Legenda Futian

Tak Tertandingi



Tak Tertandingi

2Pada saat ini, murid utama paling kuat di depan Pohon Pemahaman Ilahi adalah orang yang sebelumnya mengizinkan Lu Qingyao naik ke puncak gunung. Kekuatannya sungguh luar biasa. Dia mampu menahan teknik Fleeting Divine Sword untuk waktu yang lama, namun pada akhirnya, dia juga tidak mampu menangkis pedang pembunuh tersebut.      2

Ye Futian masih berada di bawah. Aura pedangnya memenuhi langit dan mengalir di seluruh penjuru dari area yang luas tersebut. Semua orang kecuali Gai Shi Shi dari Negeri Ilahi Emas telah tumbang, dan mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk bertarung. Beberapa dari mereka telah mencoba untuk merebut Buah dari Jalur Agung, tetapi mereka telah ditusuk oleh pedang milik Ye Futian, meninggalkan luka sayatan pedang yang mengejutkan pada tubuh mereka. Mereka menderita luka-luka dalam, tetapi mereka akan pulih dalam waktu singkat.     

Auara pedang itu menyelimuti Pohon Pemahaman Ilahi secara keseluruhan, sehingga membuat orang-orang yang berada di bawahnya sangat terkejut. Dia mencoba mengambil pohon itu untuk dirinya sendiri, dan tidak membiarkan orang lain mengambilnya. Bahkan sosok-sosok terkemuka tidak diizinkan untuk melakukannya, termasuk murid-murid dari Istana Divine.     

"Dia sangat sombong!" mereka semua bergumam dalam hati. Tapi Ye Futian berhak untuk bersikap demikian. Kekuatan yang dia perlihatkan sangat mengerikan, dan sekarang, hanya ada satu orang yang masih bisa bertarung. Jika Gai Shi Shi tidak bisa mengalahkannya, maka tidak ada seorang pun yang bisa melakukannya.     

Sosok-sosok dewa yang mengesankan muncul di atas langit. Seolah-olah para dewa benar-benar turun dari langit dan menghancurkan segala sesuatu yang ada di bawah mereka. Pancaran tekanan dari Jalur Agung menyelimuti tubuh Ye Futian. Para dewa itu sepertinya sedang bernyanyi, sehingga membuat area ini seolah-olah akan dihancurkan oleh kekuatan emas. Sementara itu, aura Gai Shi Shi bergejolak. Pada saat ini, hanya ada segelintir orang di tingkat Nirvana yang mampu menandinginya. Tubuh hukumnya sangat kokoh sehingga bahkan tubuh Renhuang mungkin tidak akan sekokoh ini.     

Saat ini, aura pedang itu tertekan. Gai Shi Shi memegang sebuah tombak emas ilahi. Dan bukan hanya dia saja, tetapi semua sosok dewa itu juga menggenggam tombak ilahi di tangan masing-masing. Mereka bernyanyi, dan kehancuran mengikuti nyanyian mereka. Tampaknya tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menghentikan Gai Shi Shi.     

Bahkan Ye Futian, dengan bakatnya yang tak tertandingi, harus tunduk di hadapan nyanyian para dewa ini.     

Cahaya keemasan itu sepertinya membentuk sebuah tirai surgawi. Tirai itu menyelimuti tubuh Ye Futian saat turun dari langit, sehingga membuat Ye Futian tidak bisa melarikan diri. Kemudian, cahaya keemasan yang tak berbatas itu tampaknya berubah bentuk menjadi tombak-tombak emas yang memenuhi langit. Pada saat yang bersamaan, Gai Shi Shi akhirnya bergerak. Para dewa itu mengerahkan tombak mereka ke bawah. Nyanyian mereka bergema di udara. Dimana pun suara itu menyebar, segala sesuatunya akan hancur hingga tak bersisa.     

"Auranya begitu kuat, bahkan seorang kultivator tingkat Nirvana tidak akan mampu menahan satu serangannya!"     

Meskipun orang-orang yang menyaksikan pertempuran dari bawah berada di luar jangkauan serangan tersebut, mereka masih bisa merasakan kekuatan pembunuhnya dan aura mengejutkan di dalamnya. Kekuatan itu jauh melampaui batas maksimal yang bisa mereka terima. Bahkan ada beberapa kultivator tingkat Nirvana di antara mereka, tetapi mereka berpikir bahwa jika mereka akan terbunuh oleh serangan itu, mereka pasti mati hanya dengan satu serangan tersebut.     

Pendekar pedang dari Gunung Taixuan itu mewarisi teknik Fleeting Divine Sword milik Lord Taixuan. Apakah dia mampu menghadapi lantunan lagu dari para dewa dan serangan tombak mereka?     

Ye Futian berdiri di udara, dan tubuhnya beresonansi dengan Jalur Agung. Pohon Dunia berayun-ayun, dan aura yang dia serap sebelumnya terpancar dengan dahsyat, menyatu ke dalam pedangnya. Sebuah tungku ilahi yang berukuran besar tampaknya telah muncul di dalam tubuhnya, menempa semua aura dari Jalur Agung. Tetapi mereka yang menyaksikan pertempuran tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena cahaya keemasan yang menyelimuti tubuh Ye Futian.     

Gai Shi Shi tidak lebih lemah dari Yin Tianyu—Putra Mahkota dari Dinasti Heavenly Mandate. Pada saat ini, Ye Futian bisa merasakan tekanan dari kombinasi serangan nyanyian para dewa dan tombak-tombak mereka. Nyanyian para dewa itu sangat sulit untuk dihadapi karena teknik tersebut meningkatkan kekuatan dari aura Gai Shi Shi dan Jalur Agung beberapa kali lipat. Dia harus bertarung dengan serius kali ini.     

Dia mengulurkan tangannya ke atas, seolah-olah hendak menopang langit dengan tangannya. Tiba-tiba, beberapa pedang ilahi yang menakjubkan muncul di tangannya. Masing-masing pedang mengandung aura pedang yang mampu meruntuhkan langit. Ketika dia melihat tombak-tombak itu bergerak ke arahnya, dia bergegas membentuk sebuah segel pedang. Sihir spiritual miliknya mengalir, dan pedangnya menebas ke depan.     

Suara dentangan pedang menusuk telinga semua orang dan kemudian semakin memudar hingga akhirnya tidak ada suara yang terdengar. Seolah-olah mereka telah menjadi tuli.     

Tombak-tombak itu bertabrakan dengan Fleeting Divine Sword, tetapi apa yang bisa dilihat oleh semua orang yang menyaksikan pertempuran dari bawah adalah seberkas kilatan cahaya penghancur. Segala sesuatunya dihancurkan hingga menjadi debu, dan Jalur Agung mengalir menentang arus. Mereka melihat tombak-tombak ilahi yang telah dibentuk dari cahaya suci keemasan, serta bilah-bilah pedang yang telah dibentuk dari sihir spiritual itu hancur menjadi ketiadaan dan menghilang.     

Apakah kekuatan mereka seimbang?     

Waktu seolah berhenti ketika tatapan mata semua orang tertuju pada medan pertempuran.     

Ada sesuatu yang tidak beres. Pertempuran ini masih belum berakhir.     

Jantung semua orang berdegup kencang saat mereka menatap ke arah langit. Meskipun pedang-pedang itu telah dihancurkan, namun pancaran aura pedang masih berada di sana. Jalur Agung mengalir menentang arus, dan sungai bintang tampak berputar. Semuanya telah berubah menjadi debu oleh kekuatan penghancur dari Sungai Jalur Agung. Tapi debu-debu itu bergerak ke arah Gai Shi Shi dan mencoba melahapnya.     

Gai Shi Shi adalah pria yang menjunjung tinggi harga dirinya. Ketika dia melihat bahwa serangannya telah dihancurkan dan energi dari serangan lawannya masih menerjang ke arahnya, wajahnya menjadi muram. Cahaya keemasan yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya saat kekuatan itu menyebar ke arahnya.     

Sebuah suara melengking terdengar saat kekuatan itu menimpa tubuh Gai Shi Shi dan kemudian menghilang menjadi ketiadaan. Aura yang digunakan oleh Gai Shi Shi sebagai baju zirah telah dihancurkan, dan sekarang darah mengalir dari tubuh emasnya. Tetapi darahnya memancarkan cahaya keemasan seolah-olah itu adalah darah dari seorang dewa.     

"Darah emas!" Hati semua orang berdebar kencang. Tampaknya legenda itu memang benar adanya. Orang-orang dari Negeri Ilahi Emas adalah keturunan para dewa kuno, dan darah emas mengalir dalam pembuluh darah para dewa kuno. Dan sekarang, mereka melihat darah emas itu dengan mata kepala mereka sendiri.     

Hal yang mengerikan adalah fakta bahwa Gai Shi Shi sudah mulai menempa tubuh dari Jalur Agung miliknya. Tulang, pembuluh darah, dan organ-organnya sedang bertransformasi.     

Namun meski begitu, dia tetap terluka dalam pertempuran ini.     

Kedua sosok itu berdiri di udara. Salah satu dari mereka memiliki ekspresi sombong di wajahnya, jubahnya yang berwarna putih berkibar tertiup angin. Dia memandang ke arah langit. Gunung itu dipenuhi oleh orang-orang yang telah terluka dalam pertempuran ini. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa mengatasi pedangnya.     

Sementara jubah emas dari sosok lainnya tampak berlumuran darah. Cahaya keemasan masih bersinar dari matanya, namun cahaya itu tidak seterang dan semengesankan seperti sebelumnya. Dia memiliki keberanian dari seseorang yang tak tertandingi di antara langit dan bumi, tetapi pada saat ini, dia tampak sedikit bingung.     

Gai Shi Shi tidak menyangka bahwa dia akan dikalahkan sebelum memasuki Istana Divine.     

Dia mengira bahwa lawannya adalah salah satu dari orang-orang di Istana Divine. Sebelumnya, dia sama sekali tidak memedulikan Ye Futian. Bahkan jika lawannya telah mencapai tingkat Nirvana, dia masih merasa percaya diri bahwa dia akan meraih kemenangan. Dia mewarisi darah para dewa kuno emas dan nyanyian para dewa. Bagaimana mungkin dia bisa kalah?     

Tapi tombaknya tidak setajam pedang milik lawannya. Orang yang dipilih oleh Lord Taixuan telah mengalahkannya.     

Ye Futian mengalihkan pandangannya pada Gai Shi Shi dan kemudian melangkah ke depan, melesat ke arah gunung seperti seberkas cahaya pedang. Dia tidak lagi memedulikan Gai Shi Shi.     

Semua orang terdiam saat melihat Ye Futian bergerak menuju puncak gunung. Pria ini telah menghancurkan putra kebanggaan dari Dunia Higher Heavens dan kemudian mendaki ke puncak Mountain of the Sea.     

Siapa yang mengira bahwa seorang musisi dari Gunung Taixuan akan menjadi sosok yang mampu mengalahkan semua lawannya? Bahkan para kultivator kuat dari seluruh penjuru Dunia Higher Heavens tidak mampu bersaing dengannya, termasuk para murid dari Istana Divine.     

Mungkin hanya beberapa murid utama dari Istana Divine yang tidak datang kemari yang mampu untuk melawannya. Tapi berdasarkan pertarungannya dengan Gai Shi Shi, mungkin hanya beberapa dari mereka yang mampu menghadapi Fleeting Divine Sword. Bahkan mungkin hanya segelintir orang yang cukup kuat untuk melawannya.     

"Tunggu aku menyelesaikan masa kultivasiku, setelah itu kalian semua bisa bertarung lagi." Ye Futian mengalihkan pandangannya pada semua orang yang telah dia kalahkan. Mereka semua terdiam. Mereka semua adalah pihak yang kalah; apa yang bisa mereka katakan?     

"Pohon ini dapat menampung banyak kultivator. Kau tidak bisa mengambil semua tempat itu untuk dirimu sendiri, bahkan jika kau mengambil semua Buah dari Jalur Agung." Lu Qingyao yang terluka telah menggunakan aura kehidupannya untuk menyembuhkan luka-lukanya. Dia menatap Ye Futian saat dia berbicara. Dia ingin tinggal di sini untuk memahami lebih lanjut.     

"Sebelumnya, tidak ada satu pun dari kalian yang bersedia menyisakan tempat untukku," jawab Ye Futian. Dia menatap ke arah Yaya dan Wan Shouyi lalu berkata, "Naiklah."     

Yaya Mengangguk dan melesat ke udara. Wan Shouyi, Luo Yue, dan kultivator lainnya mengikutinya, bergerak menuju Pohon Pemahaman Ilahi.     

Melihat bahwa Wan Shouyi dan Luo Yue mendapatkan kesempatan untuk berkultivasi di Pohon Pemahaman Ilahi, Jun Mu dan kelompoknya berada dalam dilema. Li Zhiyin merasa sedikit menyesal. Siapa yang mengira bahwa sang musisi dari Gunung Taixuan—Shen Jing—akan memiliki kekuatan untuk menghancurkan semua kultivator kebanggaan dari Dunia Higher Heavens?     

"Kalian adalah para kultivator dari Gunung Taixuan, jadi kalian juga boleh naik kemari," ujar Ye Futian pada Li Zhiyin dan Chen Yu. Keduanya tertegun. Mereka menatap Ye Futian yang berada di udara. Ketika mereka memandang matanya, mereka merasa sedikit malu.     

Ye Futian mengangguk pada Ma Yi. "Saudara Ma Yi," ujarnya. Ma Yi tiba-tiba menundukkan kepalanya, dia juga merasa malu.     

Mereka melesat menuju Pohon Pemahaman Ilahi. Li Zhiyin menatap Ye Futian dan berkata, "Mengapa kau melakukan hal ini?"     

"Pertikaian kecil di antara kita tidak perlu sampai menimbulkan kebencian. Kita semua datang kemari dari Gunung Taixuan. Ada banyak tempat untuk kita semua, jadi ini bukan masalah besar," jawab Ye Futian. Jalur Agung mengalir melalui tubuh para Saint, sehingga membuat mereka menyatu dengan langit dan bumi. Kesalahpahaman kecil seperti ini tidak layak untuk diingat. Ketika seseorang menetapkan hati mereka di Jalur Agung, tidak ada kepicikan dari dunia fana yang tertinggal di dalam hati mereka.     

"Kami berpikiran sempit," ujar Li Zhiyin sambil membungkuk pada Ye Futian. Dia merasa bahwa sejak Ye Futian datang ke Gunung Taixuan, dia selalu meragukan kelayakan Ye Futian untuk berhak memasuki Paviliun String.     

Pemikiran sempit ini memang memengaruhi kultivasi mereka. Ini mungkin menjadi alasan mengapa seni guqin miliknya dan ilmu pedang orang-orang dari Jurang Pedang tidak sebaik Ye Futian.     

"Jika kau berbaik hati mengabaikan tindakan kami sebelumnya, kami akan merasa sangat malu," ujar Jun Mu saat dia mengambil satu langkah ke depan. Dia juga ingin naik ke atas.     

*Whoosh*     

Pancaran aura pedang turun secara tiba-tiba, menghentikan langkah Jun Mu di tempatnya. Dia langsung mendongak ke udara.     

"Maaf, tidak ada tempat untukmu di sini," ujar Ye Futian dengan nada dingin. Para kultivator memiliki hati yang besar, tetapi ada beberapa hal yang tidak bisa mereka maafkan.     

Wajah Jun Mu menjadi muram. Melihat bahwa semua orang sedang menatapnya, dia memandang Ye Futian dengan tatapan dingin lalu berbalik dan pergi.     

"Jun Mu akan membencimu karena hal ini," Wan Shouyi mengirimkan suaranya pada Ye Futian. Tapi Ye Futian tidak peduli. Apa yang bisa dilakukan seorang kultivator tingkat Nirvana kepadanya?     

"Mari kita berkultivasi." Ye Futian menatap pohon raksasa di hadapannya. Dia berjalan menuju bagian pusat pohon, yang membuat Wan Shouyi tampak terkejut. Ada banyak buah yang menggantung di pohon itu, dan semuanya dipenuhi dengan esensi dari langit dan bumi. Buah-buah itu dapat menghasilkan aura pada orang-orang yang akan beresonansi dengan Jalur Agung. Itu sebabnya, di masa lalu, banyak orang memetik buah ini untuk membantu meningkatkan pemahaman mereka.     

Lalu mengapa Ye Futian malah berjalan menuju bagian pusat dari pohon tersebut?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.