Legenda Futian

Menjadi Murid



Menjadi Murid

2Dong Chen berada tepat di bawah sumber kekuatan tersebut, dan tentu saja tekanan yang dia rasakan adalah yang terkuat.     3

Cahaya yang menyelimuti tubuhnya masih bersinar terang, dan ribuan jari bencana dikerahkan untuk menyerang lonceng kuno yang tak terlihat dari Jalur Agung tersebut.     

Tetapi pada saat ini, baik lonceng maupun tripod itu mengeluarkan suara dengungan. Suara lonceng itu menghancurkan aura spiritual lawannya; Sementara tripod itu menghancurkan segalanya, menekan tubuh fisik, Tripod of Dragon and Elephant mampu menekan Jalur Agung.     

Kedua tangan Dong Chen membentuk mudra, dan tiba-tiba, terdengar suara dentingan yang keras dari tubuhnya. Kemudian seberkas cahaya yang mengerikan menyelimuti tubuhnya. dan tiba-tiba muncul sosok petarung Vajra, yang tumbuh semakin tinggi hingga mencapai ratusan meter, seperti sosok petarung dari Jalur Agung.     

Terlebih lagi, sosok petarung Vajra itu mengeluarkan banyak tangan di tubuhnya, dan aura dari Jalur Agung mengalir di sekitarnya, semua tangan itu menyerang secara bersamaan. Telapak-telapak tangan berukuran besar itu mengandung metode mudra yang mengerikan di dalamnya.     

Para Tetua dari Akademi Dali mengangguk pelan. Dong Chen adalah murid terkuat di bawah Saint Plane di Akademi Dali. Saat ini, dia telah menggabungkan sosok petarung yang dibentuk dari auranya serta dua metode kultivasi lainnya untuk menciptakan sebuah kombinasi kekuatan yang sempurna, sehingga mampu memancarkan kekuatan yang luar biasa.     

Selama ini Dong Chen selalu memiliki pemahaman kultivasi yang kuat, sehingga dia mampu memahami arti sebenarnya dari suatu metode kultivasi.     

Tripod of Dragon and Elephant turun ke bawah dan memusnahkan segalanya. Sementara itu, telapak tangan Vajra bertabrakan dengan tripod tersebut, dan menimbulkan sebuah badai yang dahsyat. Pakaian orang-orang yang menyaksikan pertempuran di sekitar area tersebut tampak berkibar-kibar tak terkendali, dan kekuatan dari Jalur Agung menyebar ke arah mereka. Para Sage terhempas ke belakang, dan sulit bagi mereka untuk tetap berdiri di tempat masing-masing.     

*Dong*     

Di Hao terus bergerak ke depan, dan suara lonceng itu mengguncang langit. Tripod of Dragon and Elephant, yang terlihat seperti sebuah tripod suci, memancarkan sinar-sinar berwarna emas yang tampak seperti cahaya dari Jalur Agung, yang diarahkan menuju Dong Chen.     

Pada saat ini, semua orang tampaknya dapat memahami sekuat apa tekanan yang dirasakan oleh Dong Chen; sosok petarung Vajra yang berukuran besar dan tak tertandingi itu tampaknya sedang berada di ambang kehancuran.     

*Dong*     

Terdengar suara ledakan yang keras, dan banyak garis cahaya muncul pada sosok petarung milik Dong Chen, yang menyebar menuju kedua lengannya. Di atas langit, banyak lengan dikerahkan secara bersamaan, menciptakan sebuah pola emas yang sangat menakjubkan, dimana pola emas itu memancarkan cahaya yang tak terbatas, dan bertabrakan dengan cahaya dari tripod suci milik Di Hao; dua kekuatan itu saling mendorong satu sama lain.     

Di Hao mengulurkan kedua tangannya, jubahnya berkibar, dan sebuah aura yang mengerikan terpancar dari tubuhnya, yang kemudian berubah menjadi sangat tajam. Dengan menjadikan tubuhnya sebagai titik pusat, tiba-tiba muncul sebuah badai yang terbentuk dari aura pedang, dan di belakangnya, muncul sebilah pedang emas yang menakjubkan.     

"Dia juga mahir dalam ilmu pedang?" Semua orang memandang ke arah medan pertempuran dengan terkejut.     

Saat ini Di Hao sudah mengeluarkan tiga Roh Kehidupan, dimana ketiganya adalah roh bela diri.     

Lonceng, tripod, dan pedang.     

Saat ini, dia sedang berdiri di atas panggung pertempuran seperti raja dari prajurit-prajurit suci.     

Ketika aura pedang itu berdentang, aura pedang yang tak terbatas kembali berkumpul di hadapannya. Dengan disaksikan oleh semua orang, Pedang Kasyapa yang sebelumnya digunakan oleh Seven Sins kini kembali terbentuk.     

"Pedang Kasyapa, Di Hao juga menguasainya." Banyak murid dari generasi muda bisa merasakan hati mereka berdebar kencang dan merasa sangat terkejut.     

Terlebih lagi, Pedang Kasyapa milik Di Hao lebih kuat daripada milik Seven Sins.     

Banyak orang tampak penasaran. Semua orang mengira bahwa pertempuran antar pendekar pedang telah berakhir, tetapi tidak ada seorang-pun yang menduga bahwa Di Hao juga mahir dalam ilmu pedang.     

Namun, roh pedang itu hanyalah salah satu dari Roh Kehidupan milik Di Hao; dimana dia memiliki tiga Roh Kehidupan utama, dan masing-masing roh itu sangat kuat.     

Pada pertarungan sebelumnya melawan Seven Sins, Ye Futian mengatakan bahwa ada kelemahan yang fatal dalam pedang milik Seven Sins, maka tidak perlu diragukan lagi bahwa Di Hao tidak memiliki kelemahan.     

Suara lonceng itu menekan aura spiritual targetnya, sementara Tripod of Dragon and Elephant menekan segalanya, dan munculnya roh pedang tersebut menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan ini!     

Orang-orang dari Gunung Daoli tampak tenang dan sama sekali tidak terkejut. Tentu saja mereka mengetahui sekuat apa Di Hao sebenarnya.     

Bahkan Seven Sins saat ini sedang mengamati jalannya pertempuran dengan tenang. Dia sendiri sudah sangat kuat, dimana hanya ada beberapa orang di bawah Saint Plane yang mampu disejajarkan dengannya, dan di seluruh penjuru Kota Kekaisaran, nyaris tidak ada seorang-pun yang mampu melawannya. Inilah alasan mengapa dia mampu mengalahkan kultivator nomor dua dari Akademi Dali, Zuo Zong, dengan kemenangan mutlak.     

Namun, Di Hao adalah seseorang yang sangat dia kagumi, dan juga seseorang yang menurutnya tidak akan pernah bisa dia lampaui.     

Dengan adanya Di Hao, semua orang hanya bisa bertarung untuk memperebutkan posisi kedua.     

Meskipun dia sangat kuat, namun jika dia bertarung melawan Di Hao, dia akan kalah telak. Entah itu dari awal pertempuran maupun membiarkannya mengeluarkan pedangnya, pada akhirnya dia akan kalah. Dia tidak akan bisa menghentikan Di Hao dalam membentuk Pedang Kasyapa, seperti yang dilakukan oleh Pendekar Ketujuh padanya.     

"Penasihat Kekaisaran, Dong Chen tampaknya sedang berada di bawah tekanan yang luar biasa," ujar Li Xun pada pria yang berada di sebelahnya, "Saya tidak tahu bahwa paman telah mengadopsi seorang putra yang begitu kuat."     

Penasihat Kekaisaran memandang ke arah medan pertempuran dengan tenang. Kekuatan Di Hao memang berada di puncak menuju Saint Plane. Kemampuan seperti itu nyaris tak terkalahkan.     

Pedang Kasyapa kini telah terbentuk. Tidak seperti Seven Sins, Di Hao mampu membentuk beberapa Pedang Kasyapa sekaligus, dan dalam sekejap pedang-pedang itu berdentangan di atas langit.     

Lonceng itu masih terus berbunyi, dan Tripod of Dragon and Elephant masih berhadapan dengan Dong Chen, dan dengan adanya pedang-pedang mengerikan yang terus menekannya, bisa dibayangkan betapa mengerikannya tekanan yang diterima oleh Dong Chen.     

*Dong*     

Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang keras, dan lengan-lengan di tubuh Dong Chen dikerahkan secara bersamaan, dan arus-arus yang berada di sekitar tubuhnya sangat ganas. Kemudian dia pergi menuju Di Hao, alih-alih mundur, dia malah bergerak menuju lawannya.     

"Maju!"     

Jari-jari Di Hao menunjuk ke depan, dan Pedang Kasyapa langsung menembus ruang hampa dengan kecepatan maksimal.     

*Whoosh*     

Pada saat ini, ada banyak bayangan yang bermunculan di bagian depan, dan semua bayangan itu menyerupai sosok Dong Chen, dan bayangan-bayangan ini tampak sangat nyata.     

Pedang Kasyapa melintas, dan semua bayangan itu hancur dalam sekejap, namun bayangan-bayangan lainnya terus menerus terbentuk, dan tampaknya jumlahnya semakin meningkat.     

Tidak hanya itu saja, di atas bayangan-bayangan ini, terdapat pula sebuah aura spiritual yang sangat kuat.     

Di Hao merasa terancam. Tiba-tiba Tripod of Dragon and Elephant kembali ke posisinya semula, dan muncul di atas tubuhnya. Kekuatan yang dahsyat menyebar di udara. Dia terus bergerak ke depan, dan lonceng serta tripod itu berbunyi secara bersamaan.     

Kemudian dia mengerahkan telapak tangannya ke depan, dan Pedang Kasyapa yang berdentang di udara tiba-tiba melesat melintasi ruang hampa, melakukan pembantaian di atas langit, berusaha menghancurkan semua bayangan dari Dong Chen.     

Di atas Pedang Kasyapa, terdapat keinginan membunuh yang tersembunyi di dalamnya; ini adalah keinginan membunuh yang telah ditempa oleh Di Hao dari pengalamannya selama berada di medan pertempuran.     

*Dong*     

Sosok petarung Vajra muncul dari salah satu bayangan, menghalangi aura pedang yang terus menyerang tanpa henti. Pada saat yang sama, sosok petarung itu menerjang ke depan dan langsung menekan lokasi dari tubuh asli Di Hao.     

Namun Di Hao sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Tripod of Dragon and Elephant turun dari atas langit, menghancurkan segalanya, dan dikerahkan menuju sosok petarung tersebut. Banyak lengan pada sosok petarung itu dikerahkan ke udara untuk menahan Tripod of Dragon and Elephant.     

Tubuh Dong Chen diselimuti oleh cahaya yang menyilaukan saat dia bergerak ke depan. Dia dikelilingi oleh cahaya suci, seolah-olah dia sudah tidak lagi berada di bawah Saint Plane, tetapi sudah memasuki Jalur Divine.     

Di Hao menyatukan kedua telapak tangannya, dan bilah-bilah pedang yang berada di sekitarnya saling berdentangan. Dalam sekejap, Pedang Kasyapa melesat dari atas langit. Dengan menjadikan tubuh Dong Chen sebagai titik pusatnya, pedang itu langsung menyerang secepat mungkin.     

Banyak murid dari Akademi Dali mengepalkan tangan mereka dengan erat, dan mereka tampak gelisah. Pada saat ini, Pedang Kasyapa dan jutaan aura pedang menyerang secara bersamaan, menghancurkan ruang hampa dan benar-benar tidak dapat dihentikan.     

Tapi Dong Chen tidak mempedulikannya dan terus bergerak ke depan.     

Pedang itu melesat dan hendak menusuk tubuhnya.     

Ketika pedang itu tiba di hadapan Dong Chen, pedang itu berhenti secara tiba-tiba. Cahaya yang dipancarkan dari tubuh Dong Chen menyelimuti area tersebut. Pedang itu berdentang dengan ganas, dan Di Hao kembali melangkah ke depan, sambil mengerahkan jari-jarinya ke depan, terus memerintahkan pedang itu untuk menyerang.     

Terdengar sebuah suara yang keras, dan pada saat ini, Dong Chen kembali membelah diri, menghasilkan sosok-sosoknya yang lain, dan langsung bertabrakan dengan Pedang Kasyapa, dan dihancurkan oleh pedang tersebut.     

*Whoosh* Kekuatan dari Jalur Agung tiba di hadapan Di Hao, dan sebuah bayangan menembus serangan dari pedang itu dan tiba di hadapan Di Hao.     

Tubuh Dong Chen terlihat seperti tidak nyata. Jari-jarinya menekan ke arah Di Hao, yang berada di depannya. Dalam sekejap, tekanan yang menyesakkan muncul di antara langit dan bumi, segala sesuatu tampaknya telah terhenti, dimana hanya ada satu jari milik Dong Chen di sana.     

Ketika satu jari ini dikerahkan ke bawah, kekuatan dari Jalur Agung menyebar, dan Di Hao bisa merasakan bahwa rohnya akan dihancurkan.     

Dia mengetahui bahwa teknik terkuat yang dimiliki oleh Dong Chen adalah God Destroyer. Aura spiritual yang dia keluarkan kini telah hancur. Kekuatan yang tak terlihat itu menyelimuti tubuhnya dan tampaknya hendak melenyapkan rohnya.     

*Dong* Sebuah lonceng kuno yang menakjubkan mengelilingi tubuhnya, seolah-olah lonceng itu telah menyatu dengan tubuhnya, dan sama seperti Dong Chen, salah satu jarinya juga menunjuk ke depan.     

Dengan satu jari ini, langit dan bumi saling beresonansi satu sama lain, Jalur Agung kini terhubung dengan auranya, yang lebih tajam dari pedang, dan mengandung tekanan yang dahsyat.     

Jari-jari dari kedua pria itu bertabrakan, dan tiba-tiba membentuk sebuah aura penghancur yang mengerikan. Tubuh fisik dan aura spiritual mereka tampaknya akan dihancurkan.     

Lonceng, tripod, dan pedang itu bergerak secara bersamaan, berusaha untuk menghancurkan Jalur Agung.     

*Boom*     

Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang keras, kemudian cahaya penghancur menyebar di udara, dan orang-orang menyaksikan kedua tubuh itu terhempas ke belakang secara bersamaan.     

Di Hao bergegas mundur dengan langkah yang tampak goyah, sambil mengerang kesakitan.     

Tubuh Dong Chen terhempas ke belakang. Tampaknya ada sebuah aura pedang pembunuh yang telah menusuk tubuhnya, dan di dalam tubuhnya terdengar suara gemuruh. *Uhuk* Dia memuntahkan darah dan wajahnya tampak pucat.     

"Dong Chen telah dikalahkan."     

Hati orang-orang berdebar kencang; Dong Chen, kultivator terkuat di bawah Saint Plane dari Akademi Dali telah dikalahkan.     

Di Hao dari Gunung Daoli, putra baptis dari Raja Tiandao, kini telah menjadi kultivator terkuat di bawah Saint Plane di Dinasti Dali.     

"Terima kasih banyak," Di Hao menangkupkan tangannya dan membungkuk hormat. Pakaiannya berkibar saat dia berbicara pada Dong Chen. Meskipun dia telah memenangkan pertempuran, namun dia tetap mengakui kekuatan yang dimiliki oleh Dong Chen.     

Dong Chen juga memberi hormat, lalu menuruni panggung pertempuran, tanpa mengatakan apa-apa lagi. Fakta tidak bisa dirubah, dia telah dikalahkan.     

Dalam pertempuran ini, dia memikul tanggung jawab besar, namun dia tetap saja kalah.     

Gunung Daoli datang kemari untuk mencari Jalur Pedang, dan kini mereka telah meraih kemenangan atas tempat suci terbaik untuk berkultivasi di Dinasti Dali, yaitu Akademi Dali.     

Setelah pulih dari keterkejutan itu, banyak orang memandang ke arah Penasihat Kekaisaran, dimana dia hanya duduk di tempatnya dengan tenang, dan tidak ada seorang-pun yang mengetahui apa yang sedang dipikirkannya saat ini.     

"Pertempuran ini dapat dikatakan sebagai pertempuran antar kultivator yang berada di puncak menuju Saint Plane di Dinasti Dali."     

Di Hao mengambil beberapa langkah ke depan, kemudian dia menatap ke arah Penasihat Kekaisaran, dan membungkuk hormat, lalu berkata, "Saya mendengar informasi bahwa Penasihat Kekaisaran ingin merekrut seorang murid, jadi saya datang dari Gunung Daoli ke Akademi Dali untuk mencari Jalur Pedang; Saya ingin menjadi murid dari Penasihat Kekaisaran."     

Ketika Di Hao selesai berbicara, semua orang tampak tercengang untuk beberapa saat. Dong Chen datang ke Kota Kekaisaran saat Penasihat Kekaisaran ingin merekrut seorang murid, dan semua orang mengira bahwa Dong Chen akan menjadi murid dari Penasihat Kekaisaran.     

Di mata banyak orang, kedatangan Di Hao tidak perlu diragukan lagi bertujuan untuk menimbulkan masalah.     

Tetapi pada saat ini, Di Hao mengatakan bahwa dia datang ke Akademi Dali untuk mencari Jalur Pedang, dan dia ingin menjadi murid dari Penasihat Kekaisaran untuk melanjutkan kultivasinya.     

Bagaimana mungkin orang-orang tidak merasa terkejut.     

Wajah Dong Chen terlihat semakin pucat, tapi dia hanya menghela napas. Dia telah dikalahkan dan tidak layak untuk menjadi murid dari Penasihat Kekaisaran.     

Semua orang kembali mengalihkan pandangan mereka pada Penasihat Kekaisaran; sebagai orang nomor satu di bawah Saint Plane, Di Hao telah meminta untuk menjadi muridnya.     

Apakah Penasihat Kekaisaran akan menyetujuinya?     

Penasihat Kekaisaran juga merasa terkejut dengan permintaan yang diajukan oleh Di Hao, tetapi dia segera menenangkan diri. Sudah jelas, ini juga merupakan hal yang tak terduga baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.