pertarungan, maka saya harus menuruti keinginan anda."     

Baju zirah yang menyelimuti tubuhnya bergerak bersama hembusan angin. Yi Tianyu mengangkat jarinya dan menekannya ke arah langit. Dalam sekejap, langit dan bumi bergemuruh, dan cahaya pembunuh yang terbentuk dari Qianqiu Brush menyelimuti langit saat tubuh aslinya bergerak ke depan di antara aliran udara penghancur ini. Dia hanya mengambil satu langkah ke depan dan tiba-tiba muncul di hadapan Qin He, kemudian dia mengerahkan telapak tangannya yang seperti dewa ke depan.     

Jalur Agung bergejolak, dan langit ikut berguncang. Telapak tangan Yi Tianyu mengeluarkan puluhan ribu sinar cahaya suci, dan tubuh Qin He tampak diselimuti oleh sosok sang Dewi. Dewi itu mengayunkan pedangnya dan bertabrakan dengan jejak telapak tangan sang dewa, dan suara gemuruh yang dihasilkan terdengar seolah-olah Jalur Agung akan runtuh. Semua lengan di tubuh sang Dewi meledak dan hancur hingga akhirnya cahaya suci itu juga menembus tubuh Qin He. Kali ini, kekuatannya lebih dahsyat dari serangan sebelumnya.     

Qin He terhempas ke belakang. Tubuhnya tertekuk, dan wajahnya menjadi pucat. Butuh waktu lama baginya untuk menghentikan dorongan dari serangan tersebut.     

Pertempuran telah berakhir. Tidak ada suara yang terdengar di atas Paviliun Xuantian kecuali suara gemuruh dari aliran udara Jalur Agung.     

Semua orang memandang ke arah Qin He. Pada saat ini, mereka juga memahami sesuatu.     

Virgin nomor satu dari Brahma's Pure Sky itu tampaknya sedang mengekspresikan sikapnya dengan cara ini, dan dia tidak ingin menikah dengan Yi Tianyu.     

"Qin He," Dewi Xuantian memandang ke arah Qin He dan berkata dengan nada dingin, "Sudah cukup."     

Qin He mengangkat kepalanya, dan sebuah senyuman cerah muncul di wajahnya yang pucat, tapi senyuman ini membuat orang-orang merasakan kesedihan. Tampaknya ada sedikit rasa kesepian yang tersembunyi di wajah cantik itu.     

"Saya masih bisa bertarung, Dewi," ujar Qin He. Nada bicaranya yang begitu tenang seperti menyembunyikan tekadnya di dalamnya.     

Di area yang sunyi senyap tersebut, hanya suara Qin He yang bergema di antara langit dan bumi. Tatapan mata Yi Tianyu menjadi sedingin es, dan dia merasa sedikit marah.     

Dia pernah mengatakan bahwa meskipun dia bersedia untuk membentuk aliansi pernikahan dengan Brahma's Pure Sky, dia tidak terlalu peduli tentang hal tersebut. Bahkan jika hal itu tidak berhasil, dia tidak akan terganggu. Jika dia benar-benar ingin mencari rekan spiritual, terdapat begitu banyak wanita hebat di dunia ini yang bisa dia pilih. Bahkan jika dia tidak dapat menemukan rekan spiritualnya di Dunia Heavenly Mandate, dia bisa pergi ke dunia lainnya.     

Namun, demi klannya, dia tidak keberatan menjalani pernikahan ini.     

Tetapi sekarang, meskipun Brahma's Pure Sky telah mengundang mereka untuk datang kemari, tidak ada seorang-pun yang bersaing dengannya, dan Qin He telah dikalahkan. Mengapa Qin He menempatkannya dalam situasi seperti ini? Berani sekali mereka melakukan hal itu pada Dinasti Heavenly Mandate?     

Haruskah mereka bertarung lagi?     

Cahaya suci yang menyelimuti tubuh Yi Tianyu menjadi semakin menyilaukan. Banyak orang menatapnya dan hati mereka berdebar kencang. Mereka tahu bahwa Yi Tianyu saat ini merasa marah.     

*Brak* Yi Tianyu melangkah ke atas langit, lalu mengangkat tangannya, dan membentuk sebuah jejak telapak tangan. Dengan diselimuti oleh cahaya suci, jejak telapak tangan dari Jalur Agung langsung dikerahkan menuju tubuh Qin He. Kali ini, Qin He terhempas tak berdaya dan menabrak istana di kejauhan, kemudian jatuh dari atas langit.     

Pemandangan ini membuat jantung semua orang berdegup kencang.     

Yi Tianyu menyerang tanpa ampun. Sebagai sang Putra Mahkota dari Dinasti Heavenly Mandate, dia juga memiliki harga diri. Jika bukan karena kebangkitan dari Dinasti Heavenly Mandate, bagaimana mungkin dia bisa memperlakukan seorang wanita seperti itu? Tapi sekarang, Qin He masih belum memberinya penghormatan yang layak diterima olehnya.     

Sekarang Qin He masih ingin bertarung, jadi dia akan menuruti keinginannya tersebut.     

"Sudah waktunya bagi Dewi untuk membuat keputusan," Yi Tianyu berdiri di atas langit dan berkata kepada Qin He dengan nada sedikit memaksa.     

Pada saat ini, aura Qin He tampak lemah. Dia berdiri dari permukaan tanah, namun tubuhnya masih tidak stabil. Dia mendongak dan tersenyum dengan elegan namun terdapat kesedihan di dalamnya.     

"Saya masih bisa bertarung," ujar Qin He dengan suara pelan. Tampaknya, dia tidak bisa melanjutkan pertarungan.     

Namun, bahkan pada saat ini, dia masih menolak untuk berkompromi.     

Dia tidak mengungkapkan pendapatnya secara terang-terangan, tetapi tindakannya ini membuat semua orang memahaminya.     

Dia tidak mau menikahi Yi Tianyu, dan apa yang dia lakukan saat ini adalah bentuk penolakannya.     

Qin He memandang Yi Tianyu lalu ke arah Brahma's Pure Sky. Senyumannya yang tampak indah sekaligus menyedihkan itu seperti mengandung kenangannya. Sejak dia mulai berkultivasi, Brahma's Pure Sky adalah rumahnya, dan segala sesuatu yang dia miliki merupakan pemberian dari Brahma's Pure Sky.     

Gelar sebagai Virgin nomor satu dari Brahma's Pure Sky mengundang banyak pujian terkait penampilan dan pencapaiannya dalam kekuatan spiritual, dan semua itu juga dia dapatkan dari Brahma's Pure Sky.     

Dia tidak bisa menyangkal atau langsung menolak perintah dari gurunya, jadi dia hanya bisa melakukan penolakan secara diam-diam.     

Ini bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Alih-alih menerima semua ini, dia lebih memilih untuk mengembalikan segala sesuatu yang dia miliki kepada Brahma's Pure Sky, jadi dia tidak akan berhutang apa-apa pada Brahma's Pure Sky.     

Para kultivator dari Brahma's Pure Sky juga merasa tersentuh. Banyak orang memandang ke arah Dewi Xuantian. Dewi Xuantian masih duduk di tempatnya dan memandang ke arah Qin He, lalu pada Ye Futian.     

Qin He pergi ke istana tempat Ye Futian tinggal kemarin. Apa yang mereka bicarakan?     

"Dewi Qin, anda yakin masih bisa bertarung lagi?" Yi Tianyu berdiri di udara, sambil menatap ke arah Qin He.     

Qin He memandang Yi Tianyu, yang masih bermandikan cahaya suci. Dia berkata, "Tentu saja."     

"Baiklah." Yi Tianyu tidak berkomentar banyak. Brahma's Pure Sky tidak memberi respon apa-pun, tetapi Qin He masih ingin bertarung, jadi apa yang bisa dia lakukan?     

Sepertinya dia harus melanjutkan pertempuran ini.     

Yi Tianyu masih bermandikan cahaya suci dan mengenakan baju zirah ilahi di tubuhnya. Cahaya yang menyilaukan itu membuat banyak orang ketakutan. Yi Tianyu mengangkat tangannya dan mendorongnya ke arah Qin He. Sepertinya serangan ini sudah cukup untuk menghancurkan Qin He.     

Hati banyak orang berdebar kencang. Pergerakan Yi Tianyu juga sangat lambat. Seolah-olah dia sedang menunggu sesuatu.     

Namun, Brahma's Pure Sky tetap tidak memberi respon, dan Qin He tidak bersedia berkompromi dengannya.     

Pada saat lengannya bergerak ke bawah secara perlahan-lahan, tubuhnya juga turun dari atas langit dan langsung bergerak menuju ke tempat dimana Qin He berada. Cahaya suci yang menakjubkan menyelimuti tubuh Qin He, sehingga membuat orang-orang nyaris mustahil untuk melihat sosoknya.     

Semua kultivator menahan napas masing-masing. Tidak ada seorang-pun yang menyangka segala sesuatunya akan berakhir seperti ini hari ini.     

Apa yang terjadi hari ini berada di luar ekspetasi semua orang.     

Akhirnya, cahaya yang menakjubkan itu tiba.     

*Boom*     

Setelah terdengar sebuah suara yang keras, langit berguncang hebat, dan hati orang-orang berdebar kencang.     

Tatapan mata semua orang tertuju ke depan. Sosok yang terlihat seperti peri itu masih berdiri di tempatnya. Sementara itu di atas tubuhnya, muncul satu sosok berambut abu-abu. Pakaiannya serba putih, dan dia begitu tampan serta tak tertandingi. Suara gajah bergema di udara, dan aura mengerikan dari iblis gajah menyebar di antara langit dan bumi, yang mengandung kekuatan mengerikan di dalamnya.     

"Ye Futian!"     

"Apakah dia akhirnya berubah pikiran?"     

Tatapan mata banyak orang tertuju padanya. Pada saat-saat genting yang baru saja terjadi, Ye Futian melintasi ruang hampa dan tiba di hadapan Qin He, menghalangi serangan yang dilancarkan oleh Yi Tianyu.     

Yi Tianyu menundukkan kepalanya, dan tatapan matanya tertuju pada tubuh Ye Futian. Aura dari Jalur Agung bergemuruh, dan ekspresinya tampak sedingin es. Kemudian dia berkata, "Seingatku kau tidak maju ke depan sebelumnya."     

Karena Ye Futian tidak mengajukan diri sebelumnya, dia sama saja telah melewatkan kesempatannya untuk bertarung.     

Tapi pada saat ini, dia muncul di hadapan semua orang. Apa maksud dari tindakannya ini?     

Dewi Xuantian juga menatap ke arah Ye Futian. Sampai saat ini, dia masih tidak berkeinginan untuk ikut campur meskipun banyak murid dari Brahma's Pure Sky telah menunjukkan kekhawatiran mereka.     

"Hari ini, dua pasukan terkuat dari Dunia Heavenly Mandate telah menindas seorang kultivator muda. Aku merasa kasihan padamu."     

Ye Futian tidak menanggapi kata-kata Yi Tianyu dan mengatakan hal ini dengan nada sinis. Tatapan matanya tampak dingin!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.