Legenda Futian

Memperhatikan Juniorku



Memperhatikan Juniorku

1Banyak bayangan melesat di antara Mountains of the Sea, mereka bergerak ke arah yang sama. Tampaknya terdapat barisan gunung yang saling terhubung satu sama lain, membentuk sebuah pulau pegunungan di Sea of the Path. Istana fae yang menakjubkan itu tampaknya berdiri di puncak gunung tersebut.      0

Tampaknya itu adalah tempat yang dituju oleh semua orang.     

Semua orang bergerak dengan sangat cepat. Ye Futian dan kelompoknya juga melesat melintasi langit. Di udara, sihir iblis terus menerus bermunculan, dan Luo Youming, yang telah mengikuti mereka dari dekat sebelumnya, memandang ke bawah. Tubuhnya dikelilingi oleh aura iblis kematian yang menyelimuti langit, sementara arus kematian yang tak terhitung jumlahnya kini berubah menjadi tombak-tombak kematian.     

Jari Luo Youming menunjuk ke bawah, dan dalam sekejap, banyak tombak kematian melesat melintasi ruang hampa, menyerang ke arah para murid dari Gunung Taixuan. Tombak-tombak itu sangat kuat dan tak kenal ampun. Tampaknya keturunan dari Iblis Tua Luo Iblis dari Ibukota Xiling ini telah mewarisi kepribadiannya yang begitu kejam.     

Wan Shouyi memandang ke arah langit saat aura pedang di atas kepalanya mengeluarkan suara keras. Jarinya menunjuk ke udara, dan dalam sekejap, bilah-bilah pedang tajam yang tak terhitung jumlahnya menembus udara dan membelah langit. Pedang-pedang itu bertabrakan dengan tombak kematian milik Luo Youming. Pada saat yang bersamaan, para kultivator lainnya dari Gunung Taixuan melancarkan serangan satu per satu, berusaha menangkis serangan tersebut.     

Tatapan mata mereka tampak dingin dan acuh tak acuh; mereka tidak menyangka bahwa Luo Youming akan menyerang mereka.     

Luo Youming melangkah ke udara, dan dalam sekejap, Jalur Agung meledak. Aura iblis kematian bergejolak di atas langit, dan aura itu bukan hanya berasal dari Luo Youming. Di belakang Luo Youming, sepuluh kultivator iblis di tingkat Nirvana secara bersamaan mengeluarkan aura dari Jalur Agung. Aura iblis yang berada di udara kini menjadi semakin kuat, hingga akhirnya menyelimuti langit.     

*Boom*     

Sebuah wajah raksasa muncul di atas Sea of the Path, dan wajah itu terlihat seperti wajah dewa kematian yang sesungguhnya. Wajah mengerikan ini menembakkan arus-arus kegelapan yang langsung menembus mata semua orang sehingga semua murid dari Gunung Taixuan memiliki aura kematian di dalam mata mereka. Aura kematian ini langsung menyerang tubuh mereka dan berubah menjadi arus kematian yang menyebar ke bagian dalam tubuh mereka.     

Pada saat yang bersamaan, terdengar rentetan suara ledakan, dan bilah-bilah tombak kegelapan yang tak habisnya terbentuk dan berkumpul menjadi sebuah gunung kematian yang tajam. Kemudian, tombak-tombak itu menerjang menuju mereka yang berasal dari Gunung Taixuan.     

"Hati-hati," ujar Jun Mu. Tubuhnya langsung melesat ke atas langit. Dia mengerahkan kekuatan ledakannya pada salah satu gunung kematian. Ke-15 kultivator dari Gunung Taixuan menyebar, masing-masing dari mereka bergabung dalam pertempuran untuk menghancurkan gunung kematian tersebut. Namun, mereka dipisahkan oleh jarak, sehingga posisi mereka berjauhan satu sama lain.     

"Tolong jaga Shen Jing dan yang lainnya," Wan Shouyi berteriak saat dia naik ke udara untuk membelah gunung kematian. Shen Jing dan phoenix kecil adalah kandidat yang relatif lemah; jika mereka terpisah, dia khawatir mereka mungkin tidak bisa menahan serangan sekuat itu.     

"Kalian berdua, jangan jauh-jauh dariku. Shen Jing, tolong dampingi permainan guqinku. Feng Yan, kemarilah," panggil Li Zhiyin. Roh Guqin muncul di hadapannya, dan jemarinya sudah siap untuk memetik senar-senar guqin.     

Namun, pada saat ini, suara guqin telah terdengar, dan suara pekikan phoenix bergema di seluruh tempat, bernada tinggi dan merdu.     

Meskipun Li Zhiyin sedikit iri dengan kultivasi yang dijalani oleh Ye Futian di Paviliun String, namun bagaimanapun juga dia adalah sosok yang luar biasa, dan dia tidak menganggapnya terlalu serius. Sekarang setelah semua murid dari Gunung Taixuan berada di bawah serangan yang sama, mereka harus bersatu. Jadi, dia menyuruh Shen Jing dan Feng Yan untuk mendekatinya.     

Namun, Li Zhiyin tidak menyangka bahwa, bahkan sebelum dia mulai bermain, musik yang ingin dia mainkan sudah bergema di telinganya.     

Cahaya suci yang menakjubkan bersinar terang, dan Ye Futian tampaknya diselimuti dalam keindahan dari cahaya tersebut, ketika ilusi burung phoenix muncul dan mengelilinginya, tercipta sebuah pemandangan yang menakjubkan. Tubuh phoenix kecil melesat ke atas, sambil mengeluarkan suara pekikan burung phoenix yang keras, suara itu menyatu dengan suara guqin dan dilengkapi dengan daya tembus yang kuat seolah-olah hendak beresonansi dengan musik yang dimainkan oleh Ye Futian.     

Flight of the Phoenix Pair! pikir Li Zhiyin dalam hati. Lagu ini adalah Flight of the Phoenix Pair yang sangat murni. Setiap nada musik seolah-olah dinyanyikan oleh burung phoenix, dan dengan setiap ketukan, seekor phoenix dilahirkan kembali dari abu.     

Sinar-sinar dari cahaya suci mengalir ke dalam tubuh Feng Yan, dan konsepsi artistik yang disampaikan oleh suara guqin itu benar-benar memengaruhi tubuhnya. Cahaya suci itu sangat menyilaukan, dan ketika kedua sayapnya dibentangkan, langit dan matahari terhalang. Napas api suci muncul dari mulutnya, yang benar-benar menyebar dan membakar arus kematian yang tak terbatas di atas langit.     

"Kita datang kemari hari ini untuk mencari Jalur. Tidak perlu membuang-buang waktu untuk mereka," ujar Ye Futian. Meskipun mereka saat ini sedang bertempur, mereka terus melaju ke depan. Mereka masih bergerak dengan kecepatan tinggi, meskipun mereka juga masih tertinggal di belakang kultivator lainnya.     

Setelah beberapa serangan berturut-turut gagal, tatapan mata Luo Youming menjadi sedingin es dan menegang. Dia terus bergerak ke depan tanpa terlalu terobsesi dengan pertempuran. Lagipula, mereka juga mengetahui tujuan utama dari perjalanan ini, berkat pengingat yang disampaikan oleh Ye Futian.     

Para kultivator iblis di atas langit dan orang-orang dari Gunung Taixuan di bawah bergerak ke depan bersama-sama. Aura dari tubuh mereka bergejolak seolah-olah mereka bisa terlibat dalam sebuah pertempuran besar kapan saja.     

Tapi Li Zhiyin dan Chen Yu tidak merasa tenang. Ye Futian selalu bersikap sangat ramah. Namun, musik yang dia mainkan kala itu telah menciptakan konsepsi artistik yang tidak biasa. Lagu Flight of the Phoenix Pair bergema ke seluruh tempat, yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh Li Zhiyin.     

Sudah jelas, Ye Futian tidak menyia-nyiakan waktunya di Paviliun String. Dia telah berlatih dengan giat dalam seni guqin, dan telah mempelajari lagu Flight of the Phoenix Pair secara keseluruhan.     

Tampaknya mereka telah meremehkan Shen Jing karena sikapnya yang rendah hati.     

"Tidak buruk. Penguasaanmu dalam lagu ini begitu sempurna. Tidak heran Paman Lan memberikan jatahnya kepadamu." Wan Shouyi yang sedang mengendarai pedang di udara tertawa terbahak-bahak pada Ye Futian. Sekarang, bahkan dia telah menyadari bahwa Ye Futian adalah sosok yang tidak biasa. Lagu Flight of the Phoenix Pair ini masih membuatnya takjub.     

Dengan cara ini, dia dan Feng Yan bisa bekerja sama satu sama lain. Dengan demikian, mereka mampu melindungi diri mereka sendiri.     

Saat melewati Mountain of the Sea, beberapa kultivator telah melangkah ke pulau raksasa di laut tersebut. Beberapa dari mereka berhenti sejenak sementara ada pula yang terus bergerak ke depan.     

Selain sosok-sosok terkemuka yang telah mendapatkan tempat, Ye Futian juga melihat sekelompok orang sedang memanjat gunung. Mereka pasti para murid yang terpilih untuk berkultivasi di Istana Divine kali ini.     

Ye Futian melompat dan mendarat di Mountain of the Sea. Seberkas aura dari Jalur Agung yang pekat menerjang ke arahnya seolah-olah pegunungan ini adalah barisan gunung dari Jalur Agung, yang mengandung aura dari Jalur Agung yang tak terbatas.     

Setelah mendarat di Mountain of the Sea, kelompok itu bergerak ke depan seperti kilat. Kedua mata phoenix kecil dipenuhi dengan antusiasme, sambil menatap sebuah gunung yang berada di kejauhan. Tampaknya di sana terdapat sebuah pohon api ilahi, dengan buah berwarna semerah api tumbuh di dahannya. Sebuah aura api dari Jalur Agung yang sangat pekat terpancar dari pohon tersebut, menjadikan seluruh bagian dari gunung itu berwarna merah seperti kobaran api. Suhu di tempat itu sangatlah tinggi.     

"Buah dari Jalur Agung," bisik Ye Futian. Dia telah mengumpulkan informasi sebelum datang kemari. Terdapat rumor yang mengatakan bahwa gunung peri tempat Istana Divine berada adalah sebuah tempat yang sangat berharga, dan dijaga oleh Jalur Agung dari langit dan bumi. Tempat itu mampu menghasilkan benda-benda magis, seperti Buah dari Jalur Agung.     

Phoenix kecil bergegas pergi kesana, sementara Ye Futian mengikutinya dari belakang. Beberapa orang berada di arah yang sama dengan mereka, tetapi ada pula yang bergerak menuju ke tempat lain. Terdapat lebih dari satu tempat di gunung ini yang menumbuhkan Buah dari Jalur Agung.     

"Berhati-hatilah," Wan Shouyi berteriak pada Ye Futian dan phoenix kecil, berusaha mengingatkan mereka. Kemudian dia dan Luo Yue pergi ke arah lain, jelas dengan target yang berbeda.     

Tidak lama kemudian, Ye Futian tiba di gunung tersebut. Dia melihat bahwa area di sekitarnya dipenuhi dengan aliran udara yang sangat panas, dan tampaknya mampu membakar segalanya. Gunung berwarna merah menyala itu memancarkan suhu yang sangat tinggi, dan getah dari pohon itu tampak seperti magma.     

*Boom* Aura api terpancar keluar, dan phoenix kecil menerjang ke dalamnya. Tubuhnya kini bermandikan cahaya dari kobaran api suci, begitu pula dengan Ye Futian. Dengan tubuh diselimuti oleh kobaran api, dia juga bergegas masuk ke dalam. Tubuhnya masih menelan dan menyerap aura api di sekelilingnya.     

Namun pada saat ini, sebuah tekanan dari Jalur Agung yang dahsyat mengalir ke bawah, dan sebuah jejak telapak tangan raksasa yang berapi-api muncul di atas langit sebelum dikerahkan ke bawah. Jejak telapak tangan berapi-api yang menakjubkan itu mampu membakar segalanya. Serangan itu dikerahkan menuju Ye Futian dan phoenix kecil.     

Tempat ini adalah Land of Proving the Way dari Istana Divine, tetapi area ini juga merupakan sebuah tempat yang penuh kontroversi. Dimana ada peluang, maka persaingan akan terjadi. Semakin besar peluang yang muncul, semakin kuat pula persaingan yang ditimbulkan.     

*Whoosh* Tubuh Ye Futian berubah menjadi kilatan petir, dan muncul cahaya pedang, selain itu sebuah celah muncul di atas langit, Pada saat ini. langit telah terbelah.     

Disertai dengan suara letupan, jejak telapak tangan yang berapi-api itu langsung terbelah menjadi dua bagian.     

Ye Futian berdiri di depan phoenix kecil dan memandang tempat yang berada tidak jauh di depannya. Seorang lelaki tua berambut merah dan bermandikan kobaran api memandang dirinya dan Feng Yan dengan tatapan mata serius.     

Kedua mata phoenix kecil dipenuhi oleh kobaran api saat dia menatap lelaki tua tersebut. Sedikit perbedaan pendapat dan dia langsung melancarkan serangan mematikan. Lelaki tua ini sangat kejam.     

Namun, lelaki tua itu tersenyum dan tampak sangat ramah, benar-benar berbeda dari sikap yang dia tunjukkan beberapa saat yang lalu ketika dia berniat untuk membunuh mereka.     

"Anak muda, ilmu pedangmu cukup hebat. Terdapat tiga Buah dari Jalur Agung di pohon ini, dan kau bisa melihatnya sendiri. Bagaimana kalau masing-masing dari kita mendapatkan satu buah?" ujar lelaki tua itu sambil tersenyum. Kali ini dia telah menerobos kerumunan kultivator dan menyamar sebagai seorang murid biasa, maka dari itu kesempatan untuk datang kemari adalah sebuah kesempatan untuk menguji dirinya sendiri.     

"Baiklah." Ye Futian mengangguk sambil tersenyum, menyetujui penawaran tersebut.     

"Kalau begitu, kalian berdua bisa memilih terlebih dahulu." Senyuman lelaki tua itu masih tampak ramah. Dia membiarkan Ye Futian dan kelompoknya memilih terlebih dahulu.     

"Phoenix kecil, pilihlah," ujar Ye Futian.     

"Hmm." Phoenix kecil mengangguk, dan sosoknya melesat ke arah pohon kuno dari Jalur Agung di depannya. Sementara Ye Futian menatap lelaki tua itu sambil tersenyum.     

Sementara phoenix kecil semakin dekat dengan Pohon Jalur tersebut, Ye Futian masih menatap sang lelaki tua. Ekspresi lelaki tua itu sama sekali tidak berubah, tetapi suasana di sekitarnya tampaknya menjadi tidak stabil.     

*Boom*     

Sebuah gelombang api kegelapan meledak dalam sekejap. Serangan itu memberikan ancaman yang luar biasa, dan lelaki tua itu langsung melancarkan serangannya pada phoenix kecil.     

Namun, pada saat ini, dia bisa merasakan perlawanan dari Jalur Agung elemen ruang dan waktu, kemudian Ye Futian bergerak, melesat melintasi ruang hampa.     

Lelaki tua itu tiba-tiba berbalik dan mengangkat tangannya untuk menyerang Ye Futian. Jejak telapak tangan raksasa yang berapi-api itu tampak seperti sebuah cakram penggiling yang mengincar tubuh Ye Futian. Serangannya sangat akurat, karena jejak telapak tangan itu muncul tepat dimana Ye Futian muncul kembali setelah keluar dari ruang hampa.     

*Whoosh*     

Ye Futian menyerang dengan menggunakan jarinya sebagai sebilah pedang dan menciptakan sebuah pusaran pedang yang mengerikan di hadapannya, membelah ruang hampa. Dalam sekejap, jejak telapak tangan yang mengerikan itu hancur tak bersisa. Jari Ye Futian terus bergerak ke depan dan ekspresi lelaki tua itu berubah menjadi waspada, dan dia berusaha melarikan diri.     

Tapi Ye Futian bergerak cepat dan tiba di dekatnya dalam sekejap. Jari pedang itu menembus sekujur tubuh lelaki tua tersebut. Dia menatap tubuhnya sendiri dengan mata yang dipenuhi oleh rasa takut.     

"Kejam sekali!" Lelaki tua itu menatap Ye Futian dengan tajam, dan disertai dengan suara letupan, tubuhnya hancur tak bersisa sementara aura pedang masih bergejolak di area tersebut.     

Phoenix kecil memetik Buah dari Jalur Agung itu dan menyerahkan dua buah pada Ye Futian, lalu berkata, "Phoenix ini akan menghadiahimu dua Buah dari Jalur Agung."     

Tapi matanya tertuju pada buah di genggamannya. Dia tampak sedikit lapar. Ye Futian tersenyum dan hanya mengambil satu buah, lalu berkata padanya, "Sebagai seniormu, aku harus memperhatikan juniorku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.