Legenda Futian

Pikiranku Sempurna



Pikiranku Sempurna

2"Apa yang sedang terjadi?" Banyak orang berpaling untuk melihat ke arah Gu Dongliu. Sebuah kekuatan terpendam yang misterius dalam dirinya tampaknya telah diaktifkan. Roh Kehidupannya berevolusi secara bertahap, seolah-olah dia akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.     3

Apakah dia sedang menggunakan kekuatan dari semacam teknik rahasia?     

Kekuatan penghancur terus menerus menghujani tubuhnya. Gu Dongliu tidak punya waktu untuk memahami perubahan yang sedang terjadi di tubuhnya saat ini. Tampaknya aura spiritual miliknya telah terbebas dari kekuatan sihir Sealing of All Creations, dan kini menyebar ke area di sekitarnya. Sihir Light of the Nine Words bersinar semakin menyilaukan ketika sihir itu beresonansi dengan langit dan bumi.     

*Whoosh* Pada saat itu juga, sihir Light of the Nine Words yang mengelilingi Roh Kehidupan miliknya bergerak untuk menyerang delapan dewa perang milik Bai Luli. Kekuatan tanpa batas berkumpul ke dalam huruf-huruf kuno, membuat setiap huruf kuno itu seperti dipenuhi dengan kekuatan mistis saat mereka diarahkan ke bawah. Terdengar delapan suara gemuruh yang mampu mengguncang bumi saat bayangan para dewa perang itu terkoyak. Kekuatan dari Sealing of All Creations telah dihancurkan, tetapi bayangan mengerikan dari dewa kuno itu tetap menyerang dengan menggunakan tombaknya.     

Bayangan dari Roh Kehidupan yang berada di belakang Gu Dongliu kini menjadi semakin besar, membentuk sebuah bayangan suci yang nyata. Dia mengerahkan telapak tangannya yang berukuran besar ke arah dewa kuno itu. Sembilan mudra muncul ketika telapak tangan itu dikerahkan ke depan, dengan membawa kekuatan dunia yang berkumpul ke dalam mudra yang berada di telapak tangan tersebut.     

Tombak Suci milik bayangan dari dewa kuno itu terus diayunkan ke bawah dengan membawa kekuatan dari langit. Semua mudra itu dihancurkan hingga berkeping-keping, tetapi tombak itu juga tidak mampu bertahan dari benturan tersebut. Bayangan suci itu terlempar ke belakang diikuti dengan suara gemuruh yang keras, dan tubuh dari dewa kuno yang agung itu dihancurkan.     

"Dia menjadi lebih kuat dari sebelumnya." Banyak orang tampak terkejut ketika melihat perubahan yang dialami oleh Gu Dongliu. Kekuatan-kekuatan mistis tampaknya telah muncul dari dalam dirinya, membawa kekuatan dunia yang tak berbatas dan menggabungkan kekuatan itu dengan tubuhnya. Namun, kedua mata Gu Dongliu masih terpejam. Dengan memiliki dunia di dalam hatinya dan terbebas dari ambisi di dalam pikirannya, sebuah dunia yang lebih besar dari sebelumnya benar-benar telah terbuka di hadapannya, memungkinkannya untuk beresonansi dengan langit dan bumi pada kapasitas yang jauh lebih besar dari sebelumnya.     

Kekuatan langit berkumpul di sekitarnya. Banyak bayangan terlihat meninggalkan tubuhnya satu per satu pada saat itu, dan mereka semua adalah bayangan dari sosok Gu Dongliu sendiri. Semua bayangan itu berubah menjadi cahaya-cahaya yang menyilaukan dan kilatan yang mengerikan saat mereka melintas di udara, muncul di depan Bai Luli dan langsung menerjang ke arah tubuhnya. Semua bayangan itu adalah perwujudan dari aura milik Gu Dongliu, dan perwujudan itu terlihat begitu nyata, seolah-olah semua bayangan itu menjadi hidup dan memiliki tubuh sendiri.     

Bai Luli tetap berdiri tegak di udara dengan tatapan mata yang tertuju ke depan. Bayangan Gu Dongliu yang tak terhitung jumlahnya muncul di antara keduanya, semua bayangan itu bergerak menuju Bai Luli, dengan membawa kekuatan dunia bersama mereka.     

"Benar-benar aura spiritual yang kuat." Semua orang yang menyaksikan pertempuran ini dari bawah bisa merasakan kekuatan yang menyebar di atas langit. Gu Dongliu sedang bertarung melawan Bai Luli dengan menggunakan aura mereka masing-masing. Pertempuran semacam itu bahkan lebih berbahaya dari pertempuran pada umumnya, karena kesalahan sekecil apa-pun dapat menyebabkan aura dari sang pengguna hancur, membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.     

Terlepas dari kekuatan mistis yang mengalir dari dalam tubuh Gu Dongliu, pria itu tetap saja memiliki tingkat Plane yang lebih rendah dari Bai Luli, dan tindakannya yang sembrono ini benar-benar tidak terduga.     

Sepasang mata raksasa tampaknya telah muncul di belakang Bai Luli. Eye of Devastation memancarkan cahaya yang sangat mengerikan. Kedua mata Bai Luli sendiri kini telah terlihat seperti mata iblis. Segala sesuatu yang ada di dunia ini tampaknya telah dikendalikan oleh auranya sebelumnya, namun pada saat ini, aura yang sedang bergerak menuju ke arahnya adalah sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan.     

Sebuah bayangan suci keluar dari tubuh Gu Dongliu seolah-olah auranya sendiri telah pergi meninggalkan tubuhnya. Semua tanda-tanda kehidupan di tubuhnya tampak berhenti ketika semua cahaya suci itu berkumpul di sekitar bayangan suci yang baru saja keluar dari tubuh Gu Dongliu. Ribuan bayangan yang sama berjalan secara bersamaan, sambil beresonansi dengan kekuatan dari langit dan bumi. Mereka terlihat seperti bilah-bilah pedang paling tajam yang ada di dunia ini saat mereka berjalan menuju Bai Luli.     

"Orang ini benar-benar gila." Semua orang menyaksikan penampilan Gu Dongliu dengan ekspresi terkejut di wajah mereka. Konsekuensi dari langkah yang dia ambil berpeluang untuk mengakibatkan kehancuran total. Ketika aura milik seseorang benar-benar hancur, maka tubuh orang itu menjadi lumpuh, itu-pun jika mereka mampu bertahan hidup.     

Ketika menyaksikan Gu Dongliu berjalan ke arahnya, Bai Luli merasa yakin bahwa lawannya ini membawa kekuatan aura yang luar biasa. Pada saat itu, dia merasa seperti ada bilah-bilah pedang yang tak berbatas menggantung di udara, siap untuk menembus tubuhnya.     

Aura yang mengerikan juga muncul dari dalam tubuh Bai Luli. Sebuah aura dari seorang dewa kuno telah muncul, menyelimuti sekujur tubuhnya. Pada saat itu, Bai Luli terlihat seperti seorang dewa.     

"Aura spiritualku menjadi sempurna ketika aku berlatih di Istana Sage. Tingkat Plane-mu lebih rendah dariku. Apakah kau benar-benar berpikir bahwa kau memiliki peluang untuk memenangkan pertempuran ini?" Bai Luli memandang ke arah Gu Dongliu dan melanjutkan, "Apakah kau pernah berpikir tentang apa yang akan terjadi padamu jika kau kalah?"     

"Dengan pikiranku yang telah sempurna dan tekadku yang telah menguat, aku tidak berpikir bahwa aku akan kalah dalam pertempuran ini," jawab Gu Dongliu.     

"Itu adalah pemikiranmu sendiri tentang apa itu sempurna," ujar Bai Luli. "Jika kau memutuskan untuk terus bertarung, kau pasti akan kalah."     

"Memangnya apa itu kemenangan dan apa itu kekalahan?" Tatapan mata Gu Dongliu tertuju pada Bai Luli. Sihir Lights of the Nine Words bersinar di sekujur tubuhnya saat bayangan yang tak berbatas itu bergabung menjadi satu kesatuan dan bergerak ke depan. Dia mengulurkan jarinya dan menunjuk ke depan. Kekuatan terus menerus berkumpul di sekitar jari itu tanpa henti dan sebuah badai yang dahsyat muncul di tempat dimana jari itu menunjuk, badai itu menembus segala sesuatu yang menghalangi jalannya saat jari itu tetap menunjuk ke arah yang sama.     

Kedua mata dari bayangan dewa kuno itu berubah menjadi warna abu-abu. Sebuah aura penghancur dikeluarkan dan menerjang ke arah tubuh suci dari Gu Dongliu, namun ia benar-benar tidak terpengaruh dan ia terus bergerak ke depan. Dia langsung bergerak menuju badai yang dahsyat itu, dan dengan satu ayunan jarinya, kekuatan dari langit dan bumi tampaknya telah menyatu di ujung jarinya sebelum akhirnya menghujani tubuh dewa kuno tersebut. Pada saat itu juga, sinar-sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya muncul di tubuh yang menyerupai dewa kuno itu, membentuk semacam retakan.     

"Aku telah berjalan di jalan yang lebar seorang diri dan tekadku tetap tak tergoyahkan. Selama aku tetap mempercayai kebenaran di balik setiap tindakanku, aku tidak akan kalah." Suara Gu Dongliu bergema ke semua tempat.     

Hati banyak orang yang berada di bawah berdebar kencang, namun Bai Luli tetap berdiri di tempatnya, sambil menatap ke arah Gu Dongliu.     

Retakan di bayangan dewa kuno yang dibentuk oleh aura spiritual milik Bai Luli semakin banyak. Sinar-sinar cahaya penghancur bersinar dari dalam seolah-olah sosok itu sendiri akan segera hancur. Ekspresi di wajah Liu Chan dan Pemimpin dari Kota Awan Putih tampak berubah ketika menyaksikan pemandangan itu.     

Waktu seperti berjalan sangat lambat. Bai Luli menatap ke arah Gu Dongliu. Meskipun Gu Dongliu tampaknya berada di ambang kehancuran, namun pada saat yang sama, dia seperti bersikeras tidak akan dihancurkan semudah itu.     

Tatapan mata Gu Dongliu masih tertuju ke depan saat dia berkata, "Pikiranku sempurna."     

Tidak lama kemudian, tubuh suci miliknya berbenturan dengan bayangan dari dewa kuno itu. Kekuatan mengerikan segera memenuhi langit. Semua orang yang berada di bawah dan di wilayah luar Gunung Crouching Dragon menyaksikan pemandangan itu dengan takjub, pertempuran masih terus berlangsung. Mereka tidak bisa menggambarkan apa yang sedang mereka lihat saat ini, dan betapa mengerikannya pertempuran ini hanya bisa mereka rasakan di hati mereka masing-masing.     

Seberkas sinar cahaya yang kuat melesat keluar, dan tubuh dari dewa kuno itu tampaknya telah ditembus oleh sesuatu. Bayangan suci itu telah menghilang dan kembali ke sosok Gu Dongliu dalam sekejap. Dia memuntahkan darah dari mulutnya ketika tubuhnya yang terlihat seperti tak bernyawa itu membuka matanya, terjatuh ke arah Gunung Crouching Dragon yang berada di bawahnya.     

"Kakak Ketiga!" Ye Futian dan yang lainnya berteriak. Zhuge Mingyue juga melompat ke udara. Sang Pemimpin Kota tidak peduli dengan tindakannya kali ini. Dia tidak punya waktu untuk mengurusi Zhuge Mingyue, dia justru memalingkan pandangannya pada Bai Luli.     

Zhuge Mingyue memeluk tubuh Gu Dongliu saat dia terjatuh bersamanya. Pada akhirnya dia duduk di permukaan tanah. Gaunnya menjuntai di belakangnya saat ia memeluk tubuh yang berlumuran darah itu di lengannya. Tetesan air mata mengalir dari matanya.     

"Kau menangis." Gu Dongliu tersenyum saat melihat wajah Zhuge Mingyue.     

"Kau tersenyum." Zhuge Mingyue menatap ke arah Gu Dongliu. Idiot ini ternyata juga bisa tersenyum.     

"Kau terlihat cantik hari ini." Gu Dongliu masih tersenyum.     

"Aku tahu kau akan datang kemari," jawab Zhuge Mingyue.     

Ye Futian dan yang lainnya tidak berani mengganggu pembicaraan antara keduanya, dan hanya berdiri di samping mereka.     

Di sisi lain, mata Bai Luli terpejam saat tubuhnya terjatuh dari atas langit, hingga akhirnya ia menghantam permukaan tanah dengan keras. Tanda-tanda kehidupan di tubuhnya masih terlihat baik-baik saja, tetapi semua itu berubah menjadi lemah dengan sangat cepat seolah-olah Bai Luli kini merasa sangat kelelahan. Para kultivator selalu dipenuhi dengan energi, dan kelelahan adalah sesuatu yang dianggap mustahil bagi mereka. Dapat terlihat dengan jelas bahwa Bai Luli juga terluka parah.     

Gu Dongliu, sebagai seorang Sage tingkat menengah, benar-benar berhasil melukai Bai Luli.     

Apa yang telah dia lakukan sehingga dia mampu membangkitkan kekuatan mistis di dalam tubuhnya?     

Tidak lama kemudian, Bai Luli membuka matanya.     

"Apa kau baik baik saja?" Liu Chan bertanya pada Bai Luli.     

Bai Luli menggelengkan kepalanya perlahan saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Gu Dongliu. Keinginan membunuh terlintas di mata Bai Gu, Pemimpin dari Kota Awan Putih, saat ia melihat Zhuge Mingyue memeluk Gu Dongliu. Dia berkata dengan nada dingin, "Tempat ini adalah Gunung Crouching Dragon. Apakah kau berusaha memancingku untuk turun tangan saat ini?"     

Beberapa anggota dari Keluarga Zhuge ingin bergerak melawannya tetapi mereka berhenti ketika melihat Zhuge Qingfeng memerintahkan semua orang untuk mundur.     

Ye Futian mengalihkan pandangannya ke arah Bai Gu, sementara dia tetap berada di sisi Zhuge Mingyue dan Gu Dongliu, sambil menatap ke arah sang Pemimpin Kota dengan ekspresi dingin di wajahnya.     

Banyak tokoh penting memandang ke arah Zhuge Mingyue dan Gu Dongliu. Hubungan antara keduanya membuat banyak orang merasa tersentuh, namun hal itu tampaknya merupakan sesuatu yang tidak dapat dimaafkan oleh Kota Awan Putih. Situasi ini telah membuat mereka merasa terhina.     

"Ketua Bai, situasinya kini telah berubah. Tidak perlu bersikap keras kepala seperti ini," terdengar sebuah suara yang jelas dan tenang. Banyak orang berbalik dan melihat orang yang baru saja berbicara; dia adalah seorang biksu tua.     

Biksu Qingdeng dari kuil Qingdeng, dia adalah seorang biksu yang menempati posisi ke-11 dalam Peringkat Barren Sky. Kultivasinya dilakukan sejalan dengan ajaran Buddha.     

"Tuan, ajaran Budha dikenal sebagai cara untuk menghindari kesombongan. Apa yang membuat anda datang kemari hari ini?" sang Pemimpin Kota bertanya kepada biksu tersebut.     

"Muridku memintaku untuk mengunjungi seorang kenalannya." ujar Biksu Qingdeng sambil menyatukan tangannya.     

"Anda juga menerima murid, tuan? Apakah murid anda itu sedang berada disini? Bagaimana kabarnya sekarang?" sang Pemimpin Kota bertanya.     

"Dia berada tepat dihadapanmu." Biksu Qingdeng melanjutkan, "Dan dia baik-baik saja."     

Banyak orang memiliki ekspresi aneh di wajah mereka ketika mereka menoleh untuk melihat orang-orang yang berada di hadapan sang Pemimpin Kota; mereka adalah Gu Dongliu dan rekan-rekannya.     

Siapa orang yang dimaksud oleh Biksu Qingdeng?     

"Saya menyarankan agar kenalan dari murid anda itu tidak perlu ikut campur dalam masalah ini, tuan," ujar Bai Gu.     

"Ketua Bai, mengapa kau begitu bersikeras untuk mendapatkan sesuatu yang bukan milikmu?" Biksu Qingdeng menyatukan tangannya dan bertanya.     

"Hentikan semua ini, Bai Gu." terdengar suara lainnya di suatu tempat. Bai Gu mengalihkan pandangannya dan kini dia memandang ke arah You Chi, Pemimpin dari Kota Alkimia. Dia berkata dengan nada dingin, "Sebaiknya kau menyingkirkan menantumu dari hadapanku."     

"Kumohon, hentikan saja semua ini." Banyak orang tampak terkejut ketika mendengar kata-kata itu, dan mereka tertegun ketika menatap ke arah orang yang baru saja berbicara.     

Pemimpin dari Kota Awan Putih sendiri tertegun ketika dia melihat ke arah orang yang baru saja berbicara, Bai Luli.     

Bai Luli berjalan ke depan dan menatap ke arah Gu Dongliu dan Zhuge Mingyue, lalu ia berkata, "Kau memang benar. Tekadmu tak tergoyahkan, dan selama seseorang tetap mempercayai kebenaran di balik setiap tindakannya, dia tidak akan bisa dikalahkan. Tidak ada yang kalah dalam pertempuran hari ini, karena aku juga percaya bahwa apa yang telah kulakukan juga merupakan sebuah kebenaran."     

Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Ye Futian dan berkata, "Ucapanmu juga benar. Jika seseorang memiliki bakat dan potensi untuk menjadi seorang Saint, maka ia tidak perlu meminta bantuan dari kekuatan orang lain. Aku sendiri juga berpikir bahwa aku bisa menjadi seorang Saint tanpa mengandalkan bantuan dari kekuatan orang lain. Namun, Istana Holy Zhi menaruh harapan tinggi padaku. Jika hal itu bisa menjamin agar tujuanku bisa tercapai, maka aku tidak punya alasan untuk menolaknya."     

Kemudian dia berbalik untuk melihat ke arah Zhuge Mingyue dan berkata, "Aku bukan orang yang sempurna, dan tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Aku tidak perlu memberikan penjelasan apa-pun, tetapi dalam pertempuran ini, seandainya dia memiliki kemampuan yang tidak pantas untuk melawanku, aku akan membunuhnya tanpa ragu-ragu. Aku perlu melakukan sesuatu untuk diriku sendiri atas apa yang terjadi hari ini."     

Akhirnya, dia berbalik dan berkata kepada Liu Chan, "Guru, mari kita pergi."     

Liu Chan menatap ke arah Bai Luli dengan kagum. Pria ini memang Bai Luli, sang jenius dari generasinya yang tak ada duanya.     

"Baiklah." Liu Chan mengangguk. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan tidak menyalahkan siapa-pun. Jika Bai Luli sendiri ingin mengakhiri masalah ini dengan cara seperti ini, maka dia hanya bisa menurutinya.     

Bai Luli mengangguk dan melompat ke udara. Sosoknya berdiri di atas langit ketika dia berkata, "Aku telah berjalan di jalan yang lebar seorang diri, dan meskipun aku tidak sempurna, pikiranku sempurna!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.