Legenda Futian

Orang Nomor Satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali



Orang Nomor Satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali

3Setelah Ye Futian selesai berbicara, tubuhnya dikelilingi oleh aura pedang. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Di Hao, tatapan matanya terlihat tenang dan tanpa ada sedikit-pun kemarahan di dalamnya.     
3

Jadi para murid dari Gunung Daoli tidak bisa hanya duduk diam setelah Penasihat Kekaisaran merekrutku sebagai muridnya, ya? Pikir Ye Futian. Kalau begitu, kita harus menyelesaikan masalah ini.     

Seberkas kilatan petir menyambar di udara. Kemudian, Ye Futian melesat ke atas langit seperti sebilah pedang. Tempat mereka berada saat ini bukanlah Akademi Dali, dan tidak ada panggung pertempuran. Oleh karena itu, tidak ada batasan yang berlaku, dan siapa-pun dapat bertarung di atas langit sesuka hati mereka. Bahkan tidak ada keharusan untuk menahan diri.     

Di Hao mendongak setelah melihat apa yang dilakukan oleh Ye Futian. Kemudian dia bergerak dan naik ke udara. Suara lonceng bergema diikuti dengan suara dentangan yang keras, mengguncang telinga orang-orang yang berada di bawah. Ye Futian bisa merasakan pikirannya terguncang. Sebuah gelombang suara yang tak berbentuk menyebar dan langsung menyerang aura spiritualnya. Itu adalah sebuah serangan yang sangat kuat, dimana serangan tersebut dapat menyebabkan pikirannya terguncang. Itu adalah sebuah serangan gelombang suara dari Jalur Agung, yang tidak memiliki bentuk. Alih-alih menghentikan pergerakannya, Ye Futian justru terus terbang ke atas, melesat menuju deretan awan. Di Hao mengejarnya, dan keduanya saat ini terbang dengan kecepatan tinggi.     

Ketiga Roh Kehidupan milik Di Hao—pedang, tripod, dan lonceng— kini telah muncul. Aura dari Jalur Agung yang sangat kuat menyebar di udara. Di Hao melangkah di udara, dan suara lonceng itu bergema di seluruh penjuru langit, mencakup area di sekitar mereka. Beberapa lonceng kuno yang tak berbentuk bermunculan di sekitar Ye Futian dan membombardirnya dengan suara lonceng abadi.     

Kedua mata Ye Futian kini berubah seperti mata iblis. Seolah-olah matanya mampu melihat segalanya. Lonceng-lonceng yang tak berbentuk itu tidak bisa menghindari tatapan matanya. Sebilah pedang muncul di tangannya, dan badai-badai petir yang telah menyatu dengan pedangnya seperti bencana turun dari atas langit.     

"Serang!" Ye Futian menerjang ke arah Di Hao dengan pedangnya.     

*Dong* Suara lonceng bergema di udara ketika lonceng-lonceng itu meledak dan hancur satu per satu.     

*Boom* Tripod yang berada di belakang Di Hao kini semakin membesar hingga mencapai ratusan meter, kemudian turun dari atas langit dan menekan aura dari Jalur Agung. Area di sekitarnya telah beresonansi dengan kekuatan milik Di Hao saat banyak tripod muncul satu per satu, menyegel area yang ditempati oleh Ye Futian dalam sekejap. Di sisi lain, cahaya yang sangat menyilaukan terlihat menyelimuti sekujur tubuh Ye Futian. Aura pedang berdengung dan berputar-putar di sekelilingnya. Kemudian pedang-pedang berat muncul satu per satu, dan tiap-tiap pedang memancarkan kekuatan yang mengerikan.     

Roh pedang muncul di hadapannya dengan memancarkan cahaya yang menyilaukan. Dia memegangnya dengan kedua tangan, dan dalam sekejap aura pedang yang tak terbatas mengalir, perlahan-lahan menyatu dengan roh pedang dan mengubahnya menjadi sebilah pedang setinggi seratus meter dengan berat mencapai ribuan pon.     

"Turun," ujar Di Hao dengan nada dingin. Tripod-tripod itu melesat ke bawah dan menekan ke arah Ye Futian seperti kekuatan dari langit.     

Ye Futian memancarkan aura pedang dari tubuhnya, dan bilah-bilah pedang berat itu melesat ke atas langit, berbenturan dengan tripod-tripod milik Di Hao. Terdengar rentetan suara gemuruh yang mengguncang langit. Di Hao melangkah ke depan, dan lonceng-lonceng itu berbunyi secara bersamaan. Tripod itu melesat ke atas dan tiba tepat di atas Ye Futian. Cahaya yang tak terbatas dari Jalur Agung menghujani Ye Futian. Selain itu, bayangan tripod yang tak terhitung jumlahnya juga turun dari atas langit, yang membuat area itu terasa menyesakkan.     

Ye Futian mengayunkan tangannya, dan bilah-bilah pedang berat itu melayang-layang di udara, sambil mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Kemudian dia melesat dengan membawa pedang di tangannya dan mengayunkan pedang berat tersebut. Bayangan bilah-bilah pedang berat melesat ke atas atas langit satu per satu, berbenturan dengan tripod yang menghujani Ye Futian. Pada saat yang sama, Ye Futian mengerahkan pedang berat di tangannya sementara dia terus melesat ke depan, menebas segala sesuatu yang menghalangi jalannya.     

Pedang raksasa setinggi seratus meter itu menekan ke depan dengan membawa kekuatan yang dahsyat di dalamnya, membombardir roh tripod milik Di Hao. Pedang itu memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan, dimana kekuatan penghancur dari Jalur Agung kini telah menyebar di seluruh penjuru langit.     

Di Hao menatap ke arah orang yang baru saja menyerang Roh Tripod miliknya dengan pedang dan terus bergerak ke depan. Aura pedang berdengung di belakangnya, dan Pedang Kasyapa kini telah terbentuk, dengan diselimuti oleh cahaya yang mampu menghancurkan segalanya. Bilah-bilah pedang itu berdentang dengan keras saat diarahkan menuju Ye Futian.     

Ye Futian melangkah ke depan, dan udara ikut berguncang. Auranya tampak mengerikan saat dia mengayunkan pedang raksasa miliknya ke depan. Kekuatan dari dalam tubuhnya terpancar, dan roh tripod itu terlempar ke kejauhan diikuti dengan suara ledakan yang keras.     

"Maju!" Di Hao mengucapkan satu kata. Dalam sekejap, Pedang Kasyapa melesat menembus langit sambil berputar-putar dengan kecepatan tinggi, kemudian tiba tepat di hadapan lawannya. Pada saat yang hampir bersamaan, Ye Futian melangkah ke udara dan mengayunkan pedangnya tepat di hadapannya. Sebuah tirai yang mengerikan muncul di depan pedang berat itu dalam sekejap, dan langsung menerjang ke arah Pedang Kasyapa tetapi tidak mampu menembusnya.     

Cahaya bintang berkilauan pada tirai tersebut, melindungi Ye Futian di belakangnya. Ekspresi Di Hao tampak dingin. Dia kembali menyerang, dimana dia menunjuk targetnya dengan jarinya, menyatukan lebih banyak pedang di depannya. Selain itu, tripod yang berada di udara juga kembali dikerahkan ke bawah. Ye Futian tidak mempedulikan tripod yang turun dari atas langit itu. Dia kembali melangkah ke depan, sambil mencengkeram pedangnya saat dia menerjang ke depan. Kekuatan pedangnya menjadi semakin mengerikan saat dia melesat di udara.     

Cahaya pedang yang tak terbatas dari tubuh Ye Futian mengalir ke dalam pedang raksasa yang berada di depannya. Akhirnya dia mengayunkan pedang itu dengan kedua tangannya, dan disertai dengan suara ledakan yang keras, pedang raksasa itu menghancurkan Pedang Kasyapa, kemudian melanjutkan serangannya menuju Di Hao.     

Di Hao melesat ke atas langit dan menghindari serangan itu dalam sekejap, tapi Ye Futian tidak terganggu oleh hal tersebut. Dia melangkah ke depan dan memegang pedang dengan kedua tangannya, kemudian dia memasang kuda-kuda dengan menarik tubuhnya ke belakang. Dia telah mengumpulkan kekuatan yang dahsyat dan mengayunkan pedangnya dengan membawa kekuatan yang telah dia kumpulkan. Dia telah menggabungkan kekuatan yang sangat dahsyat dari sekujur tubuhnya ke dalam ayunan pedang tersebut. Roh tripod yang berukuran sangat besar itu kembali diarahkan padanya ketika pedang berat itu diayunkan.     

*Klang* Terdengar suara gemuruh yang mengerikan, dan roh tripod itu bergetar hebat. Di Hao mengerang di udara. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan memanggil tripod itu kembali ke udara. Ye Futian melangkah ke depan dan berputar, kembali mengayunkan pedang beratnya ke arah Di Hao.     

*Klang* Namun suara gemuruh lainnya kembali terdengar saat roh tripod itu diserang. Suaranya bergema di seluruh penjuru langit saat tripod itu terus menerus berderak. Ekspresi Di Hao tampak kesal. Itu adalah Roh Kehidupannya. Ditambah lagi, kekuatan dari pedang milik Ye Futian masih terus meningkat.     

Aura pedang terus mengelilingi tubuh Di Hao. Pedang Kasyapa berputar-putar di sekitarnya sebelum melesat ke bawah, langsung bergerak menuju Ye Futian.     

Ye Futian melangkah di udara dan kembali mengayunkan pedangnya. Selama Di Hao masih berada di atas sana, Ye Futian akan terus menyerang Roh Kehidupannya.     

Di Hao turun dari atas langit. Bilah-bilah pedang pembunuh yang tak terbatas melesat di udara, berusaha untuk membunuh Ye Futian. Namun, ketika Ye Futian mengayunkan pedang berat miliknya, area tersebut tampaknya telah terhenti. Pedang itu sama sekali tidak tajam, tetapi membawa bobot yang tak terbatas.     

*Boom* Meskipun dia memiliki kekuatan yang begitu tangguh, Di Hao terhempas ke belakang oleh serangan itu.     

Pedang Badai kini terbentuk di sekitar Ye Futian dan langsung melesat ke arah Di Hao, yang tampak gelisah saat dia menunjuk ke depan, dengan roh pedang di tangannya, berniat untuk menebas segalanya.     

Pada saat itu, Ye Futian melesat di udara dan mengayunkan pedang berat miliknya dari atas langit. Di Hao telah menghilang dari tempatnya berdiri, berubah menjadi seberkas cahaya yang menyilaukan. Namun pada saat yang sama, Ye Futian juga telah menghilang setelah dia mengincar Di Hao. Kemudian serangan pedang itu menembus ruang hampa bersama Ye Futian, langsung diarahkan menuju Di Hao, sama seperti serangan yang dia lancarkan pada Seven Sins tiga hari yang lalu, dimana serangan itu mengabaikan jarak di antara keduanya.     

Di Hao dijatuhkan dari atas langit oleh serangan tersebut. Tubuhnya jatuh ke permukaan tanah dalam satu garis lurus. Ye Futian tidak berhenti sampai di situ saja. Dia mengambil satu langkah dan melesat ke bawah. Namun, pedang berat di tangannya kini telah berubah dalam sekejap, menjadi sebilah pedang yang berisi aura dari Jalur Agung elemen ruang dan waktu. Pedang itu mengikuti pergerakan Ye Futian. Kemudian dia melancarkan serangan lainnya ke arah Di Hao, yang mengoyak ruang hampa saat dia melancarkan serangannya.     

Banyak orang yang berada di bawah melihat ke atas langit. Mereka hanya bisa melihat sinar-sinar pedang yang tak terhitung jumlahnya berkilat di tempat Ye Futian berada, yang melesat ke arah yang berbeda-beda. Seolah-olah hanya ada aura pedang di atas sana. Seberkas cahaya pedang bersinar saat melesat ke bawah, seolah-olah area itu sedang dibelah menjadi dua bagian oleh kekuatan langit.     

Pada saat berikutnya, seberkas cahaya melesat ke bawah, dan diikuti dengan suara ledakan yang keras, dua sosok muncul di permukaan tanah, sambil memancarkan aura pedang. Semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah itu. Aura pedang memenuhi area itu dan berdenging. Ketika aura pedang itu memudar, terlihat dua sosok berada di sana.     

Sosok Di Hao dan Ye Futian kini dapat terlihat dengan jelas. Dalam sekejap, suasana di tempat itu menjadi sunyi senyap, hanya terdengar suara angin yang berhembus dan aura pedang yang berdenging. Hati banyak orang seolah-olah telah terhenti, dan wajah para kultivator tampak pucat saat mereka menatap ke arah pemandangan yang muncul di hadapan mereka.     

Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Ujung pedang Ye Futian kini diarahkan pada leher Di Hao. Pakaian Di Hao tampak berantakan setelah terkoyak oleh aura pedang milik Ye Futian.     

"Pendekar Ketujuh." Wajah para penonton dipenuhi dengan ketakutan dan kekaguman. Dia telah mengalahkan Di Hao dengan pedangnya.     

Pendekar Ketujuh telah mengalahkan Jian Wu dari Gunung Pedang Dali tiga hari lalu, yang membuat namanya dikenal di seluruh penjuru Kota Kekaisaran. Namun, Di Hao telah mengalahkan Dong Chen dan mendapat gelar sebagai orang nomor satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali. Namun, Penasihat Kekaisaran justru memilih Pendekar Ketujuh untuk menjadi muridnya.     

Karena itulah, Di Hao datang kemari.     

Tidak ada seorang-pun yang menduga bahwa Di Hao, yang telah mengalahkan Dong Chen dan dikenal sebagai sosok terkuat di bawah Saint Plane di Dinasti Dali, kini telah dikalahkan oleh Pendekar Ketujuh. Semua ini tampak tidak nyata.     

"Itu benar-benar kekuatan yang luar biasa." Li Yao, Lu Chuan, dan yang lainnya tampak terkesan. Ketika Pendekar Ketujuh mengalahkan Jian Wu dan dikenal sebagai pendekar pedang nomor satu di bawah Saint Plane, dia tidak melakukan tindakan apa-pun setelah itu. Tidak ada seorang-pun yang menyangka bahwa dia ternyata lebih kuat dari Di Hao.     

Adapun Li You, dia tampak tercengang. Tatapan matanya tertuju pada Pendekar Ketujuh, dan dia benar-benar tidak bisa berkata-kata. Pendekar pedang dari Dunia Bawah itu tetap tak tertandingi, bahkan di Dunia Atas.     

Tidak ada seorang-pun di bawah Saint Plane di seluruh penjuru Dinasti Dali mampu menang melawan pedangnya.     

"Kau merasa keberatan?" tanya Ye Futian, tatapan matanya tertuju pada Di Hao.     

Penasihat Kekaisaran memutuskan untuk merekrut Ye Futian sebagai muridnya, dan Di Hao muncul untuk memprovokasi Ye Futian. Mengapa kau melakukan hal seperti ini? pikirnya dalam hati.     

Kau pikir aku tidak pantas mendapatkan posisi tersebut? Bagaimana kalau sekarang? Apakah kau merasa keberatan?     

Di Hao tidak bisa berkata-kata. Seorang pecundang tidak berhak untuk berbicara. Dia telah mengalahkan Dong Chen, murid terkuat dari Akademi Dali. Dia sama sekali tidak mempedulikan Pendekar Ketujuh bahkan ketika Ye Futian mengalahkan Seven Sins kala itu, karena targetnya adalah Dong Chen semata. Tidak ada seorang-pun yang mengira bahwa setelah mengalahkan Dong Chen, namanya yang disebut-sebut sebagai sosok yang tak terkalahkan di bawah Saint Plane, akan dikalahkan oleh Pendekar Ketujuh. Pendekar Ketujuh tidak tergabung dalam pasukan apa-pun sebelumnya, dan kini dia dipilih oleh Penasihat Kekaisaran. Jadi penilaian Penasihat Kekaisaran benar-benar setajam itu?     

"Orang nomor satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali, huh? Kau harus mempertimbangkan pedangku sebelum kau mengaku sebagai sosok tersebut," ujar Ye Futian sambil menyarungkan pedangnya. Kemudian dia membiarkan Di Hao pergi dan melangkah ke belakang, sebelum dia berkata pada Lu Chuan dan yang lainnya, "Ayo kita pergi."     

Lu Chuan mengangguk dan berjalan bersama Ye Futian melewati Di Hao. Di Hao tetap berdiri di tempatnya, sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang dari Gunung Daoli. Mereka semua tidak bisa berkata-kata.     

Banyak orang menyaksikan Ye Futian dan kelompoknya pergi. Hati mereka masih berdebar kencang dari pemandangan menakjubkan yang baru saja mereka saksikan. Tidak ada seorang-pun yang menyangka bahwa gelar sebagai orang nomor satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali telah berpindah pada orang lain secepat ini.     

Nama Pendekar Ketujuh akan menjadi terkenal di seluruh dunia, sebagai murid pribadi dari Penasihat Kekaisaran, dan orang nomor satu di bawah Saint Plane di Dinasti Dali. Masa depannya kini menjadi sesuatu yang bisa diramalkan. Tidak ada yang berani meragukan bagaimana cara Penasihat Kekaisaran dalam memilih murid-muridnya. Banyak orang merasa terkesan dan bertanya-tanya apakah Penasihat Kekaisaran telah memprediksi bahwa Pendekar Ketujuh mampu mengalahkan Di Hao.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.