Legenda Futian

Sword Saint



Sword Saint

2Kaisar Li memanggil Raja Tiandao, Prince Regent, dan Raja Baise untuk melakukan sebuah pertemuan, sementara kultivator lainnya membubarkan diri secara bertahap.      0

Li Yao berjalan menghampiri Yan Yuan dan Ye Futian lalu berkata, sambil tertawa, "Pendekar Ketujuh, jika beberapa saat yang lalu kau mengatakan 'ya', maka mulai sekarang kau harus memanggilku 'kakak ipar.'     

"Saya harap Yang Mulia tidak keberatan dengan keputusan yang saya buat," ujar Ye Futian.     

Li Yao menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja tidak, karena kau menjalin hubungan dengan putri dari Guru. Di sisi lain, adikku Li Xiao sangat sulit diatur; jika kau menyetujui lamaran itu, pasti dia akan membuat keributan."     

Pendekar Ketujuh adalah sosok yang sangat sombong, dan ketika dia pertama kali bertemu dengan Li Xiao, keduanya sudah terlibat dalam konflik yang sengit. Jika Li Xiao menikah dengan Pendekar Ketujuh, maka pemandangan yang dihasilkan... pasti cukup mengerikan. Li Yao menduga bahwa mereka bisa saja bertengkar setiap hari.     

Ye Futian tidak banyak berkomentar. Yan Yuan, yang berdiri di sampingnya, menyela kata-kata Li Yao, "Sepertinya Yang Mulia dan Penasihat Kekaisaran butuh waktu lama untuk membahas masalah-masalah ini. Sebaiknya saya dan Pendekar Ketujuh kembali sekarang, Yang Mulia."     

"Kalau begitu aku akan mengantarmu pergi, Kakak Senior," ujar Li Yao.     

"Tidak perlu, Yang Mulia," ujar Yan Yuan dengan hormat. Kemudian mereka kembali ke Istana Penasihat Kekaisaran.     

Li Yao menyaksikan Ye Futian pergi ke kejauhan dan memiliki sebuah pemikiran di dalam benaknya: Pada saat Pertempuran Dunia Kosong berlangsung, Ye Futian dari Dunia Kaisar Xia benar-benar tak tertandingi, dan tidak ada seorang-pun di medan pertempuran yang berani bertarung melawannya; saat ini, Pendekar Ketujuh juga tak tertandingi di Dunia Kaisar Li. Jika keduanya muncul di medan pertempuran yang sama, siapa yang akan menang?     

Pesan yang baru-baru ini dia terima berisi informasi tentang Ye Futian.     

Jika Li Yao mengetahui bahwa dua orang yang baru saja dia bandingkan adalah orang yang sama, tidak ada seorang-pun yang mampu memahami bagaimana perasaannya.     

Tentu saja, mereka terlihat seperti dua orang yang sangat berbeda satu sama lain. Ye Futian mahir menggunakan tombak, sementara Pendekar Ketujuh mahir menggunakan pedang. Li Yao telah beberapa kali berinteraksi dengan Ye Futian, dan dia merasa bahwa aura mereka berdua benar-benar berbeda. Li Yao memang pintar, tetapi dia tidak berpikiran bahwa mereka adalah orang yang sama; pemikiran itu bahkan tidak pernah muncul di dalam benaknya.     

Lagipula, siapa yang tiba-tiba berpikiran bahwa dua orang yang benar-benar berbeda ternyata adalah satu orang yang sama, tanpa ada alasan yang jelas?     

Rumor mengatakan bahwa setelah Ye Futian dan yang lainnya pergi meninggalkan Istana Kekaisaran, Li Xiao mengamuk di dalam kediamannya, dan mengatakan bahwa dia akan membunuh Pendekar Ketujuh, yang telah mempermalukannya. Berani sekali pria itu menolak lamaran yang diajukan oleh Kaisar Li di depan umum? Apakah pria itu berpikir bahwa dia tidak pantas mendapatkannya? Selain itu dia mendengar informasi bahwa putri dari Penasihat Kekaisaran sakit parah, tidak bisa melihat, dan harus tidur sepanjang waktu.     

Dan sekarang pria itu jatuh hati padanya? Apakah seorang puteri tidak lebih baik dari seorang pasien yang terlihat seperti orang mati? Bukankah itu sebuah hal yang memalukan?     

Meskipun pasien itu adalah putri dari Penasihat Kekaisaran, informasi tersebut sudah menjadi rahasia umum. Tidak ada seorang-pun yang berani menyinggungnya selama pertemuan berlangsung, tetapi sebenarnya mereka semua mengetahuinya.     

Orang-orang yang berada di Kediaman Puteri Li Xiao menjalani hari-hari mereka dalam ketakutan, tetapi sebagian besar orang di Istana Kekaisaran menganggap amukannya sebagai sebuah lelucon. Setelah amarah Li Xiao mereda, dia akan segera melupakannya, tetapi jika Pendekar Ketujuh setuju untuk menikahinya, mungkin dia tetap akan membuat keributan.     

Ye Futian bahkan tidak menyadari semua ini; dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan oleh Li Xiao.     

…     

Di Dunia Kaisar Xia, Elang Angin Hitam sedang dihajar habis-habisan.     

Sementara di vila tempat Pondok berada, tepatnya di bagian belakang gunung, Sword Saint sedang berdiri di tepi sebuah tebing dengan tenang, pakaiannya yang berwarna hitam berkibar tertiup angin.     

Di belakangnya, satu sosok menghampirinya dan bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan, Kakak Pertama?"     

Sosok itu adalah murid ketiga dari Pondok, Gu Dongliu.     

"Sudah 19 tahun berlalu," ujar Sword Saint secara tiba-tiba.     

Namun, Gu Dongliu dapat memahami maksud dari kata-katanya itu. Dia berjalan ke samping Sword Saint dan mengangguk. "Ya, sudah 19 tahun."     

Pada Tahun 10004 dari Kalender Prefektur Ilahi, Putri Donghuang datang ke Gunung Buku di Wilayah Barren Timur dan membawa pergi Tuan Du dari Pondok.     

Sekarang waktu telah memasuki Tahun 10023 dari Kalender Prefektur Ilahi. Sudah 19 tahun berlalu.     

Orang lain mungkin tidak mengerti maksud dari kata-kata Sword Saint, tetapi Gu Dongliu mampu memahaminya.     

Ada begitu banyak hal yang telah terjadi selama 19 tahun ini. Mereka telah mencapai posisi yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Mereka telah mengalami banyak rintangan. Mereka berulang kali berada di ambang kematian, hingga akhirnya mereka menjadi seperti sekarang ini.     

Meskipun begitu, sepertinya mereka masih harus menempuh jalan yang panjang.     

Sword Saint menatap ke arah langit dan bertanya, "Dongliu, menurutmu setinggi apa langit di atas sana?"     

Ketika orang-orang di Dunia Bawah memandang ke atas, apa yang mereka lihat adalah langit; Ketika orang-orang di Dunia Atas memandang ke atas, langit masih berada di sana.     

Setinggi apa langit sebenarnya?     

"Pasti sangat tinggi," ujar Gu Dongliu.     

"Seberapa jauh kita bisa melangkah?" Sword Saint bertanya lagi.     

"Sejauh kata hati kita," ujar Gu Dongliu.     

Sword Saint mengangguk sambil tersenyum. Langit sangat tinggi, sama seperti hati, begitu pula dengan Jalur Agung.     

Dahulu, orang-orang memanggilnya sebagai seorang jenius dan mengatakan bahwa pola pikirnya benar-benar luar biasa, dan dia dapat menjadi saksi sejarah.     

Dia tidak peduli apakah dia dapat menjadi saksi sejarah atau tidak. Apa yang dia pedulikan tidak lain adalah ketika dia dapat bertemu kembali dengan Guru dan mewujudkan keinginannya bersama-sama.     

Namun, semua itu tampak begitu jauh. Semakin dia memikirkannya, maka segalanya terasa semakin sulit untuk diraih,     

"Dongliu, aku akan memasuki tingkat Saint Plane," ujar Sword Saint.     

Gu Dongliu tertegun sejenak dan tersenyum, lalu berkata, "Luar biasa."     

Kakak Pertama akhirnya berhasil membuat terobosan pada tingkat tersebut.     

Karena kakaknya telah mengatakan bahwa dia akan memasuki Saint Plane, maka dia pasti akan berhasil. Gu Dongliu sama sekali tidak meragukan kemampuannya, entah kakaknya itu seorang Saint atau bukan.     

Sword Saint tertawa. Dia mengulurkan satu tangan. Tiba-tiba, kekuatan Iblis menyebar di area tersebut, dan di tengah-tengan gelombang kekuatan Iblis yang bergejolak, sebilah pedang iblis terbentuk secara bertahap. Semua kekuatan itu berkumpul di tubuhnya, yang membuatnya mengeluarkan suara teriakan yang bergema di antara langit dan bumi.     

"Meskipun impian itu begitu jauh, aku akan mengejarnya." Sword Saint melesat ke depan dan mengangkat Pedang Iblis ke udara. Kekuatan iblis yang lebih kuat dari sebelumnya terus bergejolak dan bergabung ke dalam pedang tersebut. Pedang Iblis itu terus menerus melahap cahaya yang mengerikan tersebut; sebuah aura yang dahsyat menyelimuti seluruh bagian dari Pondok.     

Orang-orang yang berada di Pondok memandang ke atas langit. Yaya, Saint Glass, dan Kepala Desa kini menatap ke arah Sword Saint, yang melesat di udara seolah-olah dia berusaha menyentuh batas langit.     

"Kakak Pertama." Zhuge Mingyue, Luo Fan, Yi Xiaoshi, dan Beitang Xing'er juga menyadari sosok Sword Saint di udara dan kini mereka semua memandang ke arah langit.     

Saat Sword Saint terbang semakin tinggi, aura iblis itu juga menjadi semakin kuat.     

Cahaya Bencana berderak di atas langit. Badai dan deretan awan berubah menjadi gelap seolah-olah hari kiamat akan segera tiba.     

Langit telah berubah.     

"Bencana Divine!" Orang-orang yang berada di Pondok tampak terkejut.     

"Kakak Pertama sedang memasuki Bencana Divine miliknya."     

Zhuge Mingyue merapikan rambutnya ke belakang telinganya dengan tangannya yang ramping; kedua matanya tampak jernih dan indah saat dia memandang ke arah langit.     

Seorang Saint.     

Seorang murid dari Pondok akan menjadi satu sosok di tingkat Saint Plane.     

Mulai sekarang, Kakak Pertama akan menjadi seorang 'Sword Saint' yang sesungguhnya.     

Jika Guru dapat menyaksikan hari-hari yang akan datang, dia pasti merasa sangat bahagia.     

Selain Kakak Pertama, Dongliu, dan Ye Futian juga berada di puncak Sage Plane, dan suatu hari nanti, mereka juga akan mengalami hal ini. Terutama Ye Futian. Dia telah mengejar tingkat kultivasi semua orang. Mungkin suatu hari nanti dia akan memenuhi harapan dari Guru mereka.     

Beitang Xing'er berjalan menghampiri Zhuge Mingyue dan berkata, "Kakak Kedua, hari ini adalah hari yang baik."      

Pada hari pertama di Tahun 10023 dari Kalender Prefektur Ilahi, Kakak Pertama berhasil mencapai Saint Plane.     

Ye Futian pasti ikut senang atas pencapaian Kakak Pertamanya jika dia berada di sini.     

Deretan awan berwarna hitam memenuhi langit seolah-olah bencana iblis akan datang. Bencana Divine dari setiap orang akan berbeda-beda, tergantung pada gaya kultivasi mereka masing-masing.     

Kekuatan dari Bencana Divine milik Sword Saint jauh lebih besar daripada Bencana Divine milik Douzhan.     

Kekuatan itu tampaknya mampu menghancurkan Sword Saint.     

Tapi tidak ada satu-pun murid-murid dari Pondok yang meragukan apakah Sword Saint mampu melewati bencana ini. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Guru selama mereka berkultivasi di Pondok, meskipun bakat yang dimiliki oleh Kakak Pertama tidak begitu menonjol di antara semua murid di Pondok, namun dia terus membuat kemajuan.     

Karena dia sedang menghadapi Bencana Divine, maka dia telah memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Saint.     

Hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Meskipun Bencana Divine sulit untuk dilewati, semua murid dari Pondok percaya bahwa Kakak Pertama mampu melewatinya.     

Sword Saint terus melesat ke atas langit seolah-olah dia berusaha untuk menembus Bencana Divine secara langsung. Pedang iblis itu dipegang erat-erat di tangannya; pantulan cahaya bencana yang tak terbatas terpancar dari atas langit.     

Disertai dengan sambaran petir yang mengerikan, Bencana Divine menghantam tubuhnya.     

Sword Saint mengangkat pedangnya dan melancarkan serangan arah Bencana Divine. Bencana itu tercabik-cabik oleh serangan tersebut. Bahkan bagian ujung langit-pun tampak terkoyak.     

Pemandangan itu membuat hati semua orang berdebar kencang.     

Tidak lama kemudian, Bencana itu menyatu kembali. Sword Saint menurunkan tangannya dan pedang iblis itu menghilang. Setelah itu Cahaya Bencana menimpanya dan menyelimuti sekujur tubuhnya.     

Bencana Divine memang berbahaya, tetapi itu adalah jalur yang harus ditempuh untuk menjadi seorang Saint; seseorang hanya bisa menjadi seorang Saint setelah diberkati oleh Jalur Agung.     

Serangan itu tidak bertujuan untuk menghancurkan Bencana Divine. Itu adalah sebuah perwujudan dari hati Sword Saint yang tak kenal takut.     

Meskipun langit sangat tinggi, begitu pula dengan Jalur Agung, dia harus meningkatkan kemampuannya dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.     

Di antara Bencana Divine yang seolah tak terbatas, Sword Saint berdiri tegak di udara seperti seorang dewa. Bahkan orang-orang yang berada di kejauhan memandang ke arah langit dengan takjub.     

…     

Sementara itu di dalam Istana Penasihat Kekaisaran, tepatnya di Dunia Kaisar Li, saat senja tiba, Ye Futian mendengar informasi dari Elang Angin Hitam bahwa Kakak Pertama telah memasuki Saint Plane. Dalam sekejap, dia terbangun dari kultivasinya dan tersenyum lebar.     

Dia berdiri dari tempatnya, tatapan matanya tertuju ke atas langit.     

Akhirnya, seorang murid dari Pondok berhasil mencapai Saint Plane.     

Satu-satunya hal yang disayangkan adalah Ye Futian tidak berada di Pondok untuk menyaksikan momen bersejarah ini.     

Sekarang, Kakak Pertama telah memasuki Saint Plane. Suatu hari nanti, Ye Futian juga akan mengalaminya. Begitu pula dengan Kakak Ketiga.     

Mereka semua akan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.     

"Apa yang membuatmu sangat bahagia seperti itu?" ujar seseorang dengan suara pelan. Ye Futian berbalik dan melihat Fei Xue, yang sedang menghadap ke arahnya. Kemudian dia berkata, "Aku bisa merasakan betapa bahagianya dirimu dari kejauhan."     

"Tentu saja aku mendengar suatu hal yang membahagiakan," ujar Ye Futian sambil tertawa.     

"Oh ya? Aku mendengar informasi bahwa dalam pertemuan di Istana Kekaisaran hari ini, Yang Mulia ingin menjodohkan Puteri Li Xiao denganmu. Jika kau merasa bahagia karena hal ini, seharusnya kau tidak menolaknya," ujar Fei Xue sambil tersenyum. "Selain itu, sejak kapan kau jatuh cinta padaku?"     

"Ehm..." Ye Futian merasa sangat malu.     

Fei Xue tersenyum dengan santai. Dia bisa merasakan emosi, jadi dia mengetahui bahwa Ye Futian tidak pernah jatuh hati padanya.     

Kalau tidak, dia tidak akan bisa menyembunyikan perasaan itu darinya.     

"Kenapa kau menolak lamaran yang diajukan oleh Kaisar Li? Jangan bilang kau benar-benar memiliki seseorang yang kau cintai?" ujar Fei Xue sambil menyeringai. Tiba-tiba dia ingin tahu tentang pemikiran Ye Futian tentang hal ini; pasti sangat menarik.     

Ye Futian mendengar pertanyaan dari Fei Xue, dan rasanya hatinya seperti ditusuk oleh sebuah jarum es. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, hatinya masih terasa sakit setiap kali hal itu terlintas di dalam benaknya.     

Senyuman di wajah Fei Xue telah menghilang; dia segera menyadari bahwa keingintahuannya tidak pantas untuk ditanyakan. Kemudian dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, "Maafkan aku."     

Dia tahu bahwa dia telah mengajukan sebuah pertanyaan yang sensitif.     

"Tidak apa-apa, ini bukan tentangmu," ujar Ye Futian. Dia tahu bahwa Fei Xue tidak bermaksud demikian.     

"Sebaiknya aku pergi sekarang. Lupakan saja kata-kataku barusan dan pikirkan kembali tentang hal-hal bahagia sebelumnya," ujar Fei Xue dengan suara pelan, kemudian dia berbalik dan pergi, khawatir bahwa dia akan mempengaruhi suasana hati Ye Futian.     

Saat melihat Fei Xue pergi, Ye Futian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit. Bagaimana mungkin dia bisa melupakannya begitu saja sementara sosoknya sudah terlintas di dalam benaknya?     

Tapi berita terkait Sword Saint yang telah memasuki Saint Plane masih membuatnya merasa bahagia dari lubuk hatinya yang paling dalam!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.