Legenda Futian

Matilah!



Matilah!

3Raja Suci Zhou Agung tidak memerintahkan pasukannya untuk mundur, namun itu bukan berarti bahwa hari ini semua orang dari Dinasti Suci Zhou Agung akan mati di sini. Banyak dari mereka bukanlah keturunan bangsawan dari Dinasti Suci, dan tidak ada darah bangsawan yang mengalir di dalam nadi mereka. Dalam keputusasaan ini, jika mereka terus bertarung, maka mereka pasti akan mati. Beberapa dari mereka mulai mundur. Mereka tidak lagi memiliki keinginan untuk bertarung. Jika Saint berada pada satu tingkat tertentu, dan Sage berada di tingkat yang lebih rendah, maka Ye Futian berada di antara tingkat Saint dan Sage ini. Tidak ada seorang-pun di bawah Saint Plane yang bisa menantang Sage ini.     
0

Qin Zhuang dan pendekar lainnya yang berada di dalam matriks pedang kini berubah menjadi kilatan petir. Matriks pedang itu menyerap semua pedang-pedang cahaya di sekitarnya dan mengelilingi area tersebut. Seorang kultivator yang mencoba untuk melarikan diri dalam sekejap dihalangi oleh sebilah pedang. Para pendekar pedang dari Istana Holy Zhi bergerak sebagai satu kesatuan, memburu mereka yang mencoba untuk melarikan diri.     

Ye Futian perlahan-lahan naik ke udara, dan seberkas cahaya penghancur yang mengerikan muncul di belakangnya. Cahaya itu menerjang ke depan seperti sebuah badai penghancur, yang menyelimuti seluruh area tersebut.     

*Boom* Seorang Sage dihantam oleh cahaya itu dan aura spiritualnya dihancurkan dalam sekejap. Dia tewas seketika di udara, dan tubuhnya jatuh ke permukaan tanah.     

*Boom* Aura spiritual milik kultivator elemen spiritual yang kuat lainnya mampu menahan cahaya itu, tetapi tubuhnya dihancurkan hingga berkeping-keping. Darah mengalir dari tubuhnya saat dia jatuh ke permukaan tanah.     

*Boom, Boom, Boom* Cahaya itu menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Pemandangan itu terlihat seperti hari kiamat telah tiba. Para kultivator yang tak terhitung jumlahnya telah tewas di tangan Ye Futian.     

Hati semua orang berdebar kencang saat mereka menyaksikan dengan putus asa ketika Ye Futian melesat semakin tinggi di udara. Saat ini dia berdiri di atas langit seperti seorang dewa. Kekuatan penghancur yang mengerikan di belakangnya adalah Roh Kehidupan yang dia dapatkan saat dia mencoba obat dari Saint Jiang. Setelah tubuhnya ditempa oleh kekuatan hukum, Roh Kehidupan itu muncul, menciptakan cahaya bencana dari Jalur Agung dan menghancurkan segalanya. Tampaknya tidak ada seorang-pun yang bisa menangkis serangan-serangannya.     

Zhou Zhiming memandang ke arah Ye Futian. Di atas langit, muncul bayangan seekor phoenix suci raksasa. Tubuh phoenix itu menutupi langit dan membawa kekuatan yang luar biasa di dalamnya. Ketika orang-orang menyaksikan pemandangan ini dari kejauhan, jantung mereka berdegup kencang. Mereka merasa bahwa meskipun mereka berada di luar istana, keselamatan mereka masih terancam. Jika Perang Suci terjadi di sini, bagaimana situasinya nanti?     

Suara gemuruh yang panjang terdengar saat phoenix emas suci itu menerjang ke arah Saint Glass, dan sepertinya tubuh phoenix itu telah menutupi seluruh area tersebut. Saint Glass memandang ke arah Raja Suci Zhou Agung dengan ekspresi dingin di wajahnya. Setelah itu, ruang dan waktu tiba-tiba membeku. Dalam sekejap, istana yang luas dan megah itu kini telah menjadi sebuah patung es raksasa. Saint Glass mencengkeram Love Destroyer di tangannya, dan rambut panjangnya berkibar tertiup angin. Kemudian dia menebas pedangnya ke depan, dan tebasan itu menembus langit, meninggalkan jejak memanjang di udara. Cahaya yang dipancarkan dari pedang itu tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.     

Di medan pertempuran lainnya, kobaran api Zhou Yanwang menjulang tinggi di udara dan menutupi langit. Dia mengangkat tangannya dan sebuah cakram matahari muncul di genggamannya. Dia mengerahkan cakramnya menuju sang Kepala Desa, dan cakram matahari itu mulai berputar, berubah menjadi sebuah lingkaran kekuatan penghancur. Di bawahnya, banyak bangunan di area istana yang terbakar.     

Sebuah diagram pedang raksasa muncul di depan Kepala Desa. Setelah itu terdengar suara tebasan pedang di udara, dan dalam sekejap aura pedang yang tak terhitung jumlahnya berkumpul di satu tempat. Diagram pedang itu terus membesar hingga pada akhirnya, sebilah pedang raksasa keluar dari sarungnya. Pedang itu muncul dari dalam diagram pedang tersebut. Kemudian pedang itu menebas ke arah cakram matahari yang semakin mendekat.     

Empat Saint yang kuat bertabrakan pada waktu yang sama. Pada saat mereka berbenturan dengan lawan masing-masing, sebuah tirai cahaya penghancur muncul di atas langit. Seolah-olah segala sesuatunya akan segera berubah menjadi abu.     

Saat ini Yaya masih melayang di atas langit. Rambut panjangnya berkibar di udara. Dia sedikit memiringkan kepalanya dan Aura Pedang dari Seluruh Penjuru Langit kembali terkumpul. Sebuah badai yang dahsyat muncul di sekelilingnya, tetapi dia bergerak sedikit lebih lambat dari sebelumnya dan Yaya tampaknya telah menggunakan sebagian besar dari kekuatannya.     

Bagaimanapun juga, kekuatannya belum sepenuhnya pulih ke kondisi terbaiknya. Dia telah menggunakan kekuatannya untuk mengeluarkan Matriks Pedang Nether, dan tindakan itu telah membuatnya menggunakan sebagian besar dari kekuatannya. Jadi jika dia ingin mencoba melakukannya lagi, maka itu akan menjadi sebuah beban yang sulit untuk diterima oleh tubuhnya. Tapi dia masih bersikeras melanjutkan pertempuran. Dia menatap ke arah Raja Suci Zhou Agung dan melihat masih ada keinginan membunuh di dalam matanya yang dipenuhi oleh amarah. Orang tua Yaya meninggal dunia karena perintahnya.     

Seolah bisa merasakan sikap yang ditunjukkan oleh Yaya, Raja Suci Zhou Agung naik ke atas langit dan berubah menjadi sambaran petir yang langsung melesat ke arah Yaya. Sebelum dia tiba di hadapan gadis itu, dia mengerahkan kepalan tinjunya ke depan, dan tiba-tiba burung phoenix raksasa itu menerjang ke bawah. Udara di sekitar mereka tampaknya dipenuhi dengan banyak lubang.     

*Whoosh* Qi Pedang berdentang di udara saat Yaya melesat ke atas langit. Raja Suci Zhou Agung kembali berubah menjadi sambaran petir dan mengejar Yaya ke atas langit. Jika dia bisa membunuh Yaya dan hanya menyisakan Kepala Desa dan Saint Glass yang bertarung melawannya, maka keduanya tidak akan bisa membunuhnya.     

Ketika Saint Glass menyaksikan apa yang dilakukan oleh Raja Suci, ekspresi Saint Glass menjadi sedingin es. Langit tampaknya akan membeku, dan Raja Suci Zhou Agung kini berubah menjadi sebuah patung es. Dia memegang pedangnya dengan kedua tangan, dan tiba-tiba Love Destroyer melesat ke atas, bergerak melawan aliran Spiritual Qi.     

Love Destroyer melesat ke atas langit dengan kecepatan yang luar biasa, dan pedang itu kini berubah menjadi tujuh bilah pedang. Ketujuh pedang itu mengelilingi Raja Suci Zhou Agung. Setiap kali dia mencoba untuk menyerang Yaya, salah satu pedang akan menyerangnya. Pedang cahaya miliknya dikerahkan ke depan, berusaha menghancurkan tujuh pedang tersebut. Namun, Raja Suci Zhou Agung merasa bahwa dia tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri, dan ekspresinya menjadi buruk saat tujuh pedang itu berubah menjadi pedang Love Destroyer sejati.     

Tiba-tiba sebuah suara muncul di dalam pikiran Saint Glass. "Glass, selama ini aku memiliki seorang selir. Dia adalah sosok penggantimu. Setiap kali aku menatapnya, rasanya seolah-olah aku sedang menatapmu. Tapi aku baru saja membunuhnya. Karena itulah, kau akan memasuki Istana Lapis Lazuli untuk menggantikannya." Itu adalah suara dari Raja Suci Zhou Agung. Dia mencoba untuk mempengaruhi Saint Glass.     

"Tebas dia!" Saint Glass mengabaikan suara itu, dan dia berteriak memberi perintah, seolah-olah dia tidak mendengar apa-apa. Ribuan aura pedang Love Destroyer saling berdentangan di sekitar Raja Suci Zhou Agung. Saat ini jiwanya sedang diserang, karena tujuh emosi dan enam keinginannya [1][1] ditusuk tanpa henti oleh aura pedang tersebut.     

Aura pedang yang tak terhitung jumlahnya itu tampak seperti sebuah badai mengerikan yang terbentuk dari Qi Pedang. Badai itu menyelimuti tubuh Raja Suci Zhou Agung di dalamnya. Ekspresinya menjadi semakin buruk. Dia mengetahui bahwa jenis serangan yang dipelajari oleh Saint Glass adalah serangan elemen spiritual.     

Darah bergejolak di dalam nadinya saat dia terus melesat ke atas langit. Tiba-tiba, muncul sebuah badai emas yang mengerikan, disertai dengan suara teriakan yang keras. Raja Suci Zhou Agung kini berubah menjadi seekor phoenix emas dan langsung menerjang ke dalam badai Qi Pedang tersebut. Aura pedang yang tak berbatas menyerang tubuh raksasanya, tapi dia seperti tidak merasakan apa-pun. Kedua mata phoenix yang berukuran sangat besar itu dipenuhi dengan kesombongan yang luar biasa.     

Langit tampak terbakar saat kobaran api berwarna emas dari Phoenix itu mengelilingi Saint Glass. Phoenix yang merupakan perubahan bentuk dari Raja Suci Zhou Agung itu menerjang ke depan. Saint Glass mengalihkan pandangannya ke arah tubuh burung raksasa tersebut. Dia tidak mengelak, dia justru mengembalikan pedang Love Destroyer ke posisinya semula. Detik berikutnya, dia menerjang ke arah Raja Suci Zhou Agung. Pada saat itu, sepertinya dia telah berubah menjadi sebilah pedang yang dipenuhi dengan keinginan membunuh di dalamnya. Kedua sinar cahaya yang sangat menyilaukan itu bertabrakan satu sama lain dan kemudian memisahkan diri. Sementara para kultivator yang berada di luar istana bahkan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Pergerakan keduanya sangat cepat. Mereka hanya bisa melihat dua sinar cahaya di atas langit.     

Phoenix suci itu kembali menjadi Raja Suci Zhou Agung. Sekujur tubuhnya sedikit gemetar. Aura spiritualnya saat ini sangat tidak stabil. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa beberapa retakan muncul di aura spiritualnya.     

Di bawah mereka, pedang milik Kepala Desa diayunkan ke arah Zhou Yanwang. Itu adalah sebuah pertempuran yang tidak seimbang. Zhou Yanwang jelas lebih lemah dari Kepala Desa.     

Tidak lama kemudian, terdengar suara benturan lainnya. Zhou Yanwang dihempaskan ke belakang, dan dia memuntahkan seteguk darah. Terdapat bekas luka sayatan pedang di tubuhnya. Dia menatap ke arah medan pertempuran di bawahnya. Ye Futian, Qin Zhuang, dan kultivator lainnya masih terus memburu dan membantai para kultivator dari Dinasti Suci Zhou Agung.     

Dia mendongak ke tempat dimana Saint Glass dan Raja Suci Zhou Agung sedang bertarung dan juga Yaya, atau sekarang bisa disebut sebagai Pendekar Nether. Saat ini, badai penghancur yang mengerikan berada di atasnya dan diagram pedang raksasa itu akan kembali menyerang. Dia tidak menyangka bahwa pertempuran yang mengerikan seperti ini akan menimpa Dinasti Suci Zhou Agung. Mereka tidak mungkin bisa memenangkan pertempuran ini.     

"Serang!" Sebuah suara muncul di dalam pikirannya. Zhou Yanwang menerjang tanpa ragu-ragu. Kali ini dia tidak menyerang Kepala Desa, melainkan Ye Futian.     

"Futian, awas!" Kepala Desa berteriak. Dalam sekejap, dia berubah menjadi sebilah pedang pengoyak-langit dan melesat ke arah Zhou Yanwang. Tapi Zhou Yanwang seperti tidak menyadari tindakan Kepala Desa dan terus menerjang ke arah Ye Futian.     

Pedang itu menembus ruang hampa. Tidak lama kemudian, terdengar suara yang keras saat pedang itu muncul dan menusuk tubuh Zhou Yanwang. Tapi dia seperti dia tidak merasakan apa-apa. Zhou Yanwang mengangkat tangannya untuk menyerang, ingin membunuh Ye Futian saat itu juga. Jika dia ditakdirkan untuk mati, maka dia akan mati dengan membawa Ye Futian bersamanya.     

Ye Futian memandang ke arah Zhou Yanwang yang sedang menerjang ke arahnya. Dia tidak menghindar, dia justru bergerak ke depan lalu terbang ke atas langit. Ye Futian berteriak, lalu langit dan bumi ikut berguncang. Setelah itu, muncul seberkas aliran cahaya yang tak berbatas dan mengalir ke belakang. Dia mengerahkan Tombak Ruang dan Waktu ke arah Zhou Yanwang.     

*Boom* Sebuah badai yang dahsyat bergejolak saat tubuh Ye Futian terhempas ke permukaan tanah. Bongkahan batu berterbangan ke atas langit saat aula utama istana runtuh. Kepala Desa kini telah tiba di tempat Zhou Yanwang berada. Dia mengayunkan pedangnya ke bawah dan membelah tubuh Zhou Yanwang mulai dari kepala hingga ujung kakinya.     

Tubuh Zhou Yanwang gemetar. Dia menatap ke bawah. Dan bukan hanya dia saja, tetapi Raja Suci Zhou Agung juga melakukan hal yang sama.     

Pada saat itu, beberapa sosok turun dari atas langit. Mereka muncul dengan memancarkan aura yang mengerikan. Mereka menatap ke arah Zhou Yanwang dengan ekspresi dingin. Mereka semua mengenakan jubah dengan warna yang sama, menandakan bahwa mereka adalah para Penjaga Sembilan Negara. Tapi Zhou Yanwang tidak lagi peduli akan hal tersebut.     

Sebuah suara terdengar dari arah puing-puing yang berada di bawah, dan tiba-tiba satu sosok berambut abu-abu melesat ke arah langit. Dia memusatkan pandangannya ke arah Zhou Yanwang.     

"Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" Zhou Yanwang menatap ke arah Ye Futian yang sama sekali tidak terluka. Jantungnya berdegup kencang dan tatapan matanya dipenuhi oleh keterkejutan. Dia ingin mengorbankan nyawanya untuk membunuh Ye Futian, tetapi bahkan sebagai seorang Saint, dia tidak mampu membunuhnya. Kini dia kembali berdiri.     

*Boom* Terdengar sebuah suara yang keras saat Kepala Desa menghancurkan tubuh Zhou Yanwang hingga tak bersisa.     

Pada saat itu, hanya ada Raja Suci Zhou Agung yang berada di atas langit. Tampaknya di seluruh penjuru dunia, dia adalah satu-satunya orang yang sedang bertarung.     

"Raja Suci Zhou Agung, matilah!" Ye Futian menatap ke arah Raja Suci Agung Zhou di udara. Dia baru saja menyuruhnya untuk mati!     

---     

[1] Menurut legenda cina, manusia memiliki tujuh emosi dan enam keinginan. Ketujuh emosi ini adalah kegembiraan, kemarahan, kekhawatiran, simpati, kesedihan, ketakutan, dan keterkejutan. Sementara enam keinginan itu masing-masing adalah keinginan untuk melihat, mendengar, mencium, merasakan, menyentuh, dan mencintai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.