Legenda Futian

Pertempuran Tersengit di bawah Saint Plane



Pertempuran Tersengit di bawah Saint Plane

1Lapisan Langit ke-33 dari Istana Pedang Lihen, yang juga dikenal sebagai Puncak Langit, berada di tengah-tengah deretan awan dan lapisan kabut, seperti sebuah tempat dimana seorang Saint akan tinggal dan berkultivasi.      3

Wang Chuan sedang duduk di depan sebuah istana dengan mata terpejam, jubahnya berkibar tertiup angin. Auranya tampak luar biasa, seolah-olah dia bukan berasal dari dunia ini.     

Di sekitar Wang Chuan, jejak-jejak Aura Pedang mengalir dan mengelilingi tubuhnya tanpa menghilang sedikit-pun, membentuk sebuah medan dari Spiritual Qi yang mengerikan di sekelilingnya. Pada saat ini, ketika Ye Futian memandang ke arah Wang Chuan, dia merasakan sesuatu yang aneh, seolah-olah apa yang dia lihat bukanlah seorang manusia melainkan sebilah pedang.     

Wang Chuan kini telah menyatu dengan Jalur Agung, dan meskipun dia sedang duduk di sana dengan tenang, namun saat ini dia lebih berbahaya daripada siapa-pun.     

Wang Chuan, sang pemimpin generasi muda dari Istana Pedang Lihen, yang memiliki bakat luar biasa dalam Jalur Pedang, dimana saat ini berada tepat di bawah Saint Plane, sosok yang telah membunuh para kultivator dari Dunia Kaisar Li hanya dengan satu serangan pedang.     

Pada saat ini, dia sedang duduk di Lapisan Langit ke-33, menunggu kehadiran Ye Futian.     

Di arah lainnya, tepatnya di atas pegunungan kuno yang begitu curam dan setajam bilah pedang, terdapat kawasan istana yang menjulang tinggi hingga ke atas langit. Di bagian tepinya, seseorang sedang berdiri dengan meletakkan kedua tangannya di punggungnya, sambil memandang ke bawah dengan tenang.     

Pendekar Lihen sedang mengamati jalannya pertempuran secara langsung.     

Di atas langit, seekor binatang suci, yaitu Phoenix Biru, tampak melayang di udara, dan Xia Qingyuan berdiri di atasnya, dia juga sedang melihat ke bawah dengan tenang. Dia berperan sebagai saksi bagi Ye Futian dan kelompoknya apabila mereka mampu mencapai Lapisan Langit ke-33, dan sampai saat ini, Ye Futian masih belum melancarkan satu serangan.     

Ye Wuchen telah menghabiskan banyak energi setelah mengerahkan kekuatan dari Aura Pedang Renhuang. Jika tidak, dia tidak akan bisa mencapai Lapisan Langit ke-33 dari Istana Pedang Lihen dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Tetapi setelah pertempurannya melawan Lu Cheng, sulit sekali untuk mempertahankan kekuatan aura spiritualnya sendiri, dan kini Yu Sheng mengambil alih posisinya sebagai petarung di bagian terdepan untuk membuka jalan. Tidak ada seorang-pun yang bisa menghentikan kelompok ini saat mereka telah tiba di sana.     

Pemandangan ini sepertinya sudah tidak asing lagi, sama seperti saat mereka memasuki Lapisan Langit Kesembilan di Kuil Jiutian. Kala itu, mereka bergerak dengan momentum yang luar biasa.     

Namun, para pendekar pedang di Istana Pedang Lihen, terutama mereka yang berada di atas lapisan kesebelas, mereka jauh lebih kuat daripada para kultivator yang berada di Lapisan Langit Kesembilan dari Kuil Jiutian. Lagipula, Pei Qianying hanyalah salah satu murid dari lapisan kesebelas, namun saat ini, Ye Futian, Yu Sheng dan Ye Wuchen juga menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya.     

Di hadapan Ye Futian dan rekan-rekannya, sekelompok pendekar pedang tampak berdiri di sana, menghalangi jalan Ye Futian dan Yu Sheng. Kelompok Ye Futian telah naik hingga ke titik ini dengan mudah, dan hal itu jelas bukan citra yang bagus untuk Istana Pedang Lihen, terutama ketika Pendekar Lihen sedang menyaksikan semua ini secara pribadi. Fakta bahwa lapisan-lapisan langit dari Istana Pedang Lihen telah ditembus dengan begitu mudah oleh mereka tampaknya berfungsi untuk membuktikan pendapat Ye Futian bahwa tidak ada seorang-pun di bawah Saint Plane dari Istana Pedang Lihen yang pantas bertarung melawannya.     

Yu Sheng melangkah ke depan, dan mengguncang permukaan tanah, dan dia pergi menuju para pendekar pedang itu.     

Mereka ini adalah para pendekar pedang dari Lapisan Langit ke-33 di Istana Pedang Lihen, sudah bisa dipastikan bahwa mereka semua merupakan pendekar pedang yang berada di puncak Sage Plane, dan Aura Pedang yang mereka miliki jelas lebih kuat daripada lawan-lawan yang pernah mereka temui sebelumnya.     

Pada saat ini, seseorang melancarkan serangan, dan sebilah pedang diayunkan ke arah Yu Sheng. Ketika pedang itu diayunkan, sambaran petir dan kilat bergemuruh di antara langit dan bumi, seolah-olah serangan itu mampu menghancurkan bongkahan batu, dan memusnahkan aura spiritual seseorang.     

Pedang ini seperti sebuah bencana petir dari Jalur Agung dengan kecepatan yang luar biasa, serta membawa kekuatan petir penghancur di dalamnya, seperti cahaya mengerikan dari bencana Jalur Pedang. Sementara itu di atas langit, jejak-jejak berwarna ungu yang mengerikan menebas ke arah tubuh kekar milik Yu Sheng, dan di dalam pikirannya, tampaknya telah muncul seberkas cahaya pedang yang berniat untuk mencabik-cabik aura spiritualnya hingga hancur berkeping-keping.     

Di tubuh Yu Sheng, cahaya dari sang Buddha dan sang iblis mengelilinginya, tubuh yang terlihat seperti dewa itu tidak bisa dihancurkan. Ketika cahaya pedang yang mengerikan itu semakin mendekat, terdengar suara ledakan yang keras dari arah medan pertempuran, bahkan pertahanan yang begitu kuat seperti milik Yu Sheng kini mulai retak, namun tubuhnya yang asli sama sekali tidak terpengaruh, karena itulah dia mampu terus bergerak ke depan.     

Tiba-tiba terdengar suara yang memekakkan telinga, seperti suara dari Jalur Agung, yang mengubah area ini menjadi sebuah area penghancur dari Jalur Pedang. Cahaya pedang yang tak terbatas menghantam tubuh Yu Sheng. Pada saat ini, Yu Sheng merasa seolah-olah riwayatnya akan berakhir akibat cahaya pedang tersebut, dimana aura spiritualnya tampaknya telah hanyut di dalam Jalur Pedang.     

Aliran dari arus-arus penghancur berputar-putar di sekitar tubuhnya dan tubuh yang terlihat seperti dewa itu telah retak, namun masih ada seberkas cahaya berwarna emas kegelapan yang mengalir di sekitar tubuhnya. Ketika cahaya dari Jalur Pedang yang mengerikan itu menghantam tubuhnya, dia melahapnya sedikit demi sedikit dan kini mengalami demonisasi.     

*Boom* Tidak lama kemudian terdengar sebuah suara yang keras, lalu Yu Sheng terus melangkah ke depan, seperti seorang dewa iblis, sambil memancarkan sebuah tekanan yang menyesakkan dari tubuhnya.     

Tubuh dari pendekar pedang yang berada di depannya berputar di udara, dan cahaya bencana itu menyebar di atas langit. Dalam sekejap, Aura Pedang yang tak terbatas muncul di antara langit dan bumi; karena Yu Sheng hendak melahap kekuatan itu dan menggunakannya untuk proses demonisasi, maka dia membiarkan hukum dari Jalur Agung itu melampaui batas dari tubuh fisiknya hingga akhirnya kekuatan itu dihancurkan dari dalam tubuhnya.     

Dia ingin melihat seberapa kuat tubuh kekarnya ini saat menerima kekuatan dari Jalur Pedang.     

*Boom* Terdengar suara keras lainnya, udara ikut berguncang, dan Yu Sheng kembali mengambil satu langkah ke depan. Kekuatan iblis terpancar dari kedua matanya, dan pendekar pedang itu merasakan adanya sebuah tekanan yang mengerikan. Dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusat, saat ini beberapa patung dewa iblis telah muncul, sehingga kini dia tidak lagi berhadapan dengan seorang manusia, melainkan seorang iblis.     

Ekspresi di wajah pendekar pedang itu sedikit berubah, dan sekarang ada beberapa patung dewa iblis yang mengerikan di sekitarnya. Yu Sheng kembali melangkah ke depan, dan sebilah pedang bencana dengan kekuatan petir kegelapan muncul di tengah-tengah kumpulan patung dewa iblis tersebut, seolah-olah serangan yang telah dia kerahkan pada Yu Sheng kini telah didemonisasi oleh Yu Sheng, sehingga kekuatan penghancur di dalamnya tampaknya menjadi semakin kuat karena ada kekuatan iblis yang menyatu di dalamnya.     

Langit tampak redup, seolah-olah bencana dari Jalur Pedang yang sesungguhnya telah tiba.     

Ekspresinya sedikit berubah, kini dia harus bertarung melawan kekuatannya sendiri, dan Qi Pedang terus menyerang tanpa henti, sulit sekali untuk dihancurkan. Di depannya, muncul sebuah jejak telapak tangan Buddha berukuran raksasa yang menutupi langit dan matahari. Ketika jejak telapak tangan raksasa itu dikerahkan ke depan, serangan tersebut seolah-olah mampu meruntuhkan langit, menyerang semua makhluk hidup dan menghancurkan Jalur Pedang.     

*Boom* Diikuti dengan suara yang keras, tubuhnya menghantam permukaan tanah. Sekujur tubuhnya seperti telah tercabik-cabik, berlumuran darah, dan sangat mengerikan untuk dilihat.     

Namun, pendekar pedang lainnya yang terus menyerang dari belakang tanpa ada rasa takut sedikit-pun. Meskipun mereka mengetahui bahwa itu adalah sebuah tindakan yang sia-sia, mereka tetap bersedia untuk bertarung.     

Mereka adalah para pendekar pedang terbaik dari Lapisan Langit ke-33 di Istana Pedang Lihen, jika mereka memilih untuk mundur, lalu siapa lagi yang akan bertarung?     

Ye Futian tidak melihat ke bawah, namun dia terus melangkah ke depan seorang diri, menuju pendekar pedang yang sedang duduk di bagian tepi istana. Dari tubuh Wang Chuan, Ye Futian bisa merasakan sebuah aura, aura seseorang yang telah mencapai Saint Plane.     

Hari itu ketika Wang Chuan menghunus pedangnya dan turun dari Lapisan Langit ke-33, lalu membantai para kultivator dari Dunia Kaisar Li dengan satu serangan pedangnya, dia sudah merasa bahwa Wang Chuan benar-benar telah mencapai batas menuju Saint Plane, dan batas ini menunjukkan bahwa dia sudah sangat dekat menuju Jalur Divine.     

Mungkin perbedaannya sangat tipis, tetapi dari tubuh Wang Chuan, dia bisa merasakan jejak dari kekuatan Saint.     

Setelah pertempuran yang terjadi di luar Istana Kaisar Xia kala itu, banyak orang di Dunia Kaisar Xia menyatakan bahwa Ye Futian adalah sosok nomor satu di bawah Saint Plane di seluruh penjuru Dunia Kaisar Xia, dan mereka bertaruh bahwa dia dapat melangkahkan kaki ke Lapisan Langit ke-33. Namun, langkahnya akan terhenti di sini, dan kalah di tangan Wang Chuan.     

Meskipun akhir kisah ini masih belum bisa dipastikan, namun kekuatan dan pola pikir yang dimiliki oleh Wang Chuan bukanlah sesuatu yang bisa dibandingkan dengan orang-orang seperti Pei Qianying dan Lu Cheng.     

Saat ini, Wang Chuan membuka matanya dan menatap ke arah Ye Futian. Kedua matanya dipenuhi dengan Aura Pedang yang mengerikan dan ketika dia memandang ke arah Ye Futian, tiba-tiba Ye Futian merasa bahwa ada Aura Pedang yang menusuk matanya, seolah-olah Aura Pedang itu berusaha menembus aura spiritualnya. Meskipun demikian, dia tetap berdiri tegak di tempatnya, dan kedua matanya menatap ke arah Wang Chuan.     

Suasana yang sangat menegangkan kini menyelimuti area ini. Wang Chuan belum melancarkan serangannya, namun Ye Futian merasa bahwa dia sudah berada di tengah-tengah Aura Pedang penghancur yang berada dimana-mana, menyelimuti area di sekitarnya, yang menusuk tubuh dan aura spiritualnya tanpa henti.     

Rambutnya yang berwarna abu-abu tertiup angin, dan pakaiannya berkibar, menimbulkan suara yang tajam dan keras. Dalam sekejap, pakaiannya kini telah dipenuhi oleh lubang.     

Ye Futian terus bergerak ke depan, seolah-olah dia sama sekali tidak terganggu oleh Aura Pedang tersebut, dan dia langsung bergerak menuju Wang Chuan.     

Dia ingin melihat apakah sosok nomor satu di bawah Saint Plane sekaligus pendekar pedang yang tidak lama lagi akan menjadi seorang Saint ini dapat menjadi ancaman baginya atau tidak.     

Dengan setiap langkah yang diambilnya, Aura Pedang itu menjadi semakin kuat, cukup kuat untuk mencabik-cabik segalanya hingga hancur berkeping-keping. Jika orang yang menghadapi Wang Chuan saat ini bukanlah Ye Futian, melainkan kultivator lainnya di tingkat Sage Plane, mungkin mereka sudah berubah menjadi bagian-bagian kecil yang tak terhitung jumlahnya sekarang.      

Ekspresi Wang Chuan terlihat seperti biasanya dan tampak sangat tenang, sama sekali tidak terlihat seperti sedang diancam oleh sebuah pertempuran yang penting.     

Di hadapannya, ada seorang jenius langka yang dikenal sebagai sosok yang tak tertandingi dari Sembilan Negara. Bahkan setelah memasuki Dunia Atas, dia masih dianggap sebagai sosok yang luar biasa, dimana dia sangat dikagumi oleh Kaisar Xia dan sang puteri.     

Dalam pertempuran ini, dia tidak mencari kemenangan maupun kekalahan, dia hanya ingin hati dan pedangnya akan terhubung menjadi satu kesatuan, dan ilmu pedangnya akan sempurna.     

"Pedang." Wang Chuan mengucapkan satu kata; ini adalah kata pertama yang dia ucapkan dalam pertemuan kali ini. Tidak ada kata tambahan lainnya.     

Saat dia selesai berbicara, Qi Pedang langsung melesat ke arah langit. Pedang dari langit dan bumi, yang berada di atas langit, kini membentuk bilah-bilah pedang yang tak terhitung jumlahnya dan melesat ke bawah, mengelilingi tubuhnya sambil mengeluarkan suara dentangan. Penampilannya saat ini tampak spektakuler.     

"Maju!"     

Satu kata lainnya terdengar, dan dalam sekejap ribuan pedang menembus langit.     

Jalur Pedang dari seluruh penjuru langit mengalir ke bawah seperti sebuah sungai dari langit. Setiap pedang dari ribuan bilah pedang ini seperti sebuah peralatan ritual Saint, yang mampu mengoyak udara dan menebas roh. Itu benar-benar sebilah pedang yang berisi kekuatan Saint di dalamnya.     

Di atas tubuh Ye Futian, terdapat seberkas cahaya bencana penghancur, yang berpusat pada tubuhnya, seolah-olah hari kiamat telah tiba, kemudian ribuan sinar dari cahaya bencana itu terpancar secara bersamaan. Setiap sinar cahaya itu seperti sebilah pedang, yang langsung bertabrakan dengan serangan dari Aura Pedang.     

Cahaya pedang dan cahaya bencana itu meledak dan hancur, selain itu terdapat sebuah pemandangan yang mengerikan di antara keduanya.     

Aura Pedang itu tidak menghilang, begitu pula dengan cahaya bencana tersebut. Ye Futian membawa cahaya bencana itu bersamanya dan terus bergerak ke arah Wang Chuan, seperti seorang dewa yang sedang berjalan-jalan dengan membawa Aura Pedang yang tak terbatas.     

Saat melihat Ye Futian bergerak ke depan selangkah demi selangkah, tubuh Wang Chuan perlahan-lahan melayang ke udara, dan dia meluruskan kedua kakinya yang semula dalam posisi duduk bersila. Sama seperti Ye Futian, dia juga melangkah ke depan, bergerak menuju Ye Futian. Keduanya seperti sedang tidak berada di tengah-tengah sebuah pertempuran.     

Namun setiap langkah yang diambil mengeluarkan kekuatan penghancur yang mampu membunuh Sage. Area di antara mereka berdua telah menjadi wilayah yang sangat berbahaya.     

Cahaya bencana dan cahaya pedang itu saling bertabrakan satu sama lain, tanpa menggunakan teknik pedang maupun kekuatan sihir di dalamnya, hanya mengandalkan kekuatan murni belaka.     

Sekujur tubuh Wang Chuan memancarkan seberkas cahaya pedang yang sempurna, seolah-olah tubuhnya telah menyatu ke dalam ribuan Aura Pedang dan memasuki kondisi tidak sadar. Saat Wang Chuan berada dalam kondisi ini, Ye Futian benar-benar bisa merasakan tekanan yang menyebar di udara, dan dia merasa bahwa saat ini dia bukan menghadapi seorang semi-Saint, tetapi seorang Saint sejati.     

"Jalur Pedang dari tiga ribu bilah pedang," Wang Chuan memberi perintah, dan ketika dia selesai berbicara, cahaya pedang dari seluruh penjuru langit menyatu ke dalam tubuhnya, yang membuat tubuhnya bersinar semakin terang, seperti sebuah ilusi, seolah-olah dia bukan lagi satu sosok yang nyata, melainkan telah berubah menjadi tubuh dari sebilah pedang.     

Ribuan sinar cahaya pedang di udara telah menghilang, semua sinar itu kini telah bergabung ke dalam tubuh Wang Chuan, namun Aura Pedang di antara langit dan bumi kini menjadi beberapa kali lebih kuat dari sebelumnya, seolah-olah sebuah perubahan yang signifikan telah terjadi.     

Cahaya bencana di sekitar tubuh Ye Futian telah ditekan, dan Jalur Pedang itu lebih kuat dari hukum; di hadapan Jalur Pedang, tidak ada satu-pun hukum yang bisa berkutik.     

Wang Chuan telah meminjam tiga ribu pedang dan mengubahnya menjadi Jalur Pedang.     

Saat ini Wang Chuan merupakan perwujudan dari Jalur Pedang.     

Pria itu telah menjadi Jalur Pedang.     

Dia terus bergerak ke depan, dan Aura Pedang itu menusuk tubuh Ye Futian, seolah-olah hendak menghancurkan tubuhnya dan mencabik-cabik aura spiritualnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.