Legenda Futian

Keputusasaan Li Yao



Keputusasaan Li Yao

2Li Yao berjalan ke arah pria yang sedang menunggunya. Pria itu berbalik dan memandu jalan untuknya.     1

Di belakang Li Yao, seseorang mengikutinya dan mengawasi dengan seksama.     

Mereka melewati medan pertempuran yang kacau dengan cepat.     

Tiba-tiba, pria yang memandu jalan itu berhenti dan berbalik, lalu berkata pada Li Yao, "Yang Mulia, kita harus bergegas."     

Seberkas aura mengalir di sekitar tubuhnya. Kedua matanya tampak menakjubkan dan dalam. Pada saat itu, Li Yao merasa seperti sosok yang tidak berguna. Rasa malu dan amarah adalah satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan.     

Dia tidak percaya bahwa dia dipaksa melarikan diri seperti ini.     

Seberkas petir melesat di atas langit, langsung melewati Li Yao untuk menyerang orang yang berada di depannya.     

Pria itu terhenti sejenak dan mendongak. Dia melihat satu sosok berwajah tampan dengan sebilah pedang yang sangat tipis di tangannya tiba di sana seperti sambaran petir. Pedang itu tampak seperti seekor ular berwarna perak, yang memantulkan cahaya menyilaukan.     

Pedang itu memiliki pergerakan yang sangat cepat, terlihat seperti seberkas sambaran petir yang diikuti oleh kilat. Pria yang memandu jalan itu menyipitkan matanya dan menggunakan telapak tangannya untuk melindungi diri. Jejak telapak tangan yang dia kerahkan langsung dihancurkan berkeping-keping. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya terhempas ke belakang. Aura pedang menerjang ke arahnya dan mengoyak jubahnya.     

Dia mengangkat kepalanya dan ekspresinya tampak bingung. Dia bertanya pada sosok berwajah tampan yang baru saja mencoba membunuhnya itu, "Tuan, mengapa kau datang kemari?"     

Li Yao, yang berdiri di belakang mereka, menghentikan langkahnya untuk memandang ke arah orang yang baru saja menyerang mereka.     

Itu adalah murid dari Penasihat Kekaisaran, Lu Chuan.     

Satu sosok yang tak tertandingi dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang pernah menjadi tokoh kunci di Pertempuran Dunia Kosong dan mengalahkan Dunia Kaisar Xia.     

"Aku mengingat semua orang yang tinggal di Kantor Pemimpin Kota. Bahkan orang-orang yang pergi ke Kota Qianye, aku mengetahui seperti apa aura masing-masing dari mereka. Kau terlihat seperti salah satu bawahan dari Pangeran Ketiga, tetapi kau adalah orang yang berbeda," ujar Lu Chuan dengan suara pelan. "Saudara Pendekar Ketujuh, sudah lama ya kita tidak bertemu satu sama lain?"     

Nama 'Pendekar Ketujuh' seperti sambaran petir yang meledak secara tiba di pikiran Li Yao. Dia langsung mengangkat kepalanya dan menatap tajam pada orang yang berada di depannya. Sambil membelalakkan matanya, dia memusatkan pandangan matanya pada sosok itu, wajahnya kini berubah menjadi pucat.     

Dia benar-benar sudah tidak asing lagi dengan nama itu. Dia telah bersumpah untuk membunuh orang ini, entah bagaimanapun caranya.     

Namun kini dia telah ditipu lagi olehnya!     

Sebuah badai aura terpancar dari tubuh Li Yao. Kemarahannya memuncak seperti seekor naga yang mengamuk, tetapi ada semacam ketakutan di dalam amarahnya.     

Pendekar Ketujuh nyaris mencelakainya.     

Sebelumnya, ketika Yan Yuan berdiri di depannya, dia benar-benar merasa yakin bahwa Yan Yuan mampu bertahan melawan siapa-pun yang berada di bawah Nirvana Plane. Li Yao benar-benar mempercayai murid-murid dari Penasihat Kekaisaran.     

Yan Yuan memang sosok yang kuat. Meskipun dia terluka parah, dia masih mampu menahan dua sosok terkemuka dari Dunia Kaisar Xia dan membiarkannya melarikan diri.     

Saat ini, sosok yang sedang berdiri di depannya adalah Lu Chuan, salah satu murid dari Penasihat Kekaisaran. Dia juga memiliki bakat yang luar biasa.     

Namun, Li Yao kini telah kehilangan kepercayaan dirinya.     

Lawannya adalah Ye Futian.     

Meskipun Ye Futian adalah orang yang paling dia benci dan ingin dia bunuh, namun dari lubuk hati Li Yao yang paling dalam, dia masih mengakui kemampuan yang dimiliki oleh Ye Futian.     

Anehnya, suasana di tempat ini menjadi sunyi senyap sementara medan pertempuran lainnya sedang berada dalam kekacauan.     

Saat angin berhembus, jubah dari orang yang berdiri di sana berkibar tertiup angin. Rambutnya yang panjang telah berubah warna menjadi abu-abu sejak dia terakhir kali melihatnya. Bentuk wajahnya juga berubah. Tidak lama kemudian, wajah tampan itu terlihat jelas di mata Li Yao.     

Dia mengepalkan tangannya. Ekspresinya menjadi sangat suram.     

"Ye Futian!" dia mengucapkan namanya dengan penuh kebencian.     

Ye Futian tidak memandang ke arah Li Yao, benar-benar mengabaikannya. Dia memusatkan pandangannya pada Lu Chuan dan bertanya, "Kakak senior, apakah kau tidak bisa membiarkanku lewat?"     

"Tidak, aku tidak bisa melakukannya," jawab Lu Chuan. Begitu dia selesai berbicara, Lu Chuan mulai menggunakan metode kultivasinya. Tiba-tiba, auranya terpancar di antara langit dan bumi, mengoyak ruang hampa. Sebuah badai aura muncul di area tersebut dan berusaha menghancurkan segalanya. Tubuh Lu Chuan kini dikelilingi oleh Aura Pedang yang mengerikan.     

"Kalau begitu, maafkan tindakanku ini," ujar Ye Futian. Dalam sekejap, sebuah tombak panjang muncul di tangannya. Tombak Ruang dan Waktu menghisap dan memancarkan Aura Ruang dan Waktu yang mengerikan ke udara, mencoba untuk menyegel dan membekukan area tersebut.     

Kekuatan dari Jalur Agung menyelimuti langit dan bumi. Li Yao dan Lu Chuan merasa area di sekitar mereka telah terhenti total. Pada saat ini, Lu Chuan mengayunkan pergelangan tangannya, dan dalam sekejap cahaya pedang berwarna perak menyebar di atas langit dan menghancurkan Aura Ruang dan Waktu tersebut. Kedua kekuatan yang tak terlihat itu saling bertabrakan satu sama lain.     

*Brak*     

Ye Futian melangkah ke depan, lalu dia memancarkan Aura Ruang dan Waktu yang pekat, dimana aura itu langsung mengguncang langit, nyaris membuatnya terhenti total.     

Ekspresi Lu Chuan tampak serius. Badai perak itu menjadi semakin kuat dan terus menyebar, berusaha menutupi seluruh penjuru langit.     

*Brak*     

Ye Futian kembali mengambil langkah dan terus bergerak ke depan. Udara kembali berguncang. Dia menggabungkan teknik Footwork of Xuanyuan ke dalam auranya, sehingga kekuatannya menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya.     

Saat dia mengambil langkah ketiga, sosok Ye Futian menghilang dari tempatnya berdiri.     

Tubuhnya kini berubah menjadi banyak bayangan yang kemudian muncul kembali di hadapan Lu Chuan. Bayangan tombak raksasa yang tak terhitung jumlahnya muncul di antara langit dan bumi, kemudian bergabung menjadi satu kesatuan. Satu tombak itu menembus langit.     

Teknik pertama dari Tombak Ruang dan Waktu: Extreme Shadow.     

Pedang perak di tangan Lu Chuan mulai bergerak. Tiba-tiba, langit dan bumi mulai beresonansi dengan pedang tersebut.     

Pedang itu diayunkan, memotong cahaya serta membelah bayangan-bayangan tersebut, mengoyak ruang hampa, dan memancarkan bunga api berwarna perak yang tak terbatas.     

Saat serangan mereka bertabrakan, badai-badai penghancur muncul di antara langit dan bumi. Disertai dengan suara ledakan yang keras, Ye Futian menghentakkan kakinya dan mulai bergerak seperti bayangan. Dia kembali mengerahkan tombaknya ke depan. Dia menggunakan teknik kedua: Annihilation.     

Aura dari Jalur Agung menghancurkan ruang hampa dan terus menerus menghantam pedang perak itu, berusaha menerjang ke arah tubuh Lu Chuan.     

Jemari Lu Chuan mengetuk pedangnya. Dalam sekejap, aura pedang di antara langit dan bumi tampak menyilaukan. Cahaya yang menakjubkan itu menyinari pedang tersebut saat Aura dari Jalur Agung bergabung menjadi satu dengan pedang perak tersebut.     

Pedang itu melesat ke udara, dan sepertinya retakan telah muncul di atas langit. Hanya ada satu pedang di sana.     

Seberkas sinar yang sangat menyilaukan muncul di antara mereka. Kekuatan yang dahsyat itu telah dipotong menjadi dua bagian oleh pedang tersebut. Di atas tubuh Lu Chuan, metode Deed of Thorough Comprehension telah dikeluarkan. Aura Saint menyelimuti tubuhnya. Sementara itu, kekuatan dari Jalur Agung dikerahkan ke bawah, tubuhnya dikelilingi oleh Aura Pedang dan menjadi transparan, seolah-olah dia adalah pedang itu sendiri.     

Pada saat yang bersamaan, kekuatan yang sama dikeluarkan dari tubuh Ye Futian. Cahaya dari metode Deed of Thorough Comprehension juga mengandung kekuatan yang suci. Jalur Agung menjadi satu kesatuan, dan semua aura di sekitarnya berubah menjadi Jalur Agung elemen Ruang dan Waktu. Langit dan bumi seperti sedang dibelenggu. Banyak Aura Pedang bermunculan dari ruang hampa dan menyerang ke arah Lu Chuan.     

Tubuh Lu Chuan sama sekali tidak bergerak. Dia masih berdiri tegak di tempatnya. Ketika pedang itu diayunkan ke arah tubuhnya, pedang tersebut tidak mampu menghancurkan pertahanan pedangnya.     

*Brak*     

Ye Futian mulai berjalan lagi. Langit dan bumi menjadi berat. Dia terus berjalan ke depan. Ekspresi Lu Chuan tampak semakin serius. Tubuhnya seperti sedang menahan tekanan yang sangat berat dari Jalur Agung.     

"Kakak Senior, waspadalah," ujar Ye Futian. Setelah dia selesai berbicara, Ye Futian kembali mengambil satu langkah ke depan, kemudian tubuhnya membungkuk ke depan dan dia mengeluarkan Tombak Ruang dan Waktu di tangannya. Sebuah badai penghancur mengoyak ruang hampa dan menerjang ke depan.     

Seolah-olah segala sesuatu di hadapannya akan dihancurkan.     

Itu adalah teknik ketiga: Unending Void.     

Jalur Agung takluk pada teknik Unending Void. Segala sesuatunya telah dimusnahkan.     

Pedang di tangan Lu Chuan kini melayang di depan dadanya. Dia membentuk segel dengan kedua telapak tangannya. Dalam sekejap, Aura Pedang dari Jalur Agung turun dari langit dan bumi ke dalam pedangnya. Pedang itu memancarkan cahaya perak setinggi puluhan ribu kaki ke udara. Semua bayangan pedang kini menjadi satu kesatuan dan bergabung dengan pedang tersebut.     

Pedang itu menimbulkan serangkaian suara dentangan logam. Banyak retakan muncul di area tersebut seolah-olah langit dan bumi akan terkoyak.     

Sebuah pola dari Jalur Agung muncul di atas langit dengan menjadikan pedang milik Lu Chuan sebagai titik pusatnya. Di dalam pola dari Jalur Agung itu, semua bilah pedang telah menyatu menjadi sebilah pedang.     

Akhirnya, Lu Chuan mengulurkan telapak tangannya ke depan. Ketika pedang itu dikerahkan, langit dan bumi ikut berguncang.     

Di depannya, Tombak Ruang dan Waktu yang berada dalam genggaman tangan Ye Futian dikerahkan menuju pedang tersebut.     

Tombak Ruang dan Waktu bertabrakan dengan pedang itu. Pada saat yang bersamaan, badai penghancur juga bertabrakan dengan langit.     

Badai-badai yang mengerikan terbentuk saat pedang itu terpental. Aura yang dahsyat itu menghantam tubuh Lu Chuan. Dia memuntahkan darah dan terhempas ke belakang.     

*Whoosh*     

Seberkas petir melesat di atas langit. Tombak Ruang dan Waktu mengincar dada Lu Chuan tetapi pergerakannya terhenti dan tidak menusuknya.     

Lu Chuan mengangkat kepalanya dan memandang sosok di depannya, sambil menghela napas pada dirinya sendiri.     

Dia dan Yan Yuan sudah cukup berhati-hati untuk mengatur rencana ini, namun apakah mereka tetap saja kalah?     

"Maafkan aku, kakak senior," ujar Ye Futian. Ye Futian berjalan melewatinya dan bergerak menuju Li Yao.     

Lu Chuan tidak mengejarnya. Ye Futian baru saja menunjukkan belas kasihan padanya. Kalau tidak, pasti dia telah tewas terbunuh. Tidak ada artinya untuk mengejarnya lagi.     

Mengapa Ye Futian dilahirkan di Dunia Kaisar Xia?     

Di medan pertempuran yang terjadi di Kantor Pemimpin Kota, Yan Yuan sedang menahan perlawanan dari dua sosok terkemuka di tingkat Flawless Holiness. Tentu saja, dia telah merasakan kehadiran Ye Futian. Dia naik ke atas langit. Matriks dari Jalur Agung miliknya menutupi langit, berusaha menghalangi langkah Yaya dan Ji Yuan. Dia ingin pergi meninggalkan medan pertempuran untuk membantu Li Yao.     

Namun, puluhan ribu bilah pedang telah dikerahkan ke bawah dan menyegel langit serta bumi. Yaya tidak akan membiarkannya pergi meninggalkan medan pertempuran.     

...     

Ye Futian bergerak melintasi ruang hampa dan dengan cepat pergi menuju ke tempat Li Yao berada.     

Li Yao telah memasuki Saint Plane, tetapi dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk bertarung saat berhadapan dengan Ye Futian. Dia percaya bahwa dia tidak akan pernah bisa mengalahkan Ye Futian.     

Itulah sebabnya dia ingin melarikan diri.     

"Bunuh dia!" Li Yao memberi perintah pada seorang kultivator yang sedang bertarung melawan seorang pengawal bayangan. Kultivator itu adalah seorang Saint di tingkat True Self Plane dengan kemampuan bertarung yang luar biasa. Setelah dia memukul mundur seorang pengawal bayangan dari tingkat Plane yang sama dengannya, dia mengalihkan perhatiannya pada Ye Futian, melindungi Li Yao yang masih berusaha melarikan diri.     

Ye Futian melangkah ke atas langit dan menunjuk ke depan dengan satu jarinya. Dia mengeluarkan Pedang Kasyapa yang langsung mengoyak ruang hampa.     

Kultivator itu terbang ke atas langit dan mengerahkan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba, puluhan ribu jejak telapak tangan bermunculan dan menghancurkan Pedang Kasyapa hingga menjadi bagian-bagian kecil.     

Namun, Ye Futian terus bergerak ke depan. Semakin banyak bilah pedang yang datang menyerang. Kebencian terlintas di mata kultivator tersebut. Tidak peduli sebesar apa-pun bakat pria itu, dia hanya berada di tingkat pertama Saint Plane. Kenapa dia berani mendekatinya seperti ini?     

Pedang yang tampaknya tak ada habisnya itu kini telah dihancurkan. Kemudian kultivator itu mengerahkan telapak tangannya pada Ye Futian.     

Pada saat ini, kultivator itu merasakan firasat bahaya.     

Di antara semua pedang, ada sebilah pedang yang memancarkan aura mengerikan sehingga dia mampu merasakan bahaya yang semakin mendekatinya.     

Pedang itu tampaknya telah muncul dari bagian tengah alis Ye Futian dan langsung menembus jejak telapak tangan itu dengan kecepatan yang luar biasa. Kemudian dia berteriak kencang. Dalam sekejap, sebuah aura yang kuat muncul di depannya untuk melindunginya. Ini adalah Aura dari Jalur Agung.     

Pedang itu mengarah ke arahnya. Seberkas cahaya yang sangat menyilaukan terpancar dari pedang tersebut. Kultivator itu tertegun. Apa yang bisa dia lihat di dalam pikirannya adalah sebilah pedang yang tak tertandingi dengan diselimuti oleh seberkas Aura Kaisar.     

Pedang itu telah dibuat oleh Pemimpin Lembah Awan Suci atas permintaan Ye Futian, jadi sebagian kecil dari Aura Kaisar miliknya telah menyatu ke dalam pedang tersebut.     

Pedang itu melintas dan menembus tubuh kultivator tersebut. Namun Ye Futian tidak berhenti sampai di situ saja. Dia melewati mayat itu sambil terus berjalan ke depan.     

Li Yao menyaksikan pemandangan itu dengan ketakutan yang luar biasa di dalam matanya.     

Bagaimana caranya Ye Futian mampu mengkultivasi Aura Pedangnya hingga menjadi sekuat ini?     

Dia mampu membunuh seorang Saint tingkat True Self Plane hanya dengan satu serangan!     

Jantung Li Yao berdegup kencang. Dia bisa merasakan aura di belakangnya semakin mendekat. Dia merasa begitu putus asa.     

Ketika dia datang ke Sembilan Negara di Dunia Bawah dari Dunia Kaisar Xia, dia tidak menyangka bahwa hari seperti ini akan menimpanya.     

Kala itu, dia sudah dikenal sebagai sang Pangeran dari Dunia Atas, yang merupakan keturunan dari Kaisar Li. Statusnya benar-benar bermartabat, terutama bagi orang-orang dari Dunia Bawah.     

Baginya, orang-orang di Sembilan Negara hanyalah kawanan semut menjijikkan, yang tidak layak untuk diperhatikan.     

Meskipun dia telah menyuruh Saint Zhi membunuh istri Ye Futian, Li Yao sama sekali tidak peduli akan hal tersebut.     

Namun, hari ini, orang yang dulu dianggapnya sebagai seekor semut dari Dunia Bawah, kini berusaha membunuh sang Pangeran dari Dinasti Dali!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.