Legenda Futian

Guru Besar Xu



Guru Besar Xu

1Keesokan paginya di Taman Herba dari Perguruan Tinggi Sembilan Negara.      1

Belum pernah ada Taman Herba di Perguruan Tinggi Sembilan Negara sebelumnya. Taman Herba adalah sebuah tempat yang dibangun khusus untuk Saint Jiang, setelah ia menjadi seorang pertapa di Perguruan Tinggi Sembilan Negara.     

Ada seseorang yang datang dari luar Taman Herba. Namun mereka bukan Ye Futian dan kelompoknya, melainkan Zhou Huang dan kelompoknya.     

Satu sosok terlihat berjalan keluar dari Taman Herba, dan sosok itu tidak lain adalah Jiang Chuan, seorang kultivator kuat yang telah bertarung di Gedung Qingyun kemarin.     

"Mengapa anda datang kemari, Yang Mulia?" Jiang Chuan menangkupkan tangannya dan membungkuk hormat pada Zhou Huang dan kelompoknya. Jika Zhou Huang hanyalah kaisar dari Dinasti Suci Zhou Agung, maka Jiang Chuan tidak perlu bersikap seperti itu. Namun, Zhou Huang bisa dianggap sebagai seniornya, dan dia adalah seorang kultivator kuat yang namanya tertera dalam Peringkat Sage dan Saint.     

"Tidak terlalu penting. Aku hanya datang kemari karena aku sudah lama mendengar reputasi dari Saint Jiang dan aku ingin melihat-lihat tempat tinggal dari senior yang terkenal itu." Zhou Huang tersenyum dan menambahkan, "Ini ada hadiah kecil dariku, tolong serahkan hadiah ini pada Guru Besar Xu untukku, dan sampaikan salam dari ayahku pada Saint Jiang."     

"Baik. Jika Raja Suci menitipkan salam untuk Saint Jiang, maka saya pribadi yang akan menyerahkan hadiah ini pada Guru Besar." Jiang Chuan mengangguk dan mengambil kotak yang berisi hadiah itu, lalu bertanya, "Apakah ada pesan lainnya yang ingin anda sampaikan, Yang Mulia?"     

"Tidak ada, itu sudah cukup." Zhou Huang menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, aku permisi dulu."     

"Silahkan." Jiang Chuan mengantar Zhou Huang pergi dan kembali ke Taman Herba, tiba di depan sebuah tempat yang ditanami dengan beberapa tanaman herba.     

Jiang Chuan adalah seorang Pengurus Taman Herba, yang menjadikan statusnya di Perguruan Tinggi Sembilan Negara cukup istimewa. Dia belajar di bawah bimbingan Saint Jiang dan karena itulah, dia dianggap sebagai kandidat untuk menjadi seorang murid suci dari Jalur Divine.     

Selain mengurus Taman Herba, dia juga diizinkan untuk belajar di kampus tersebut.     

Jiang Chuan tiba di salah satu taman dan ada satu sosok berjubah hitam sedang berdiri tepat di hadapannya. Sosok itu menempatkan salah satu tangannya di belakang punggungnya. Dia memiliki postur tubuh yang tinggi dan memancarkan sebuah aura yang luar biasa hanya dengan berdiri di sana.     

Sosok itu tidak lain adalah Guru Besar Xu yang disinggung oleh Zhou Huang, sekaligus murid tertua dari Saint Jiang, Xu Chehan.     

Saint Jiang, yang berada di posisi ke-12 dalam Peringkat Sage dan Saint, hanya memiliki dua orang murid. Murid tertuanya adalah Xu Chehan, yang mewarisi ajaran Saint Jiang sebagai Poison Lord. Beberapa orang mengatakan bahwa jika dia menjadi seorang Saint di masa depan, maka dia bisa disebut sebagai Saint Poison. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa sebaiknya orang-orang tidak sembarangan mendekatinya jika mereka tidak terlalu mengenalnya. Hal itu saja sudah menunjukkan seperti apa ketenaran yang dimiliki oleh Xu Chehan.     

Murid kedua dari Saint Jiang adalah seorang wanita, yang saat ini juga berada di dalam taman, dan dia sedang memetik beberapa bunga. Berbeda dengan Xu Chehan yang mengenakan jubah hitam, dia mengenakan pakaian serba putih dan terlihat sangat bersih. Tangannya begitu halus dan kulitnya tampak kenyal. Punggungnya cukup mempesona untuk membuat siapa-pun dapat menebak bahwa dia adalah seorang wanita cantik, begitu pula jika dia dilihat dari depan.     

Tidak ada seorang-pun di Perguruan Tinggi Sembilan Negara yang mengetahui namanya. Semua orang memanggilnya dengan sebutan Dewi Die, menyiratkan bahwa dia memiliki sikap yang anggun dan lembut seperti kupu-kupu, begitu pula dengan kecantikannya. Tidak ada yang meragukan bahwa Dewi Die memang cantik, dan ditambah lagi, dia adalah wanita tercantik di Perguruan Tinggi Sembilan Negara. Dia mewarisi ajaran pengobatan Saint Jiang, yang merupakan kebalikan dari Xu Chehan.     

Jiang Chuan mengalihkan pandangannya pada punggung Xu Chehan dan kemudian ke arah sang dewi yang berada di depan bunga-bunga. Namun dia segera menghindar dengan cara menundukkan kepalanya, tidak berani membuat sang dewi ternodai dengan pandangan matanya.     

Meskipun Jiang Chuan sendiri memiliki status yang luar biasa di Perguruan Tinggi Sembilan Negara sekaligus kandidat untuk menjadi seorang murid suci, serta sebagai Pengurus Taman Herba, tetapi di wilayah taman ini, dia tidak lebih dari seorang pengurus taman yang belajar di bawah bimbingan Xu Chehan dan seseorang yang sedang berlatih di Taman Herba. Tentu saja dia mengetahui tentang ketenaran yang dimiliki oleh Guru Besar Xu. Hanya ada beberapa orang di antara generasi muda di sembilan negara yang sama mengerikannya dengan Xu Chehan.     

Xu Chehan telah berlatih selama lebih dari 30 tahun dan dia sudah semakin dekat mencapai tingkat Archmage dalam Sage Plane. Dia dianggap sebagai sosok yang tangguh karena mampu mencapai tingkat seperti itu di usianya saat ini.     

Xu Chehan masih berdiri di tempatnya dengan satu tangan berada di belakang punggungnya dan tidak mengatakan apa-pun, sambil menyaksikan apa yang dilakukan oleh Dewi Die.     

Dia tidak mengatakan apa-apa, dan Jiang Chuan tidak berani berbicara lebih dulu, seolah-olah dia takut akan mengganggu sesuatu yang sedang dilakukan oleh Guru Besar Xu.     

Mungkin tidak ada seorang-pun di Perguruan Tinggi Sembilan Negara yang menyangka bahwa Jiang Chuan, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang luar biasa, bisa terlihat biasa-biasa saja dan berhati-hati di sekitar Xu Chehan.     

Setelah beberapa saat, akhirnya Dewi Die selesai memetik bunga-bunga dan berdiri dari tempatnya. Pada saat itulah Xu Chehan berbalik dan menatap ke arah Jiang Chuan. Sosoknya yang berjubah hitam memancarkan hawa kehadiran yang sangat dingin. Penampilannya yang serius juga menimbulkan perasaan yang sama seriusnya. Meskipun demikian, wajahnya masih sangat tampan, tetapi sesuai dengan namanya, dia memang sosok yang dingin.     

"Ada apa?" tanya Xu Chehan.     

"Zhou Huang dari Dinasti Suci Zhou Agung telah menyuruh saya untuk memberikan ini kepada anda, Guru Besar." Jiang Chuan menambahkan, "Dia berkata agar anda menyampaikan salam dari ayahnya, sang Raja Suci, pada Saint Jiang."     

Xu Chehan sedikit mengerutkan alisnya dan ekspresinya terlihat semakin dingin. Dewi Die menghampiri keduanya dan berkata dengan suara pelan, "Menurut sepengetahuanku, guru kita dan Raja Suci Zhou Agung tidak saling mengenal satu sama lain."     

"Nyonya." Jiang Chuan membungkuk hormat pada Dewi Die. Mereka berdua adalah murid yang dibimbing langsung oleh Saint Jiang, sehingga mereka adalah penerusnya. Jiang Chuan sudah terbiasa memanggilnya sebagai 'Nyonya', sementara dia akan memanggilnya sebagai 'Dewi Die' ketika dia sedang berada di sekitar orang-orang dari luar.     

Dewi Die tersenyum dan mengangguk pada Jiang Chuan, yang menundukkan kepalanya setelah melihat matanya, tidak berani menatap matanya yang indah secara langsung.     

"Begitu rupanya." Xu Chehan mengangguk dan membuka kotak tersebut. Aura dingin langsung menyelimuti wajahnya. Ekspresi Xu Chehan berubah menjadi setajam pedang. Tampaknya Zhou Huang tidak main-main dengan hadiah tersebut. Benda itu sangat cocok untuk mengembangkan latihannya.     

Dia menutup kotak itu dan bertanya, "Apa yang sedang terjadi di luar sana? Mengapa Zhou Huang memberiku hadiah seperti ini?"     

"Saya yakin anda pernah mendengar mengenai perang suci yang terjadi di dunia luar." Jiang Chuan melanjutkan, "Sage Douzhan telah memanggil Bencana Divine tetapi belum menjalani prosesnya secara keseluruhan. Ye Futian dari Istana Holy Zhi di Negeri Barren saat ini sedang berada di Perguruan Tinggi Sembilan Negara, dan tidak lama lagi dia akan mengunjungi Taman Herba."     

Jiang Chuan tidak memberi penjelasan secara lengkap, tapi Xu Chehan mampu memahami masalah ini. Negeri Barren membutuhkan sesuatu dari Saint Jiang. Ye Futian membutuhkan sesuatu untuk menciptakan seorang Saint, tetapi karena Dinasti Suci Zhou Agung sedang berperang dengan Istana Holy Zhi, tidak mengherankan apabila Dinasti Suci Zhou Agung tidak ingin melihat Negeri Barren memiliki Saint kedua mereka.     

Xu Chehan menyerahkan kotak itu pada Jiang Chuan dan berkata, "Kembalikan benda ini pada Zhou Huang."     

Jiang Chuan tampak tercengang tetapi dia tetap menerima kotak itu dan mengangguk. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Xu Chehan, tetapi dia hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan olehnya.     

"Kalau begitu saya pamit undur diri." Jiang Chuan berbalik dan pergi. Xu Chehan memandang ke arah dimana Jiang Chuan pergi dengan tatapan mata datar dan berkata, "Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Raja Suci Zhou Agung menjadi bersikap sangat waspada terhadap Negeri Barren. Tampaknya perang suci tidak berjalan seperti yang dia harapkan."     

Sudah jelas bahwa Dinasti Suci Zhou Agung merasa khawatir bahwa akan ada Saint lainnya yang muncul di jajaran anggota Negeri Barren.     

Pada tingkat Saint Plane, keberadaan seorang Saint sudah cukup untuk menentukan nasib dari ratusan ribu orang. Seorang Saint yang bertindak semena-mena akan menjadi sebuah bencana, dan hal itu bisa terjadi karena tidak ada yang bisa menghentikan seorang Saint kecuali Saint lainnya, bahkan berbagai macam matriks terbukti tidak mampu menghentikan Saint.     

Ye Futian dan kelompoknya tiba tidak lama setelah Jiang Chuan berjalan keluar dari Taman Herba, dan sedang bersiap-siap untuk pergi menuju ke tempat dimana orang-orang dari Dinasti Suci tinggal.     

Ye Futian tersenyum dan mengangguk saat ia melihat Jiang Chuan keluar.     

"Pemimpin Istana Ye." Jiang Chuan menangkupkan tangannya. Kemarin, mereka berdua telah bertarung dan Jiang Chuan dikalahkan oleh Ye Futian namun ia merasa terkesan. Meskipun Jiang Chuan memang sosok yang luar biasa, terdapat perbedaan kekuatan yang cukup besar antara dirinya dan Ye Futian.     

"Saudara Jiang, aku ingin mengunjungi Senior Saint Jiang. Apakah kau bisa memberitahu Guru Besar Xu mengenai kedatangan kami?" tanya Ye Futian. Dapat terlihat dengan jelas bahwa dia sudah mengetahui fakta bahwa Taman Herba dikelola oleh dua orang murid dari Saint Jiang. Akan sulit bagi mereka jika dia ingin menemui Saint Jiang seorang diri.     

"Baik, tolong tunggu sebentar, Pemimpin Istana Ye." Jiang Chuan kembali memasuki Taman Herba.     

Xu Chehan mengerutkan keningnya dan bertanya, saat ia melihat Jiang Chuan kembali menghampirinya, "Ada apa lagi?"     

"Pemimpin Istana Ye dari Negeri Barren telah datang kemari untuk menemui anda," ujar Jiang Chuan.     

Xu Chehan memandang ke arah Jiang Chuan dan berkata, "Beritahu dia bahwa guru sedang mengasingkan diri untuk berlatih dan tidak bisa menerima tamu, jadi sebaiknya dia pergi dari sini."     

Jiang Chuan menatap ke arah Xu Chehan dan berkata, "Guru Besar, saat ini Ye Futian adalah sosok yang cukup terkenal di sembilan negara, dan terlebih lagi, dia adalah seorang pemimpin istana dari sebuah tempat suci. Bukankah tidak sopan apabila kita menyuruhnya pergi begitu saja?"     

Xu Chehan mengerutkan keningnya dan menatap ke arah Jiang Chuan. Tiba-tiba sekujur tubuhnya merinding dan dia berkata, "Saya terlalu banyak berbicara. Saya akan segera memberitahunya."     

Dia berbalik dan pergi setelah selesai berbicara.     

Dewi Die menoleh ke arah Xu Chehan dan berkata, "Saudaraku, Jiang Chuan benar. Ye Futian memang cukup terkenal akhir-akhir ini. Menurut legenda, dia adalah seorang jenius yang sangat langka sekaligus seorang pemimpin dari sebuah tempat suci di Negeri Barren. Memang akan terlihat tidak sopan jika kita menyuruhnya pergi begitu saja."     

"Sejak kapan kau peduli dengan urusan duniawi seperti itu, saudariku?" tanya Xu Chehan sambil tersenyum. Senyumannya begitu hangat dan sopan. Itu adalah sebuah ekspresi yang akan menghangatkan hati orang-orang yang melihatnya, jauh berbeda dari ekspresi dingin yang ditampilkan oleh Xu Chehan di hadapan Jiang Chuan.     

"Tapi kau sudah menolak penawaran dari kedua belah pihak, saudaraku. Kenapa kau melakukannya?" tanya Dewi Die.     

Jika sejak awal Xu Chehan berniat untuk menolak kunjungan Ye Futian, dia bisa saja menerima hadiah dari Zhou Huang.     

"Jika kita menerima hadiah dari orang lain, maka kita perlu membantu mereka. Aku tidak menolak kunjungan Ye Futian karena Dinasti Suci Zhou Agung. Aku melakukannya karena aku tidak ingin guru terlibat dalam perselisihan antara Dinasti Suci dan Negeri Barren, sehingga proses latihan guru kita tidak terganggu. Meskipun kita harus memperlakukan mereka dengan baik sebagai tamu, tetapi kita juga tidak perlu melibatkan diri dalam urusan-urusan sepele seperti itu." Xu Chehan menambahkan, "Mengenai siapa itu Ye Futian, hal itu tidak penting."     

"Baiklah." Setelah itu Dewi Die tidak banyak berkomentar. Dia memiliki temperamen yang lembut dan dia memfokuskan diri untuk berlatih di bawah bimbingan gurunya. Hanya saja terkadang dia merasa penasaran mengenai hal-hal yang terjadi di luar sana.     

Jiang Chuan tiba di luar Taman Herba untuk menemui Ye Futian dan kelompoknya.     

Ye Futian telah menunggu cukup lama dan mengejutkan untuk mengetahui bahwa dia merasa sedikit gelisah. Tetapi sekali lagi, ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan nasib gurunya.     

"Bagaimana?" Ye Futian menghampirinya dan bertanya pada Jiang Chuan, dengan sedikit ekspresi cemas di wajahnya.     

"Pemimpin Istana Ye." Sebuah ekspresi permintaan maaf terlihat di mata Jiang Chuan saat dia berkata, "Guru Besar mengatakan bahwa saat ini Saint Jiang sedang mengasingkan diri untuk berlatih dan tidak bisa menerima tamu. Saya minta maaf."     

Ye Futian terlihat kecewa lalu ia bertanya, "Bagaimana dengan Guru Besar sendiri? Apakah kami bisa menemuinya?"     

"Guru Besar tidak suka diganggu." Jiang Chuan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia tahu betul bahwa Xu Chehan tidak ingin menemui Ye Futian.     

Kedua belah pihak tidak saling kenal dan temperamen dingin Xu Chehan menunjukkan bahwa dia bukanlah tipe orang yang akan membantu orang lain.     

Kemampuan seseorang akan mempengaruhi temperamennya. Xu Chehan berlatih dalam seni racun, dan karena itulah, temperamennya tentu lebih dingin daripada kebanyakan orang.     

"Kalau begitu, besok aku akan datang lagi," ujar Ye Futian sambil tersenyum setelah mendengar jawaban dari Jiang Chuan, sebelum ia berbalik dan pergi.     

Mereka tidak menyangka bahwa kunjungan mereka akan ditolak mentah-mentah. Bahkan mereka tidak bisa masuk ke dalam Taman Herba, apalagi menemui Saint Jiang.     

Bahkan mereka tidak dapat menemui Xu Chehan, murid tertua Saint Jiang.     

"Benar-benar orang yang sombong." ujar Xu Shang dengan nada malas, "Memangnya seperti apa kemampuan dari Guru Besar ini?"     

"Berdasarkan informasi yang kudengar, dia berada puncak Magi, tidak lama lagi akan mencapai Archmage," ujar Qin Zhuang.     

"Jadi dia belum menjadi seorang Archmage." Xu Shang menyeringai dan berkata, "Meskipun dia memang murid tertua dari Saint Medicine, tapi dia telah mengusir seorang pemimpin dari Negeri Barren yang datang untuk menemuinya secara langsung. Dia benar-benar tahu cara untuk bersikap."     

Meskipun begitu, Ye Futian tahu bahwa semua orang di dalam kelompoknya memiliki kemampuan yang lebih hebat daripada Xu Chehan. Ditambah lagi, dengan melihat ketenaran Ye Futian dan statusnya sebagai seorang pemimpin istana dari sebuah tempat suci, setidaknya Xu Chehan bersedia untuk mengundang mereka masuk ke dalam Taman Herba. Namun dengan mengusir mereka seperti ini menunjukan bahwa dia tidak mempedulikan kehadiran mereka.     

"Bagaimanapun juga, kita adalah orang yang ingin menemui mereka. Jika mereka tidak ingin menemui kita, maka sudah jelas mereka tidak akan melakukannya. Kita tidak perlu menyalahkan mereka," ujar Ye Futian sambil tersenyum.     

"Pola pikir yang bagus." Xu Shang tersenyum.     

"Kita akan datang lagi besok," ujar Ye Futian. Mereka membutuhkan bantuan dari orang lain, dan itu adalah pola pikir yang dia butuhkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.