Legenda Futian

Hancurnya Istana Jueying



Hancurnya Istana Jueying

1Di puncak Istana Jueying, aura pedang mengalir melalui sebuah aula kuno. Saint Jueying sedang duduk di dalamnya sambil berkultivasi dengan mata terpejam.     
0

Setelah berkultivasi ke tingkat ini, sangat sulit baginya untuk berkembang lebih jauh lagi. Hal itu membutuhkan ketekunan, konsentrasi, pola pikir yang kuat, dan keberuntungan agar dia bisa memiliki kesempatan untuk menjadi semakin kuat.     

Beberapa hari terakhir, Saint Jueying merasa gelisah akibat ulah Pei Qianying, dan hal itu telah mempengaruhi kultivasinya.     

Sekarang dia harus mengabaikan pikiran-pikiran yang membuatnya gelisah. Konflik antara Ye Futian dan Istana Pedang Lihen telah berakhir. Di masa depan, mereka akan menghadapi Ye Futian tanpa harus membuang-buang banyak energi.     

Aura pedang mengalir di sekujur tubuhnya. Sementaara seberkas cahaya yang menyilaukan bersinar di aula tersebut seperti sebuah matriks pedang yang menakjubkan. Perlahan-lahan Saint Jueying mulai menenangkan diri.     

Tetapi pada saat itu matanya berkedut pelan. Tiba-tiba dia kembali merasa gelisah. Dia merasa bahwa sesuatu akan segera terjadi.     

"Apa yang sedang terjadi?" dia berbisik pada dirinya sendiri. Sebagai seorang Saint, terkadang dia bisa merasakan hal-hal misterius yang sedang terjadi di dunia ini, atau memiliki semacam firasat. Kegelisahannya saat ini jelas bukan hal yang biasa. Kemungkinan besar ini adalah sebuah firasat bahwa sesuatu akan segera terjadi.     

Dia membuka matanya dan aura spiritualnya menyebar ke segala arah menembus aula tersebut. Dalam waktu singkat, dia bisa merasakan datangnya bahaya yang sangat kuat.     

Jantungnya berdegup kencang saat dia secara samar-samar bisa merasakan ada sesuatu di kejauhan. Aura spiritualnya terus menyebar ke segala arah.     

Tiba-tiba jantungnya mulai berdegup semakin cepat. Saat ini langit dipenuhi dengan aura pedang yang berputar-putar. Sebuah diagram pedang raksasa menutupi langit, dan di bagian tengahnya telah terkumpul aura pedang tak terbatas, membentuk sebuah kekuatan pedang yang mampu melahap dan menghancurkan segalanya.     

"Gawat." Saint Jueying langsung melesat ke atas langit. Tetapi pada saat berikutnya seberkas cahaya terpancar dari bagian tengah diagram pedang tersebut, membelenggu tubuhnya di tempatnya berada.     

"Kalian semua, pergi dari sini sekarang!" Saint Jueying berteriak. Seluruh bagian dari Istana Jueying berguncang. Jantung semua orang berdegup kencang. Bahkan mereka tidak bereaksi setelah mendengar teriakan Saint Jueying, mereka hanya memandang ke atas langit. Saint Jueying mengumpulkan semua aura pedangnya menjadi sebilah Pedang Suci dan tubuhnya berubah menjadi ribuan bayangan pedang.     

Seberkas cahaya yang menyilaukan bersinar ke bawah. Diagram pedang lainnya muncul dan langsung menutupi langit. Bilah-bilah pedang yang tak terbatas bergabung menjadi sebilah pedang dan melesat menembus udara seperti seberkas cahaya. Pedang itu melesat ke bawah, mengabaikan jarak menuju targetnya.     

Pada saat itu, semua orang merasa seolah-olah dewa kematian sedang turun atas mereka. Saat berhadapan dengan aura pedang ini, nyawa mereka tidak berarti apa-apa.     

Cahaya yang menyilaukan itu membutakan mata mereka, dan banyak dari mereka tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangan, berusaha menghalangi cahaya tersebut.     

Ribuan bayangan pedang berkumpul menjadi satu kesatuan. Semua orang mendengar Saint Jueying berteriak, kemudian sebuah aura pedang penghancur menyebar di udara, menghancurkan Istana Jueying hingga menjadi puing-puing.     

Semua orang yang berada di Istana Jueying kini dibasahi oleh keringat, dan ketakutan dapat terlihat dengan jelas di wajah mereka.     

Mereka memandang ke arah Saint Jueying. Dia sedang berdiri di udara dengan darah mengalir dari mulutnya dan rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin. Auranya terlihat lemah, dan kondisinya sangat buruk. Dia terluka parah. Di bawahnya, aula istana telah ditembus oleh sebilah pedang dan hancur berkeping-keping. Tidak hanya itu, bagian istana lainnya juga telah dihancurkan oleh gelombang kejut dari pedang tersebut.     

Semua orang tertegun saat menyaksikan pedang itu dan berdiri di tempat masing-masing tanpa mengatakan sepatah kata-pun, sambil memandang ke arah langit dengan tatapan kosong. Di sana mereka melihat seorang gadis melayang di udara. Sementara itu di kejauhan, sebilah pedang berdentang saat sekelompok kultivator muncul di atas langit, sambil memandang segala sesuatu yang berada di bawah mereka.     

Satu sosok berambut abu-abu melangkah ke depan dan mengalihkan pandangannya ke arah Saint Jueying.     

Saint Jueying menatapnya, kedua matanya dipenuhi dengan keinginan membunuh.     

Dia tahu bahwa orang-orang yang baru saja datang dengan megendarai pedang dari atas langit itu datang kemari untuk membunuhnya. Mereka tidak akan menunjukkan belas kasihan padanya.     

"Ye Futian." Saint Jueying pasti tidak menyangka bahwa lawannya ini akan mengambil tindakan seberani ini padanya.     

Pei Qianying juga menatap ke arah sosok berambut abu-abu tersebut. Tubuhnya merinding, namun bukan hanya karena amarah dan keinginan untuk membalas dendam, tetapi juga karena ketakutan.     

Mengapa Ye Futian telah membawa pasukannya kemari?     

Dia ingin membunuh Ye Futian, tidak peduli bagaimanapun caranya. Tetapi bahkan setelah dia berlutut dan memohon-mohon di hadapan gurunya, dia tidak menyangka bahwa Ye Futian akan menyerang Istana Jueying dan kembali muncul di hadapannya.     

Kepala Desa dan Saint Glass telah bergerak, dimana mereka kini mengepung Saint Jueying dari atas langit. Sebagai satu-satunya Saint di Istana Jueying, mereka jelas tidak akan membiarkannya pergi hidup-hidup.     

"Di masa lalu, Pei Qianying dan Saint Jueying telah mengambil Roh Kehidupan milik rekanku. Mereka datang ke Kuil Jiutian dengan begitu sombong dan menantang kami untuk bertempur. Namun pada akhirnya, mereka tidak mampu menanggung malu atas kekalahan mereka, sehingga mereka mengawasi pergerakanku dan pergi ke Istana Pedang Lihen untuk menghasut mereka agar bertarung melawan kami. Mereka juga menyebarkan berita tentang Huang Jiuge dan Ye Wuchen. Semua perbuatan ini harus dihukum. Mulai sekarang, Istana Jueying akan lenyap. Aku tidak akan mengikutsertakan mereka yang tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Selama kalian tidak bergerak dari tempat masing-masing dan mendengarkan perintahku, aku tidak akan membunuh kalian." Tatapan mata Ye Futian sedingin es. Suaranya bergema di seluruh penjuru Istana Jueying.     

Banyak orang melesat di luar Istana Jueying. Mereka merinding saat menyaksikan pemandangan yang ada di depan mata mereka, dan hati mereka terus berdebar kencang.     

Bagian pusat istana kini telah berubah menjadi puing-puing. Para kultivator yang berada dalam cakupan wilayah sejauh ratusan mil bisa merasakan aura pedang yang turun dari atas langit, dan karena itulah mereka datang kemari secepat mungkin. Ketika mereka mendengar kata-kata Ye Futian, mereka tahu bahwa riwayat Saint Jueying sudah tamat.     

Saint Jueying telah merencanakan upaya pembunuhan terhadap Ye Futian secara diam-diam. Sekarang lawannya telah tiba di sini untuk menghancurkan Istana Jueying.     

"Ayo kita pergi." Sekelompok kultivator melesat pergi dan bergegas melarikan diri dari Istana Jueying. Bagi banyak orang, Istana Jueying hanyalah sebuah tempat untuk berkultivasi. Karena itulah, nyawa mereka jauh lebih berharga. Ye Futian telah mengatakan bahwa selama mereka tidak bergerak, mereka tidak akan dibunuh, tetapi mereka tidak ingin mengambil risiko.     

Seekor elang raksasa berwarna emas kegelapan melesat dari atas langit, menikam ke bawah dengan cakarnya yang tajam. Dalam sekejap semua orang yang melarikan diri tewas terbunuh.     

Tentu saja, ada pula orang-orang yang benar-benar mematuhi instruksi Ye Futian. Selama mereka tidak bergerak, mereka tidak akan dibunuh.     

*Whoosh, Whoosh* Aura-aura pedang yang mengerikan berputar-putar di area tersebut, dan salah satunya melesat ke arah Ye Futian. Ini adalah serangan yang dilancarkan oleh Saint Jueying. Dalam sekejap, Yaya berdiri di depan Ye Futian, dan sebuah tirai cahaya yang mengerikan muncul di sekitarnya yang memisahkan tubuhnya dari aura pedang yang semakin mendekat.     

Pada saat yang sama, Saint Glass juga bergerak. Dia menerjang ke arah Saint Jueying dengan membawa pedangnya dan rambutnya yang panjang berkibar di belakangnya.     

Saint Jueying mengarahkan pedangnya ke atas langit, dan tiba-tiba bayangan pedang yang tak terhitung jumlahnya bermunculan. Semua bayangan pedang itu mengoyak udara dan melesat menuju Saint Glass.     

Tapi Saint Glass seperti tidak menyadari serangan tersebut. Pancaran hawa dingin yang mengerikan memenuhi udara, dan semua orang tanpa sadar mulai menggigil kedinginan. Aura pedangnya mengalir keluar, dan bayangan pedang yang melesat dari atas langit dihancurkan satu per satu. Saint Glass terus menerjang ke depan tanpa berhenti sedikit-pun.     

Wajah Saint Jueying menjadi pucat. Saint Glass berada di tingkat kultivasi yang sama dengan dirinya, namun dia sudah berada di tingkat ini lebih lama dari Saint Glass. Tapi karena dia sudah terluka parah, dan auranya telah melemah. Dia tidak akan mampu melawan Saint Glass.     

Ketika dia merasakan aura Saint Glass semakin mendekat, tiba-tiba dia berubah bentuk menjadi sebilah pedang dan melarikan diri ke belakang.     

Kepala Desa melesat ke arah medan pertempuran dan dalam sekejap waktu sepertinya telah terhenti total. Aura pedang yang tak terbatas melesat ke bawah, menghalangi Saint Jueying yang hendak melarikan diri.     

*Whoosh* Pergerakan Saint Jueying tidak melambat. Ribuan bayangan pedang miliknya kini bergabung menjadi sebilah pedang yang akan menghancurkan segala sesuatu di hadapannya untuk membantunya melarikan diri.     

Dengan menggenggam pedang di tangannya, Kepala Desa mengaktifkan diagram pedang yang berada di udara. Tiba-tiba, sebuah pola pedang muncul di sekitarnya. Serangan yang dilancarkan oleh Saint Jueying menghantam pola pedang tersebut, menghancurkannya dalam sekejap, namun serangan dari Saint Jueying juga berhasil dihentikan.     

Pada saat itu, Saint Jueying merasa sangat kedinginan. Jiwanya seperti sedang berguncang hebat.     

Seolah-olah seluruh dunia telah dipenuhi dengan hawa dingin yang mengerikan. Seluruh dunia tampaknya telah menjadi semacam negeri dongeng, dan seolah-olah kemampuannya menjadi tidak berguna saat berhadapan dengan konsepsi artistik ini.     

Tiba-tiba dia berbalik dan menebas ke depan dengan pedangnya. Cahaya yang dipancarkan dari pedangnya melesat hingga ratusan mil jauhnya, namun satu hal yang dia lihat hanyalah wajah cantik sedingin es yang tak kenal ampun, dan pedangnya yang tidak memiliki emosi.     

Pedang itu diayunkan ke arahnya, dan tiba-tiba semua ilmu pedang yang dimilikinya telah menghilang. Saat ini, hanya ada sebilah pedang yang hendak membelah tubuhnya.     

Saat pedang itu menghampirinya, dia tampak membeku. Dia tidak pernah merasa ketakutan seperti ini sebelumnya. Pedang itu membelah kesadarannya akan Jalur Agung dan menghancurkan kekuatan dari Jalur Agung yang ada di dalam tubuhnya. Suara gemuruh bergema di dalam tubuhnya saat dia merinding ketakutan.     

Dia telah dikenal sebagai Saint Jueying selama bertahun-tahun. Dia adalah orang yang mendirikan Istana Jueying. Dan sekarang dia akan kehilangan nyawanya di tangan seorang kultivator junior?     

Dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal tersebut. Pedang milik Kepala Desa telah menembus tubuhnya. Pedang yang mampu mengoyak ruang hampa telah menghancurkannya. Tampaknya tubuh Saint Jueying kini telah berubah menjadi seberkas cahaya yang menyilaukan. Tubuhnya hancur dalam ketakutan, dan aura pedangnya yang tak terbatas telah menghilang.     

"Tidak!" Seru semua orang yang berada di Istana Jueying saat mereka menyaksikan Saint Jueying tewas terbunuh. Keputusasaan mereka dapat terlihat dengan jelas di wajah mereka.     

Mungkinkah seorang Saint bisa tewas seketika seperti itu?     

Saat ini, semua orang tetap tidak mengatakan sepatah kata-pun karena mereka ketakutan. Tidak ada seorang-pun yang berani bergerak.     

Ye Futian melangkah menuju Pei Qianying. Tidak ada seorang-pun yang akan menghalangi jalannya.     

Pei Qianying melihatnya berjalan mendekat dan tubuhnya merinding ketakutan. Dia mengepalkan tangannya begitu erat sehingga urat nadinya tampak menonjol.     

Rasa dendam, rasa sakit, penyesalan, dan ketakutan kini memenuhi hatinya.     

Dengan ekspresi acuh tak acuh, Ye Futian berkata, "Wuchen."     

Ye Wuchen memahami maksud dari panggilan Ye Futian. Dia melangkah ke depan dengan memancarkan sebuah aura pedang yang sangat kuat menuju Pei Qianying.     

Di masa lalu, Pei Qianying telah mengambil Roh Kehidupannya. Pria ini sangat sombong, dan mereka harus menunggu begitu lama untuk bisa bertarung melawannya di Kuil Jiutian.     

Saat dia melihat Ye Wuchen berjalan ke arahnya, Pei Qianying berteriak dan menerjang ke arahnya.     

Seberkas cahaya yang menyilaukan terpancar dari mata Ye Wuchen saat Roh Pedangnya muncul, sebuah aura pedang emas yang mampu menghancurkan segalanya. Dia mempercepat pergerakannya sehingga meninggalkan jejak bayangan di belakangnya setelah dia mengayunkan pedangnya.     

Pada saat yang sama, Pei Qianying juga menebas dengan pedangnya, namun pergerakan Wuchen sepertinya lebih cepat darinya. Pedang emas itu memancarkan kilatan saat menembus leher Pei Qianying. Tubuhnya bergetar hebat. Dia meletakkan tangannya di lehernya dan darah mengalir melalui jari-jarinya.     

Air mata mengalir dari matanya. Tampaknya dia sedang memikirkan kembali kejayaan yang bisa saja dia dapatkan di masa depan.     

Mungkinkah Pei Qianying, sang jenius dari Kuil Jiutian, seorang murid dari Istana Pedang Lihen, dan putra dari Saint Jueying, akan berakhir seperti ini?     

Tubuhnya terjatuh dari atas langit. Ada rasa penyesalan yang luar biasa di dalam matanya. Mengapa dia mengambil Roh Kehidupan Ye Wuchen kala itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.