Legenda Futian

Kepalan Tinju yang Mengerikan



Kepalan Tinju yang Mengerikan

1Wang Mang melihat Ye Wuchen menyerang ke arahnya, tatapan matanya tampak tajam dan sombong, dan dia melangkah ke udara, lalu dalam sekejap sebuah yang kekuatan mengerikan dari Hukum Tekanan menyebar di udara.      2

Di belakangnya, Roh Kehidupan miliknya muncul dalam sekejap, dan itu adalah sebilah Pedang Overbearing berwarna emas yang berukuran sangat besar. Dia memegang Roh Pedang itu dengan kedua tangannya dan mengayunkannya dari atas langit, seberkas cahaya emas yang tak berbatas terpancar saat Pedang Overbearing itu menebas melintasi langit, membunuh segala sesuatu yang ada di bawahnya karena kekuatannya yang begitu luar biasa.     

Bagian tengah dari alis Ye Wuchen bersinar, kemudian seberkas cahaya yang indah dan menyilaukan terpancar keluar. Cahaya itu terhubung dengan Roh Pedang miliknya, dan membentuk sebuah ilusi di antara langit dan bumi dalam sekejap. Pada saat ini Wang Mang hanya bisa melihat langit yang dipenuhi oleh bilah-bilah pedang dan tidak dapat mendeteksi dimana posisi Ye Wuchen berada. Hanya ada bilah-bilah pedang yang tak terbatas melesat di atas langit dan berbenturan dengan aura pedang miliknya.     

Pendekar pedang lainnya juga tidak tinggal diam. Kecepatan dalam pertempuran antar pendekar pedang sangatlah luar biasa. Kekuatan dari serangan yang dikeluarkan juga sangat kuat dan secepat kilat.     

Pedang Api milik Chu Qingyang tampak berkobar di udara. Dia melangkah ke depan, hendak melancarkan serangan, tetapi dia melihat sebuah bayangan berwarna abu-abu bergerak ke arahnya. Sebuah arus kegelapan muncul di udara, dan tubuh Xu Que kini menyatu ke dalam kegelapan, bergerak menuju Chu Qingyang dengan kecepatan yang luar biasa. Arus kegelapan itu mengikis cahaya yang berapi-api tersebut sedikit demi sedikit.     

Chu Qingyang mengangkat pedangnya, kemudian cahaya matahari bersinar ke bawah dan beresonansi dengan pedang tersebut. Cahaya itu mampu membakar segalanya, dan sinar-sinar cahaya yang mengerikan dari Pedang Api itu menembus kegelapan yang pekat.     

Semua arus kegelapan tampaknya telah sirna akibat kobaran api tersebut.     

Saat ini sosok Xu Que telah muncul kembali, dan di tangannya, tampaknya dia memegang sebilah pedang yang sangat tipis, seperti sebuah jarum. Ketika Xu Que bergerak, sulit untuk melihat bahwa ada senjata di tangannya, tetapi pedang itu adalah sebuah peralatan ritual Saint yang ditinggalkan oleh sembilan kultivator yang dikirim oleh Li Yao saat mereka tewas terbunuh. Xu Que mengambil salah satu pedang tersebut.     

Zui Qianchou juga memiliki peralatan ritual yang sama, dan pada saat ini dia menerjang ke arah Li Qiufeng. Pergerakan mereka berdua sangat cepat. Pemandangan yang bisa dilihat oleh orang-orang hanyalah dua buah bayangan yang berada di tengah-tengah badai.     

Serangan dari keenam pendekar pedang itu dikeluarkan hampir pada saat yang bersamaan. Ye Wuchen tampaknya telah membuka matanya yang ketiga, dan satu lengannya diulurkan ke depan, menunjuk ke arah langit, lalu dia mengucapkan satu kata, "Terbukalah."     

Saat dia selesai berbicara, aura pedang yang dikerahkan ke atas itu kini telah menyatu ke dalam Roh Pedang miliknya dan berubah menjadi sebilah pedang, kemudian muncullah sebuah titik kecil di atas langit, seolah-olah pedang itu telah membuka langit. Pada saat ini, bilah-bilah pedang emas raksasa yang tak ada habisnya itu dihancurkan hingga tak bersisa, dan cahaya itu terus melesat arah Wang Mang.     

Seolah-olah bisa mendeteksi bahaya yang semakin mendekat, Wang Mang berteriak dan sebuah baju zirah pedang yang mengerikan telah muncul dan menyelimuti tubuhnya, sementara Pedang Overbearing miliknya kembali ke posisinya semula, yaitu di genggaman tangannya.     

*Boom*     

Ketika pedang milik Ye Wuchen tiba, Roh Kehidupan milik Wang Mang, yaitu Pedang Overbearing, sepertinya telah dipenuhi oleh retakan, dan aura pedang itu langsung menembusnya. Disertai dengan suara yang keras, tubuh Wang Mang dihempaskan ke udara. Dia memuntahkan darah, dan wajahnya langsung berubah menjadi pucat.     

Ye Wuchen memandang ke arah Xu Que dan Zui Qianchou, tubuhnya melayang di udara, sementara Roh Pedang melayang di depannya, sambil berdentang dan memancarkan arus udara yang tak terbatas dari Jalur Pedang, menyebar ke arah medan pertempuran yang luas itu.     

Saat ini, semua aura dari langit berubah menjadi bilah-bilah pedang, sementara Chu Qingyang dan Li Qiufeng berada dalam situasi yang sangat menguntungkan. Namun, tiba-tiba mereka bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat, lalu mereka melihat tangan Ye Wuchen ditempatkan di hadapan Roh Pedang miliknya, dan dalam sekejap sebuah badai penghancur bergejolak di area ini.     

Pada saat ini, Lu Cheng juga mendongak dan memandang ke arah Ye Wuchen. Dia tahu bahwa Ye Wuchen sedang mengerahkan kekuatan dari Aura Pedang Renhuang, sudah jelas Ye Wuchen memiliki pemahaman tentang Aura Pedang Renhuang dan bisa meminjam kekuatannya untuk menghasilkan kekuatan yang mengejutkan, sehingga dia mampu melukai Wang Mang.     

Selain itu, masih ada beberapa kekuatan yang tersisa darinya, tetapi setelah mengamati pedang tersebut, dia memahami bahwa Ye Wuchen tidak mungkin bisa mengerahkan pedang seperti itu sekali atau dua kali lagi tanpa menguras habis aura spiritualnya sendiri. Karena itulah dia menggunakan Aura Pedang Renhuang, dengan menanggung risiko yang sangat besar pada dirinya sendiri.     

Saat ini kedua mata Ye Wuchen terlihat seperti mata iblis, dan aura pedang yang tak terbatas mengalir di antara langit dan bumi. Jarinya kembali diarahkan ke udara, dan dalam sekejap sebilah pedang telah muncul, dimana targetnya telah terkunci pada Chu Qingyang, pedang itu hendak membunuhnya. Chu Qingyang bergegas mundur, namun pedang itu telah melintasi langit dan membelah kobaran api di udara. Cahaya pedang melesat melewati tubuhnya dan memotong pedang di tangannya serta membuat tubuhnya terhempas ke belakang dengan keras. Setelah itu, seberkas sinar lainnya melintas dan membentuk lengkungan di atas langit, kemudian langsung melesat ke arah Li Qiufeng.     

Li Qiufeng mengerahkan kecepatannya hingga batas maksimal, yang membuatnya terlihat seperti hembusan angin. Bayangan-bayangan dari sosoknya memenuhi area di antara langit dan bumi. Saat ini seberkas cahaya yang menyilaukan terpancar di antara alis Ye Wuchen, yang telah beresonansi dengan pedangnya, sehingga Roh Pedang miliknya mampu menyamai kecepatan Li Qiufeng. Di atas langit, satu sosok manusia dan sebilah pedang saling mengejar satu sama lain dan menciptakan garis-garis yang bersinggungan di udara.     

*Boom*     

Diikuti dengan suara yang keras, badai itu terbelah menjadi dua bagian, dan Li Qiufeng memuntahkan darah, tubuhnya terluka akibat tusukan dari aura pedang tersebut, dan kini tubuhnya berlumuran darah.     

*Syuut*     

Pedang itu kembali ke posisinya semula, melayang di depan kedua alis Ye Wuchen, sambil mengeluarkan suara dentangan. Namun, aura pedang antara langit dan bumi itu telah melemah. Sudah jelas, setelah dua kali mengerahkan pedang tersebut, sulit bagi Ye Wuchen untuk mempertahankan kekuatan yang dia miliki sebelumnya.     

Lu Cheng memandang ke arah Ye Wuchen, dan berkata dengan acuh tak acuh, "Aura Pedang Renhuang memang kuat, meskipun digunakan oleh seorang Sage, kekuatan yang dihasilkan masih sedahsyat ini. Kalau begitu, coba terima serangan ini."     

Ketika Lu Cheng selesai berbicara, dia melangkah ke depan. Untuk sesaat, Qi Pedang berayun perlahan, dan di atas langit, terdapat sebuah aura pedang raksasa yang akan dikerahkan dari atas langit.     

"Pedang Tiga Ribu Mil," hati orang-orang yang berada di kejauhan berdebar kencang, pedang yang dimiliki oleh Lu Cheng adalah warisan dari gurunya. Itu adalah sebuah pedang dimana auranya mampu melintasi jarak sejauh tiga ribu mil.     

Istana Pedang Lihen adalah tempat suci utama untuk mempelajari ilmu pedang. Selain Pendekar Lihen yang telah lama mengabaikan urusan duniawi, ada beberapa Saint lainnya yang metode kultivasinya sangat mengerikan. Lu Cheng dan para pendekar lainnya adalah murid dari seorang Saint, dan Saint itu juga yang membimbing Pei Qianying di Istana Pedang Lihen.     

Ketika Lu Cheng melangkah ke depan, tampaknya terdapat sebilah pedang yang jatuh dari atas langit. Sebilah pedang telah terbentuk di atas kepalanya, dan arus udara yang tak ada habisnya dari Jalur Pedang kini mengalir ke dalam pedang tersebut.     

Telapak tangan Lu Cheng membuat gerakan menggenggam di udara, dan pedang itu mulai bergerak, menghentikan proses pembentukannya di atas langit, dan dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusat, Pedang Tiga Ribu Mil itu tampaknya hendak melenyapkan segala sesuatu yang berada di depannya.     

Ye Wuchen memandang ke arah aura pedang yang menebas dari atas langit, kemudian Roh Pedang yang melayang di depan alisnya berdentang, kembali membentuk sebuah badai yang mengerikan.     

Dia terlihat seolah-olah aura spiritualnya sedang terbakar, dan aura spiritual yang tak terbatas mengalir ke dalam Roh Kehidupannya. Kekuatan dari Aura Pedang Renhuang kembali dikerahkan dan aurora pedang yang menakjubkan terpancar keluar.     

Di atas kepalanya, jejak-jejak aura pedang melesat ke arahnya, yang terlihat seperti hari kiamat, seolah-olah ruang hampa telah terkoyak. Lalu Ye Wuchen menunjuk ke depan dengan jarinya.     

Pedang itu melesat ke depan, dan jejak-jejak aura pedang yang melintasi jarak ribuan mil itu dihancurkan tanpa henti oleh cahaya pedang tersebut.     

Namun tetap saja, ada beberapa jejak pedang yang masih melesat ke arahnya, dan Ye Wuchen kini berada dalam situasi yang menyulitkan; dia tidak punya tangan lagi untuk menghadapi serangan itu. Namun, pada saat ini, Xu Que dan Zui Qiangchou tiba di kedua sisinya dalam sekejap, dan pedang mereka berdua diayunkan ke depan untuk menangkis jejak-jejak aura pedang tersebut.     

Pedang dari kedua belah pihak bertabrakan satu sama lain, dan Ye Wuchen memuntahkan darah. Kondisi Xu Que dan Zui Qianchou juga tidak jauh berbeda dari Ye Wuchen. Aura spiritual mereka tampaknya telah tercabik-cabik, tetapi mereka tidak berniat untuk mundur. Sebaliknya, mereka mengerahkan aura pedang masing-masing hingga batas maksimal untuk menghancurkan pedang milik lawan mereka.     

Akhirnya, jejak-jejak aura pedang di atas langit telah dihancurkan. Zui Qianchou dan Xu Que mengambil satu langkah ke belakang secara bersamaan, dan keduanya memuntahkan darah. Mereka mahir dalam teknik membunuh, namun tidak dalam serangan jarak dekat, dan karena itulah mereka berada dalam situasi yang menyulitkan.     

Lu Cheng terus bergerak ke depan, dan terdapat sebuah badai mengerikan dari Jalur Pedang muncul di depannya. Dia berjalan menuju ketiganya dan aura pedang yang tak terbatas itu muncul kembali.     

"Minggir."     

Pada saat ini, terdapat sebuah aura mengerikan yang mengalir dari kejauhan, dan terdengar suara raungan yang mengguncang bumi. Tiba-tiba banyak orang yang menyaksikan pertempuran itu di kejauhan bergegas mundur, kemudian mereka melihat satu sosok yang melesat ke arah medan pertempuran seperti sambaran petir.     

Sosok yang berada di bagian paling depan memiliki tubuh yang kekar, dan setiap langkah yang diambilnya di udara mampu mengguncang bumi, selain itu langit dan bumi tampak bergetar.     

Setelah melihat ke sisi lainnya, Xu Que kini menatap ke arah Lu Cheng, dan seberkas kilatan terlintas di matanya, lalu dia berkata, "Tamat riwayatmu."     

"Oh ya?" Lu Cheng juga memandang ke arah langit. Faktanya, dia tidak mengetahui banyak hal tentang situasi yang terjadi di Sembilan Negara, setidaknya tidak sebanyak yang diketahui oleh Saint Jueying. Dia hanya mengetahui bahwa Pei Qianying telah dibuat lumpuh oleh Ye Futian, yang dikenal sebagai sosok yang tak tertandingi di Sembilan Negara. Alasan mengapa dia melakukan hal tersebut adalah karena Pei Qianying telah mengambil Roh Kehidupan milik Ye Wuchen, yang baru saja bertarung melawannya.     

Dia juga mendengar informasi bahwa selain Ye Futian, masih ada dua orang lainnya yang berhasil menembus Lapisan Langit Kesembilan dan memasuki Peringkat Jiutian. Adapun para kultivator lainnya dari Istana Holy Zhi, dia tidak mengetahui identitas mereka.     

Pria yang sedang menerjang ke arah mereka saat ini, apakah dia adalah salah satu dari tiga orang yang berhasil menembus Lapisan Langit Kesembilan bersama Ye Futian?     

Tapi entah itu benar atau tidak, apa bedanya?     

Aura pedang raksasa telah terbentuk di atas kepalanya, tidak peduli siapa identitas dari sosok yang menerjang ke arah mereka, dia tetap mengayunkan pedangnya ke bawah, dan jejak pedang penghancur memusnahkan segala sesuatu yang berada di hadapannya.     

Kecepatan dari sosok yang menerjang ke arah medan pertempuran itu ditingkatkan hingga batas maksimal, dan para pendekar pedang dari Istana Pedang Lihen yang mengelilingi medan pertempuran di bagian luar tiba-tiba memancarkan aurora pedang untuk menyerang Yu Sheng.     

Namun, Yu Sheng seperti tidak melihat kehadiran mereka. Tampaknya terdapat lapisan baju zirah berwarna emas kegelapan di tubuhnya, yang membuat Qi Pedang yang menghantam tubuhnya tidak mampu melukainya. Bahkan seorang pendekar pedang yang berada di depannya dihempaskan oleh Yu Sheng saat dia menerjang melewatinya.     

*Brak* Terdengar sebuah suara yang keras dari arah langit dan Yu Sheng mengambil langkah panjang untuk memperkecil jarak di antara mereka, dalam sekejap muncul di hadapan Ye Wuchen dan yang lainnya. Dia mendongak dan memandang ke arah jejak-jejak pedang yang melesat ke bawah, dan tubuhnya tiba-tiba menjadi semakin tinggi dan kekar, tubuhnya yang berwarna emas kegelapan ini tidak bisa dihancurkan, selain itu terdengar rapalan sutra bergema di medan pertempuran. Tiba-tiba beberapa jejak telapak tangan Buddha yang berukuran sangat besar dikerahkan ke udara secara bersamaan, bergerak menuju jejak-jejak pedang yang melesat ke bawah.     

Rentetan suara ledakan yang keras terdengar di medan pertempuran, jejak-jejak aura pedang itu terus menerus dihancurkan, dan deretan jejak telapak tangan itu juga tercabik-cabik dan hancur hingga berkeping-keping. Yu Sheng menstabilkan tubuhnya dan melindungi tiga rekannya itu dengan tubuhnya sendiri. Aura pedang terus menerus menghantam tubuhnya, tetapi rentetan serangan itu tidak mampu menembus baju zirah berwarna emas kegelapan miliknya.     

Tidak lama kemudian, beberapa orang tiba di medan pertempuran itu, salah satunya adalah Huang Jiuge.     

*Brak* Yu Sheng mengambil satu langkah di udara dan bergerak menuju Lu Cheng, yang berada di depannya. Pada saat ini, Lu Cheng bisa merasakan sebuah tekanan yang mengerikan dari lawannya. Kekuatan yang dimiliki oleh orang ini sangat mengerikan.     

Terdengar suara keras lainnya, dan Yu Sheng terus melangkah ke depan, setiap langkah yang diambilnya membuat dunia berguncang. Lu Cheng mengerutkan keningnya. Hari ini, semua orang yang dikirimkan oleh Istana Pedang Lihen adalah para pendekar pedang terkuat mereka, yang telah siap untuk menghadapi Ye Futian dan kelompoknya. Sekarang, bahkan sebelum Ye Futian muncul, dia sudah bisa merasakan tekanannya.     

Dengan menggenggam pedang di tangannya, Qi pedang mengalir di sekelilingnya, kemudian Lu Cheng menerjang ke depan, dan arus udara yang tak terbatas dari Jalur Pedang itu bergejolak, membentuk sebuah kekuatan yang terbentuk dari aura pedang.     

"Tebas mereka," tubuh Lu Cheng melesat dari atas langit, dan pedangnya menebas ke bawah, melintasi jarak yang sangat jauh, dan jejak-jejak pedang yang telah menembus ruang hampa itu, perlahan-lahan berubah menjadi badai penghancur yang sangat mengerikan dan menebas ke arah tubuh Yu Sheng.     

Tapi Yu Sheng bergegas naik ke atas langit, kemudian tubuhnya memancarkan cahaya berwarna emas kegelapan, yang merupakan kombinasi dari teknik Buddha dan seni iblis. Banyak orang melihatnya bergerak ke depan dengan ekspresi terkejut di wajah mereka; Apakah dia tidak peduli dengan nyawanya sendiri?     

Qi Pedang yang mengerikan itu dikerahkan ke bawah dan menghantam tubuhnya yang berukuran besar dan kekar, bertabrakan dengan pertahanannya, namun serangan itu tetap tidak bisa menembusnya.     

Sang Buddha dan sang iblis kini telah bergabung menjadi satu kesatuan. Sambil terus menerjang ke depan, jejak-jejak pedang terus menerus menghantam tubuhnya.     

Setelah beberapa saat, semua orang menyaksikan sebuah kepalan tinju raksasa dikerahkan ke bawah dengan membawa kekuatan langit di dalamnya, dan udara seperti ikut berguncang akibat serangan tersebut.     

Lu Cheng kembali mengayunkan pedangnya, tapi sebelum Qi Pedang itu sempat dikeluarkan, kepalan tinju raksasa itu menghantam pedangnya, dan suara yang memekakkan telinga terdengar di medan pertempuran. Pedang itu meledak dan hancur berkeping-keping, sementara tubuh Lu Cheng segera memisahkan diri seperti sebilah pedang, namun kepalan tinju itu tetap saja menghantam tubuhnya dan sebuah kekuatan yang mengerikan menghempaskan tubuhnya ke kejauhan, dan semua tulang di tubuhnya mengeluarkan suara retakan yang terdengar dengan jelas!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.