Legenda Futian

Bencana Divine Tiba



Bencana Divine Tiba

2Aura dari Jalur Agung kini tersebar di seluruh penjuru medan pertempuran di tepi Sungai Merah. Kobaran api menyelimuti segalanya.     1

Tetapi selain aura api tersebut, ada juga aliran kegelapan yang terus bergejolak tanpa henti.     

"Enyahlah dari sini," tiba-tiba terdengar suara bernada dingin dan sombong. Yu Sheng mengalihkan pandangannya ke arah Dong Chen dan Seven Sins, dua kultivator tingkat atas yang berasal dari Dinasti Dali.     

Mereka berdua mungkin berpartisipasi dalam pertempuran ini hanya untuk mengincarnya.     

Namun kedua mata Yu Sheng yang berwarna hitam pekat itu tampak acuh tak acuh.     

Dong Chen dan Seven Sins tertegun saat mereka mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Yu Sheng. Mereka menatapnya dengan terkejut. Kedua mata dari sosok iblis yang mengintimidasi dan tak terduga ini tampak dingin serta dipenuhi dengan kebencian di dalamnya.     

Alasan mengapa tiga kultivator dari Dinasti Dali memutuskan bertarung dalam Pertempuran Sleeping Dragon lalu datang kemari tentu saja untuk menyerang Yu Sheng.     

Li Yao menyuruh mereka untuk mengalahkan Yu Sheng dan rekan-rekannya. Namun pada kenyataannya, Yu Sheng bahkan tidak pernah menganggap mereka sebagai ancaman serius baginya.     

Kalau begitu, apa yang bisa mereka lakukan?     

Nekad menyerang Yu Sheng dan melawannya sampai mati?     

Apakah mereka bisa melakukannya?     

Kemalangan yang menimpa Di Hao dan Xiang Nan membuat mereka sadar bahwa mereka akan dikalahkan hanya dengan satu serangan.     

Haruskah mereka bertarung demi mendapatkan kehormatan?     

Apakah bijaksana untuk nekad menyerang Yu Sheng, hanya untuk dibanting ke permukaan tanah?     

Ketika dia memikirkan tentang hal ini, Dong Chen menyadari betapa konyolnya pemikiran tersebut. Dia berbalik dan melesat di udara, lalu mendarat di tepi Sungai Merah. Ketika dia kembali ke Dinasti Dali, dia akan meminta Penasihat Kekaisaran untuk membimbingnya.     

Aura pedang bersiul di sekitar Seven Sins saat aura itu menyelimuti tubuhnya. Sekujur tubuhnya kini bersinar terang.     

Kedua matanya juga terlihat seperti bilah-bilah pedang, berusaha menikam ke arah Yu Sheng. Sementara itu, kedua mata Yu Sheng yang mengintimidasi tampak begitu dingin sehingga seolah-olah di mata Yu Sheng, sosok Seven Sins bahkan tidak pernah ada. Di sisi lain, Seven Sins melihat bahwa Yu Sheng seperti memandang rendah segalanya.     

Dia memiliki perasaan bahwa sosok itu adalah seseorang yang tidak mempedulikan langit, bumi, atau para dewa.     

Apakah ini yang akan terjadi saat seseorang mempelajari seni iblis?     

Kultivasi seseorang akan menentukan kepribadian dan temperamen mereka, bahkan sifat alami mereka.     

Dia menarik kembali aura pedangnya dan menghela napas. Pada akhirnya, dia tidak berani menyerangnya. Setelah itu dia melesat ke arah Di Hao dan menggendongnya, membawanya pergi dari medan pertempuran di tepi Sungai Merah. Sosoknya yang pergi meninggalkan medan pertempuran tampak suram dan menyedihkan.     

Di seluruh dunia ini, ada orang yang lebih berbakat daripada dirinya sendiri.     

Kembali ke medan pertempuran, bulu-bulu Jialou Feng telah dicabut oleh Yu Sheng, Kong Xuan memutuskan mundur dari pertarungan agar dia mampu melewati Bencana Divine, dan Kong Zhan tidak lagi berkeinginan untuk bertarung karena Kong Xuan sudah mencoba bertarung mati-matian namun tetap tidak berhasil mengalahkan Yu Sheng.     

Xiang Nan terluka parah.     

Ye Wuchen juga berusaha melewati Bencana Divine, dan Huang Jiuge serta Qin Zhuang melindunginya.     

Gumpalan Awan Bencana bergulung di atas langit, memancarkan cahaya yang sesekali bergemuruh ke bawah.     

Situasi di atas medan pertempuran saat ini mudah untuk ditebak.     

Pertarungan antara Yu Sheng dan Xing Chou akan menjadi pertarungan puncak dan akan menentukan siapa yang berhak bergabung dengan Istana Regional.     

Yu Sheng dan Xing Chou berdiri berhadapan, saling menatap satu sama lain. Sebuah badai Spiritual Qi yang mengerikan terpancar dari mereka berdua.     

Di tepi Sungai Merah, sekelompok kultivator dari Istana Regional naik ke udara untuk menyaksikan pertempuran tersebut.     

"Xing Kai, kau memiliki kekuatan yang tak tertandingi. Bahkan di Istana Regional, tidak ada seorang-pun yang mampu membuatmu goyah dalam pertempuran jarak dekat. Tetapi kultivator iblis ini tampaknya memiliki kemiripan denganmu. Dia memiliki kemampuan bertarung yang tak tertandingi. Bagaimana pendapatmu jika adikmu dibandingkan dengannya?" seseorang bertanya pada Xing Kai.     

Semua orang di Istana Regional dari generasi yang sama dengan Xing Kai telah mengetahui seperti apa kekuatannya melalui pertempuran. Dia seperti seorang dewa perang. Dalam pertempuran jarak dekat, dia nyaris tak terkalahkan.     

"Kita lihat saja setelah pertarungan berakhir," ujar Xing Kai dengan tenang saat dia berdiri di tempatnya. Bahkan tidak ada sedikit-pun kekhawatiran yang terlihat di matanya.     

Sosok yang berada di belakangnya tersenyum dan berkata, "Apakah itu berarti bahwa kau tidak percaya diri pada kemampuan Xing Chou?"     

"Aku tidak ingin berspekulasi pada hal-hal yang belum pasti," jawab Xing Kai.     

Sebagai kultivator dari Istana Regional, menyaksikan kompetisi ini secara langsung sudah cukup untuk membuat mereka menyadari betapa kuatnya Yu Sheng.     

Siapa yang berani mengatakan bahwa Xing Chou pasti akan meraih kemenangan?     

Bahkan Xing Kai pun tidak berani mengatakan hal tersebut.     

*Boom, Boom, Boom*     

Tiba-tiba terdengar rentetan suara yang keras. Mereka berdua bahkan belum memulai pertarungan, tetapi rentetan suara keras sudah terdengar dari tempat Xing Chou berada.     

Lingkaran-lingkaran cahaya yang menyilaukan tampak mengelilingi tubuh Xing Chou, dan setiap lingkaran cahaya itu sepertinya telah beresonansi dengan dunia. Pada saat itu, sepertinya Xing Chou memiliki kekuatan dari langit.     

Xing Chou mengulurkan kedua tangannya, dan dalam sekejap tubuh dari seorang dewa perang yang menakjubkan muncul di belakangnya. Setelah itu, tubuhnya juga semakin membesar. Jalur Agung meraung saat lingkaran-lingkaran cahaya itu menembus udara. Tubuh Xing Chou sendiri kini telah menyatu dengan dewa perang tersebut. Seolah-olah dia telah menjadi sang dewa perang.     

Lingkaran-lingkaran cahaya yang berada di sekitar tubuhnya telah beresonansi dengan langit dan bumi, yang membuat sebuah pola lingkaran-lingkaran cahaya berwarna emas yang menyilaukan muncul di sekitarnya. Pola itu menyelimuti langit dan dirinya sendiri saat beresonansi dengan tubuhnya.     

Suasana menjadi sunyi senyap saat semua orang menyaksikan pertarungan terakhir ini. Xing Chou telah menyatu dengan Roh Kehidupannya sejak awal pertarungan. Dia menyadari betapa berbahayanya kemampuan Yu Sheng sehingga dia tidak berani main-main dengannya.     

Saat ini, pemandangan di atas medan pertempuran terlihat seolah-olah seorang dewa perang dan seorang iblis sedang bertarung di tepi Sungai Merah.     

*Brak*     

Terdengar sebuah suara yang keras saat dewa perang itu melangkah ke depan.     

Pada detik berikutnya, sebuah suara yang sama kerasnya terdengar saat Yu Sheng menerjang ke depan.     

Mereka berdua saling menerjang satu sama lain.     

Hal ini membuat medan pertempuran di Sungai Merah berguncang hingga permukaan tanah sepertinya akan terbelah.     

Dalam sekejap, dua sosok seperti dewa kuno itu bertabrakan. Xing Chou mengangkat tangannya dan mengerahkan kepalan tinjunya, dan sebuah ledakan aura menyebar di udara. Kepalan tinjunya telah beresonansi dengan langit dan bumi. Setelah itu sebuah badai yang mengerikan terbentuk dan menerjang ke arah Yu Sheng. Sepertinya semua kekuatan yang ada di dunia ini terkandung dalam kepalan tinju tersebut.     

Ribuan kepalan tinju bermunculan dari pola emas yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran cahaya yang berada di udara. Ledakan aura yang mengerikan itu menembus udara saat menyebar ke arah Yu Sheng.     

Di sisi lain, kekuatan iblis telah bergejolak. Yu Sheng langsung mengangkat kedua tangannya dan dia juga mengerahkan kepalan tinjunya. Dalam sekejap, Kepalan Tinju Huangting meledak di udara. Aurora kepalan tinju yang tak terhitung jumlahnya meraung saat kepala tinju berwarna emas itu bertabrakan dengan kepalan tinju berwarna hitam, yang menyebabkan medan pertempuran berguncang hebat, seolah-olah tidak lama lagi akan hancur.     

Pada saat yang bersamaan, kedua tinju mereka saling bertabrakan.     

Kemudian sebuah badai bergejolak di atas medan pertempuran.     

*Boom* Tiba-tiba terdengar sebuah suara di antara langit dan bumi. Itu adalah suara gemuruh yang berasal dari pola lingkaran emas yang berada di sekitar Xing Chou. Tampaknya pola itu telah dihantam oleh kepalan tinju milik Yu Sheng. Lengan Yu Sheng sedikit gemetar. Itu adalah pertama kalinya seseorang memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mengguncangnya.     

Tanpa ragu-ragu, mereka berdua kembali melancarkan serangan. Ketika tinju mereka bertabrakan lagi, semua orang merasa bahwa gendang telinga mereka akan pecah akibat suara gemuruh itu.     

Kemudian mereka saling bertabrakan untuk ketiga kalinya, kemudian yang keempat... Permukaan tanah ikut berguncang setiap kali keduanya bertabrakan, dan hati semua orang juga berdebar kencang saat menyaksikan pemandangan tersebut.     

Kepalan tinju yang tak terbatas dikerahkan menuju Xing Chou dan tampaknya hendak menembus tubuhnya. Sementara itu, lingkaran-lingkaran cahaya milik Xing Chou melesat ke atas langit, membentuk sebuah pola yang menyilaukan di atas sana, kemudian turun kembali ke permukaan tanah.     

Mereka berdua sepertinya sudah gila. Tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam pertempuran ini; mereka hanya saling meninju berulang kali.     

Kepalan Tinju Huangting kini menjadi semakin kuat. Yu Sheng mengetahui bahwa Xing Chou tidak mampu menahan kekuatannya seutuhnya. Seberkas cahaya Renhuang yang menyilaukan terpancar dari tubuh Xing Chou, dan tubuhnya tampak dipenuhi oleh lubang. Dia bisa pingsan kapan saja.     

Namun dia tetap tidak berhenti menyerang. Cahaya menyilaukan terpancar dari tubuhnya, menyebar ke seluruh penjuru langit. Pola berwarna emas yang berada di atas langit kini semakin membesar.     

*Whoosh*     

Terdengar sebuah suara yang keras saat kepalan tinju kembali dikerahkan. Tidak lama kemudian, Xing Chou terhempas ke udara. Dia menurunkan kedua tangannya, dan dia berdiri tegak di atas langit. Sosoknya kini tampaknya telah berubah menjadi transparan saat cahaya yang tak terbatas terpancar dari tubuhnya, menembus pola dari lingkaran-lingkaran cahaya itu dan terus melesat ke atas langit.     

*Boom*     

Terdengar suara gemuruh petir saat sebuah badai bergejolak di bagian ujung dari cahaya yang dipancarkan oleh Xing Chou. Itu adalah Cahaya dari Bencana Divine.     

Xing Chou mendongak. Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba.     

Dia telah menunggu datangnya momen ini, yaitu kesempatan untuk menerobos ke tingkat Plane berikutnya.     

Siapa yang mampu menghentikannya?     

Bahkan Yu Sheng tidak bisa menghentikannya.     

"Selesai sudah," ujar Xing Kai dari atas langit Sungai Merah. Ada sedikit keterkejutan terlintas di matanya, tetapi ekspresinya tampak sangat puas.     

Dia sangat puas dengan penampilan Xing Chou hari ini. Penampilannya sama persis seperti dirinya: tekadnya tak tergoyahkan dan pola pikirannya tak tergoyahkan untuk melangkahkan kaki ke Jalur Agung. Satu-satunya misi mereka adalah menjadi semakin kuat. Hanya itu yang akan mereka lakukan.     

Tidak ada seorang-pun yang bisa menghalangi mereka.     

Termasuk Yu Sheng.     

Xing Chou akan memasuki Istana Regional untuk berkultivasi dengannya.     

"Ini adalah yang ketiga!"     

Semua orang yang menyaksikan pertempuran dari tepi Sungai Merah bisa merasakan hati mereka berdebar kencang. Xing Chou adalah kultivator ketiga yang telah memanggil Bencana Divine selama Pertempuran Sungai Merah ini berlangsung.     

Ini memang sebuah pertempuran antar sosok-sosok terkemuka.     

Ketika Xing Chou menjadi seorang Saint, siapa yang mampu berurusan dengannya?     

Bahkan jika Ye Wuchen menjadi seorang Saint, itu tidak akan berarti apa-apa.     

Banyak orang memandang ke arah langit. Sosok yang menakjubkan itu berdiri di atas sana seperti seorang dewa perang, bersiap-siap untuk menyambut datangnya Bencana Divine.     

Xing Chou akan menjadi seorang Saint.     

Tidak ada seorang-pun yang bisa menghentikannya.     

Di atas medan pertempuran, Yu Sheng juga menatap ke arah Xing Chou. Apakah Xing Chou adalah orang kedua yang akan menjadi seorang Saint di tangannya?     

Pertama, Kong Xuan yang menjadi seorang Saint. Sekarang giliran Xing Chou.     

"Saint!"     

Yu Sheng mendongak, kedua matanya yang berwarna hitam pekat tampak sedingin es. Dia memejamkan matanya, dan dalam sekejap cahaya iblis terus menerus melesat ke atas langit. Dia mengosongkan pikirannya dan membiarkan pikirannya bergerak mengikuti auranya ke atas langit. Dia mencoba menggunakan semua kekuatan yang ada di area tersebut.     

Namun tidak lama kemudian dia menemui sebuah hambatan.     

Dia tidak mampu menggabungkan dirinya ke dalam Jalur Agung di tempat ini. Seolah-olah dia tersesat dalam kegelapan. Bayangan iblis yang menutupi segalanya menekan area tersebut, yang membuatnya tidak mampu mengendalikan kekuatannya sesuai kehendaknya. Meskipun kekuatan di tempat ini menyebar hingga ke atas langit, dia tetap tidak mampu menggunakannya secara utuh.     

Kekuatannya sudah mencukupi, namun pola pikirnya belum memenuhi syarat untuk menjadi seorang Saint.     

Sambil merasakan Bencana Divine yang dialami oleh kultivator-kultivator itu serta bayangan iblis yang menekan dunia di sekitarnya, Yu Sheng mengerahkan aliran kegelapan miliknya ke udara. Aliran kegelapan itu terus menyebar, disertai dengan suara teriakan dan raungan.     

Dia tidak bisa menjadi seorang Saint?     

Dia mengepalkan tangannya dan memandang ke arah langit. Tatapan matanya kini tampak mengerikan.     

*Brak*     

Tiba-tiba terdengar sebuah suara keras yang mengguncang langit. Banyak orang merasa seolah-olah gendang telinga mereka akan pecah. Kekuatan iblis menyebar di udara Tampaknya telah muncul satu sosok iblis raksasa di atas medan pertempuran, yang tidak akan bisa dihentikan oleh langit maupun bumi.     

Namun, kekuatan tak terlihat itu tampaknya adalah Kekuatan Hukum Surgawi, dan kekuatan itu tidak bisa dihancurkan. Bayangan iblis itu masih menekan area tersebut dan menghalanginya untuk melangkah ke Jalur Divine.     

*Boom*     

"Apa yang ingin dia lakukan?" Banyak orang merinding saat mereka menyaksikan tindakan yang dilakukan oleh Yu Sheng. Dia melesat ke atas langit dan menembus gumpalan awan saat kekuatan iblis bergejolak di sekitarnya.     

Seolah-olah dia ingin melawan langit.     

Kedua lengan bergetar saat energi iblis yang lebih kuat dari sebelumnya terpancar dari tubuhnya.     

Sebuah gelombang kekuatan iblis dalam jumlah besar menyebar ke seluruh penjuru langit disertai dengan suara teriakan lainnya, yang membuat udara ikut berguncang hebat.     

Apakah dia sudah gila?     

Semua orang memfokuskan perhatian mereka pada Yu Sheng.     

Tentu saja, dia tidak gila, tetapi kedua matanya kini menjadi benar-benar menghitam disertai dengan pancaran cahaya iblis. Mata Yu Sheng terlihat seperti mata iblis, dan dia ingin menembus langit.     

Yu Sheng ingin menjadi seorang Saint. Jika Dao berusaha menghentikannya, jika langit berusaha menghentikannya, maka dia akan menerobos keduanya.     

Seorang kultivator dari Jalur Iblis akan melawan langit dengan kekuatannya sendiri.     

Dia merentangkan tangannya dan kembali mengeluarkan suara raungan yang mampu mengguncang langit tertinggi. Setelah itu, satu sosok iblis yang lebih tinggi dan lebih kuat dari sebelumnya muncul di sekitarnya, dimana sosok iblis itu terus membesar. Seolah-olah seorang dewa iblis telah terbangun.     

*Boom*     

Sebuah suara yang keras terdengar saat energi magis yang selama ini menahannya hancur. Pada saat ini, sosok iblis itu menguasai langit.     

Aura Yu Sheng menyebar ke seluruh dunia. Jalur Agung tidak mampu menghentikannya.     

Di atas langit, awan-awan bergemuruh. Bencana Divine telah tiba!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.