Legenda Futian

Bertemu Saint Jiang



Bertemu Saint Jiang

1Suara musik bergema di seluruh penjuru paviliun. Ye Futian adalah orang yang memainkan musik sementara semua orang mendengarkan dengan tenang.      1

Nada musik yang merdu dan tenang terdengar di dalam lagu tersebut. Sebuah gambar yang menenangkan memenuhi pikiran orang-orang yang mendengarkannya. Sebuah padang bunga muncul di dalam gambaran tersebut, dimana bunga-bunga yang harum tumbuh dimana-mana dan aroma harum memenuhi udara.     

Tampaknya ada seorang wanita berpakaian putih sedang berjalan di dalam gambaran tersebut. Dia berjalan di antara padang bunga, terbawa dalam suasana saat dia memetik bunga-bunga itu dan menciumnya. Kupu-kupu dengan berbagai warna berterbangan dari kejauhan, berputar-putar di sekitar wanita yang berada di padang bunga itu.     

Itu adalah sebuah lagu yang sangat menenangkan, menggambarkan sebuah gambaran yang sangat indah dan damai. Namun entah mengapa, banyak orang membayangkan wanita yang berada di dalam gambaran itu sebagai Dewi Die. Seolah-olah sejak awal dia adalah wanita yang berada di dalam gambaran tersebut. Dia terlihat tenang dan cantik, seolah-olah dia berasal dari tempat lain, bukan dari dunia ini.     

Banyak orang masih memejamkan mata mereka setelah lagu itu berakhir, tampaknya mereka masih terbawa dalam konsepsi artistik yang diciptakan oleh musik tersebut.     

"Luar biasa," seseorang berkomentar. Tatapan mata mereka beralih ke arah Dewi Die. Penampilan Ye Futian barusan sepertinya adalah sebuah lagu yang dimainkan khusus untuknya.     

Ekspresi aneh terlihat di mata Dewi Die saat dia berbalik untuk melihat ke arah Ye Futian. Dia terlihat luar biasa dan seolah-olah tidak berasal dari dunia ini ketika senar-senar guqin berhenti, dan dia menarik kembali jari-jarinya yang ramping. Roh Guqin telah menghilang dan dia mendongak. Sebuah senyuman terlihat di dalam sepasang mata yang sangat indah itu. Kemudian dia berkata, "Sebenarnya saya datang ke Perguruan Tinggi Sembilan Negara untuk mengunjungi Saint Jiang, dan sepertinya anda sudah mengetahui hal itu, Dewi Die. Ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan anda, dan kesan yang anda tinggalkan pada saya terlihat seperti wanita yang digambarkan dalam lagu tersebut. Seolah-olah anda bukan berasal dari dunia ini. Oleh karena itu, saya mempersembahkan lagu itu untuk anda, Dewi Die. Jika saya menyinggung perasaan anda dengan tindakan ini, saya mohon maaf."     

Ye Futian menyampaikan tujuan yang ingin dia capai dalam perjalanannya kali ini, dan dia membutuhkan bantuannya untuk bisa mewujudkannya. Jika tidak, maka tindakannya untuk memainkan sebuah lagu kepada seorang wanita dari pria yang baru saja ditemuinya terlihat tidak sopan. Namun, jika seseorang ingin meminta bantuan, wajar saja apabila dia memberikan sebuah hadiah terlebih dahulu. Tapi sekali lagi, jika dia memberikan semacam barang berharga, maka tindakan itu juga akan terlihat tidak sopan, dan Dewi Die mungkin tidak akan mengambil hadiah seperti itu.     

Karena itulah, dia merasa bahwa memberikan sebuah lagu adalah pilihan yang tepat. Itu tidak terlihat berlebihan dan cukup sopan sementara dia juga bisa menyampaikan maksud kedatangannya tanpa perlu dicurigai.     

Dewi Die tersenyum tipis saat mendengar kata-katanya. Dia menatap ke arah Ye Futian dengan ekspresi terkejut dan berkata, "Aku menyukai konsepsi artistik dari lagu tersebut. Terima kasih, Pemimpin Istana Ye."     

Ye Futian tahu dari jawaban itu bahwa permintaannya telah dijawab. Dia telah memainkan sebuah lagu sebagai hadiah untuk Dewi Die dan dia menerimanya, yang menunjukkan bahwa dia juga menyetujui permintaannya.     

"Tolong beri nama lagu tersebut, Dewi Die," ujar Ye Futian sambil tersenyum.     

"Lagu itu akan kuberi nama 'Butterflies in love with the Flowers' [1][1]," jawab Dewi Die.     

"Butterflies in love with the Flowers. Luar biasa." Ye Futian mengangguk sambil tersenyum.     

"Itu benar. Judulnya sesuai dengan konsepsi artistik dari lagu tersebut." Semua orang yang hadir mengangguk. Mereka memandang ke arah Ye Futian dan berpikir bahwa sang Pemimpin Istana tidak hanya memiliki kemampuan yang sangat kuat, tetapi ia juga memiliki bakat yang luar biasa dalam aspek lainnya. Sebuah lagu yang sesuai dengan suasana hati Dewi Die tidak hanya memungkinkan Ye Futian untuk mencapai tujuannya, tetapi juga membuat hubungan mereka semakin dekat, dan semua itu terjadi pada pertemuan pertama mereka.     

Apa yang telah terjadi hari ini mungkin bisa menjadi sebuah kisah yang indah di masa depan.     

Bagaimanapun juga, mereka berdua adalah tokoh terkenal.     

"Aku menerima hadiahmu ini, Pemimpin Istana Ye. Namun, guruku memang sedang mengasingkan diri untuk berlatih. Tolong jangan salahkan saudaraku. Jika guruku telah selesai berlatih, aku pasti akan memberitahumu dan mengantarkanmu untuk menemuinya," Dewi Die menjelaskan sambil tersenyum.     

"Terima kasih atas kebaikan anda, Dewi Die." Ye Futian menangkupkan tangannya sebagai tanda terima kasih. Langkah pertamanya ini telah berjalan dengan sukses. Dengan adanya rekomendasi dari Dewi Die, setidaknya dia memiliki kemungkinan untuk bertemu dengan Saint Jiang secara langsung.     

"Kau terlalu baik, Pemimpin Istana Ye. Sekali lagi, terima kasih untuk lagunya. Aku pamit undur diri sekarang." Dewi Die berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk hormat. Ye Futian dan kultivator lainnya ikut berdiri dan membungkuk hormat. Kemudian dia berkata, "Lin Xi, maaf merepotkanmu, tapi aku ingin memintamu untuk mengantarkan Dewi Die pergi."     

"Kalau begitu, anda juga berhutang sebuah lagu untuk saya." Lin Xi menatap ke arah Ye Futian dan tersenyum.     

"Tidak masalah." Ye Futian mengangguk sambil tersenyum. Dia tidak meminta bantuan dari Lin Xi, tetapi Lin Xi sendiri yang telah mengundang Dewi Die datang kemari, yang berarti Lin Xi ingin membantunya. Baik Ye Futian dan Dewi Die mengetahui hal tersebut. Jadi tidak masalah baginya untuk membalas kebaikan Lin Xi dengan sebuah lagu.     

"Jika lagu yang akan anda berikan pada saya tidak lebih bagus dari 'Butterflies in love with the Flowers,' maka saya tidak akan menerimanya," ujar Lin Xi dengan nada bercanda. Kemudian dia pergi bersama Dewi Die.     

Banyak orang memuji Ye Futian setelah mereka berdua pergi. Seseorang tersenyum dan berkata, "Dunia ini tahu bahwa anda begitu terkenal di Sembilan Negara karena bakat anda yang luar biasa, tetapi hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa anda juga sangat hebat dalam beberapa aspek lainnya. Saya merasa sangat terkesan."     

"Benar. Saya juga merasa sangat terkesan," ujar sosok lainnya sambil tersenyum, terdengar nada bercanda dalam suara mereka. Kelompok Ye Futian sudah cukup lama berada di sana dan mereka semua semakin akrab satu sama lain. Oleh karena itu, mereka tidak perlu menahan diri, karena Ye Futian juga selalu bersikap ramah pada mereka.     

"Astaga, kalian ini." Ye Futian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Jika bukan karena keinginannya untuk menemui Saint Jiang, dia tidak akan terlibat dalam masalah seperti itu.     

Saint Jiang memiliki dua orang murid. Xu Chehan tidak mempedulikannya, jadi satu-satunya jalan baginya untuk menemui Saint Jiang adalah melalui Dewi Die.     

"Kalian sedang meributkan apa? Kalian ingin menjadi seperti Pemimpin Istana Ye? Apakah kalian memiliki kemampuan, ketenaran, dan bakat untuk dibanggakan?" Pada saat itu, seorang wanita menatap semua orang yang hadir dengan ekspresi tegas di wajahnya.     

"Atau memiliki wajah yang tampan?" ujar wanita itu dengan nada bercanda.     

"Xi, jangan terlalu berlebihan."     

"Meskipun memang benar bahwa Pemimpin Istana Ye telah menikah, dia tidak memiliki seorang selir. Apakah kau memberitahu kami bahwa kau sedang mempertimbangkannya?" balas sosok lainnya. Semua orang sedang bersenang-senang dan suasananya begitu santai.     

…      

Berita mengenai Ye Futian menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru Perguruan Tinggi Sembilan Negara. Banyak orang merasa terkejut karena tidak ada yang menyangka bahwa Dewi Die akan berjalan-jalan di luar Taman Herba dan setuju untuk memperkenalkan Ye Futian pada gurunya.     

Ye Futian telah menghabiskan waktu selama satu bulan penuh untuk mengunjungi Taman Herban. Saat ini, sepertinya dia bisa mewujudkan keinginannya.     

Selama menghabiskan waktu di Perguruan Tinggi Sembilan Negara, reputasi Ye Futian telah meningkat pesat. Baik itu mereka yang bertarung dengannya atau hanya sekedar meminta bimbingannya terkait beberapa hal tertentu, mereka semua mengaguminya dan terkesan dengan kepribadiannya. Dapat terlihat dengan jelas mengapa dia bisa menjadi seorang pemimpin dari Negeri Barren, yang mampu menyatukan kehendak Negeri Barren—sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya—dan bertempur melawan Dinasti Suci Zhou Agung.     

Seorang pemimpin dengan kemampuan yang mengesankan, baik dalam hal bakat maupun sikapnya, telah muncul di Negeri Barren. Jika Ye Futian mampu bertahan hidup dari Perang Suci, maka Dinasti Suci Zhou Agung akan memiliki banyak hal yang harus dihadapi di masa depan.     

Justru karena itulah para kultivator kuat dari Dinasti Suci saat ini sedang berada di Perguruan Tinggi Sembilan Negara dalam upaya untuk mencegah Sage Douzhan menjadi seorang Saint.     

Keesokan harinya, Xu Chehan mendengar berita di Taman Herba. Kemudian dia mengunjungi tempat dimana Dewi Die tinggal.     

"Saudariku."     

"Saudaraku, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu." Dewi Die berkata, "Ye Futian telah mengunjungi Taman Herba selama satu bulan terakhir. Aku berniat untuk memperkenalkannya pada Guru jika ada kesempatan."     

"Bukankah Jiang Chuan telah memberitahumu sebelumnya ketika dia berada di sini? Mengapa melibatkan guru kita dalam perselisihan antara Dinasti Suci Zhou Agung dan Negeri Barren?" tanya Xu Chehan.     

"Ye Futian adalah seorang Pemimpin Istana dari sebuah tempat suci di Negeri Barren, dan dia selalu mengunjungi Taman Herba selama satu bulan penuh. Dia telah menunjukkan ketulusan yang begitu luar biasa demi gurunya. Baik itu dari sudut pandang atau alasan yang kita miliki, kita tidak boleh terus menerus mengusirnya." Kemudian Dewi Die menjelaskan sambil tersenyum, "Adapun masalah mengenai apakah guru kita harus terlibat dalam perselisihan mereka, kita tidak berhak membuat keputusan; semuanya bergantung pada guru kita. Aku yakin dia akan memiliki pemikiran tersendiri tentang masalah ini, dan kita hanya perlu mengenalkannya pada Ye Futian."     

Xu Chehan mengangguk pelan setelah mendengar penjelasannya dan berkata, "Jika kau berpendapat seperti itu, saudariku. Jika dia datang lagi, maka kita akan pergi menemuinya."     

"Baiklah." Dewi Die mengangguk sambil tersenyum tipis. Kemudian Xu Chehan pergi untuk menemui Jiang Chuan dan bertanya, "Apakah Ye Futian datang kemari hari ini?"     

"Tidak, dia tidak datang," jawab Jiang Chuan sambil menggelengkan kepalanya.     

"Jika dia datang kemari, suruh dia untuk menemuiku," ujar Xu Chehan. Jiang Chuan mengangguk.     

Namun, Ye Futian tidak lagi mengunjungi Taman Herba. Karena Dewi Die telah setuju untuk membantunya, maka dia tidak perlu lagi mengunjungi Taman Herba setiap hari.     

Adapun kunjungannya selama satu bulan terakhir, dia tidak melakukannya untuk dilihat oleh Xu Chehan. Jika Xu Chehan menolak untuk menemuinya, maka dia tidak perlu membuang-buang waktunya untuk Xu Chehan. Jika bukan karena Saint Jiang, status yang dimiliki oleh Ye Futian menunjukkan bahwa sejak awal dia bukan orang yang pantas untuk memohon-mohon agar bisa menemui Xu Chehan.     

Setengah bulan berlalu dengan cepat, dan Lin Xi sedang menemui Ye Futian, memberitahunya bahwa saat ini dia bisa mengunjungi Taman Herba. Ye Futian menghela napas dan mengumpulkan gurunya, Sage Douzhan, serta rekan-rekannya yang lain. Kemudian mereka pergi menuju Taman Herba.     

Terdapat seorang gadis pelayan yang sedang menunggu di luar. Dia bertanya begitu dia melihat kehadiran Ye Futian, "Apakah anda adalah Pemimpin Istana Ye?"     

"Benar." Ye Futian mengangguk.     

"Nyonya menyuruhku untuk membawa anda ke taman, Pemimpin Istana Ye," jawab gadis pelayan itu sambil membungkuk hormat. 'Nyonya' yang dia maksud tidak lain adalah Dewi Die.     

"Terima kasih." Ye Futian mengangguk dan berjalan memasuki Taman Herba.     

Taman Herba adalah sebuah tempat luas yang dipenuhi dengan energi spiritual. Wangi dari tanaman obat memenuhi tempat tersebut. Terdapat beberapa bangunan di dalam sana, dan ada begitu banyak tumbuhan yang bisa ditemukan dimana-mana.     

Gadis pelayan itu membawa mereka ke sebuah koridor dari sebuah kompleks. Dewi Die terlihat sedang berdiri di sana. Dia tersenyum begitu melihat kehadiran Ye Futian.     

"Aku sudah menjelaskan masalah ini pada guruku. Silahkan ikut denganku," ujar Dewi Die.     

"Terima kasih, Dewi Die," ujar Ye Futian. Kemudian dia melewati koridor itu dan tiba di depan sebuah gedung. Terdapat satu sosok dengan ekspresi dingin di wajahnya sedang berdiri di samping tangga, dia mengenakan pakaian serba hitam. Dia menatap ke arah Ye Futian dan kelompoknya.     

Sosok itu tidak lain adalah Xu Chehan. Dia berdiri di tempatnya tanpa mengatakan sepatah kata-pun. Ye Futian menatapnya dan bisa menebak identitasnya. Dia mengangguk pelan dan ia juga tidak mengatakan apa-apa.     

Dewi Die berjalan menaiki tangga itu dan berkata, "Guru, Pemimpin Istana Ye telah tiba."     

Satu sosok terlihat berjalan dari arah aula.     

Ye Futian mengalihkan pandangannya pada sosok itu dan menyadari sosok itu terlihat berusia sekitar 30 hingga 40 tahun. Rambutnya berwarna abu-abu dan hitam, tapi dia sangat tampan. Jika dia berusia lebih muda, maka dia pasti akan menjadi seorang pria yang gagah. Namun, bagian tubuh yang paling luar biasa dari wajahnya adalah matanya. Kedua matanya terlihat seperti mata yang telah melihat banyak hal yang terjadi di dunia ini, serta mampu membaca pikiran seseorang. Begitu mereka saling menatap satu sama lain, Ye Futian merasa seolah-olah pikirannya sedang dibaca oleh sosok tersebut.     

Ye Futian mengalihkan pandangannya dan membungkuk hormat, lalu berkata, "Nama saya Ye Futian dari Istana Holy Zhi di Negeri Barren, datang kemari untuk menyapa anda, senior."     

"Salam hormat, Saint Jiang." Sage Douzhan dan yang lainnya membungkuk hormat. Sosok yang berada di hadapan mereka adalah orang yang berada di posisi ke-12 dalam Peringkat Saint, yang menunjukkan bahwa ia berada di puncak kekuatan dari Sembilan Negara.     

Saint Jiang berbalik untuk melihat ke arah Sage Douzhan dan mengamati tubuhnya. Auranya terpancar di depan tubuh Sage tersebut. Kemudian dia berkata, "Kau memang beruntung."     

Bagi para kultivator, mendapatkan terobosan ke tingkat Saint Plane adalah sebuah pemberkatan sekaligus bencana. Jika seseorang tidak dapat mendapatkan terobosan secara keseluruhan, maka kemungkinan besar dia akan mati. Sage Douzhan telah merasakan kekuatan dari bencana tersebut, namun ia masih bertahan hidup. Dia memang sosok yang tangguh dan beruntung.     

"Saya benar-benar berharap anda bersedia membantu kami dalam hal ini, senior," ujar Ye Futian sambil membungkuk hormat.     

[1] Kupu-kupu yang jatuh cinta dengan para bunga     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.