Legenda Futian

Enam Peserta Terakhir



Enam Peserta Terakhir

3Kekuatan dari tungku pembakaran itu tidak berubah, namun cahaya yang dipancarkan oleh sosok suci yang berada di belakang Ye Futian perlahan-lahan mulai meredup. Situasi yang begitu kacau berangsur-angsur kembali tenang seperti biasanya. Zhuge Xing mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Ye Futian. Tatapan matanya menunjukkan rasa malu yang dia alami saat ini.     3

Dia telah dikalahkan oleh Ye Futian dalam pertempuran ini.     

Sosok Ye Futian tetap berada di udara, sambil memandang rendah Zhuge Xing yang berada di bawahnya. Tampaknya dia sedang menyeringai, dan ekspresinya terlihat sangat sombong.     

"Kau mengaku kalah?" Senyuman sinis dapat terlihat dengan jelas di wajahnya. "Kau berlagak sombong dan sangat percaya diri sebelumnya, dan sekarang kau mengaku kalah ketika bertarung melawan seorang Noble kelas sembilan? Zhuge Xing, apakah hanya itu kemampuan yang kau punya?"     

Zhuge Xing mengepalkan tangannya dengan erat dan kilatan petir bermunculan di sekitarnya. Dia merasa sangat marah dan terhina, tetapi faktanya dia memang telah dikalahkan oleh Ye Futian. Tatapan mata semua orang tertuju padanya, dan dia tidak pernah merasa begitu malu dalam hidupnya seperti saat ini.     

Ye Futian telah mempermalukannya di hadapan semua orang.     

Ye Futian berbalik dan berjalan kembali ke posisinya semula, sambil berkata kepada Zhuge Xing, "Menurutku sebaiknya kau mengubah namamu menjadi Zhuge Buxing [1][1]. Sepertinya nama itu lebih cocok untukmu."     

*Krak* Kilatan petir itu langsung menghilang. Ye Futian harus mempermalukannya lagi sebelum pergi meninggalkan medan pertempuran. Nama yang baru saja diberikan oleh Ye Futian padanya mungkin akan membuatnya menjadi bahan tertawaan seumur hidupnya. Ketika orang-orang akan mengingat pertempuran hari ini, nama panggilan yang mengejutkan itu pasti akan terlintas dalam pikiran mereka.     

Banyak orang yang memandang ke arah Zhuge Xing sebelum akhirnya mengalihkan pandangan mereka pada Ye Futian. Tampaknya tidak ada yang bisa menghentikan kejutan dari peserta satu ini, dan seseorang yang bisa menyingkirkan sosok seperti Zhuge Xing justru adalah peserta yang tidak pernah diunggulkan sebelumnya. Penampilannya terus menerus membuat orang-orang merasa takjub.     

Sebuah fakta yang tidak bisa diragukan lagi pada saat itu adalah Ye Futian memang menjadi semakin kuat setiap kali dia melawan seseorang yang lebih kuat darinya. Kekuatan dari Roh Kehidupannya terus berkembang, seolah-olah dia belum mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam semua pertempuran yang pernah dia jalani sebelumnya. Apa yang telah dia tunjukkan selama ini telah mengejutkan semua orang yang hadir.     

"Zhuge Xing, silahkan tunggu sebentar di bagian samping. Pemilihan murid di babak sepuluh besar agak berbeda dari sebelumnya," ujar Tetua yang berada di atas tangga langit itu. Tidak ada satu-pun tokoh penting dari Istana Holy Zhi yang menawarkan undangan pada Zhuge Xing. Dia mengangguk dan pergi ke bagian samping medan pertempuran.     

Ekspresi aneh terlihat di wajah banyak orang. Apakah para tokoh penting di Istana Holy Zhi hanya akan memilih murid-murid mereka ketika pemenang dan para kultivator yang kalah telah ditentukan di putaran akhir?     

Bai Ze membuka matanya perlahan-lahan dan melirik ke arah Ye Futian. 'Sepertinya pemuda itu cukup kuat. Mari kita lihat seberapa jauh dia bisa melangkah sebelum aku menghancurkannya untuk selama-lamanya.'     

Satu sosok lainnya terlihat berjalan menuju medan pertempuran, langsung menarik perhatian orang-orang. Dia adalah seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian yang cukup sederhana, Phoenix.     

Phoenix memalingkan matanya ke arah Xiao Junyi dan berkata, "Aku menantangmu."     

Phoenix berspesialisasi dalam Kekuatan Kehidupan. Xiao Junyi, di sisi lain, berspesialisasi dalam Kekuatan Kematian. Kedua individu ini memiliki kekuatan yang saling bertentangan satu sama lain, dan tampaknya mereka akan tetap menjadi musuh bebuyutan karena hal tersebut. Setiap tokoh penting yang hadir saat ini tahu bahwa Dark Saint dan Lelaki Tua Abadi juga memiliki konflik tersendiri. Dan saat ini, penerus mereka telah bertemu di Istana Holy Zhi untuk bertarung satu sama lain.     

Xiao Junyi berjalan menuju medan pertempuran dengan tatapan mata tetap tertuju pada Phoenix saat ia mengeluarkan serulingnya. Dia mulai memainkan lagunya secara perlahan. Aura kematian tampaknya mulai berputar-putar di sekitar tubuhnya saat ia bermain seruling, sebelum akhirnya berubah menjadi sebuah arus kegelapan dan diarahkan pada Phoenix. Pada saat yang sama, tubuh Phoenix telah diselimuti oleh lapisan cahaya suci. Cahaya suci berwarna hijau seperti batu giok itu adalah sebuah kekuatan yang mampu mengusir semua kekuatan jahat, mencegah arus kegelapan itu menyerang tubuhnya.     

Alunan musik dari seruling Xiao Junyi merupakan sebuah serangan yang ditujukan pada aura spiritual seseorang, tetapi pikiran Phoenix terbukti tidak bisa ditembus dengan mudah. Terdapat seekor burung phoenix abadi yang bermandikan kobaran api muncul di pikirannya, burung suci itu sedang berjaga dan membakar setiap serangan spiritual yang bermaksud untuk menyerang pikirannya.     

"Ini sangat indah." Mata semua orang tertuju pada Phoenix, yang tampaknya telah berubah selama pertempuran ini berlangsung. Sosoknya yang terlihat agung dan suci membuatnya tampak seperti seorang dewi.     

Keahlian Xiao Junyi adalah kekuatan kematian, yang merupakan sebuah kemampuan mengerikan yang mampu menekan banyak orang, tetapi kemampuan Phoenix memiliki sifat berlawanan yang entah bagaimana mampu melawan kemampuannya.     

Dalam sekejap, udara di medan pertempuran berubah menjadi sangat panas. Kobaran api bergejolak di atas medan pertempuran, dan suhu udara juga telah meningkat drastis. Kemudian, gumpalan kobaran api tampak berkumpul di sekitar tubuh Phoenix, dimana masing-masing kobaran api tersebut mengandung semacam kekuatan suci di dalamnya, seperti cahaya lilin abadi, setelah itu semua kobaran api tersebut menerjang ke arah Xiao Junyi.     

Arus kematian berwarna abu-abu berputar-putar di sekeliling Xiao Junyi, berusaha memadamkan semua kobaran api tersebut. Namun, kobaran api itu mampu membakar arus kematian tersebut saat kedua serangan itu menghantam satu sama lain dan akhirnya kobaran api itu menembus kabut hitam yang berada di belakang Xiao Junyi, berusaha untuk membakar tubuhnya.     

"Api yang tidak bisa dipadamkan."     

"Roh Kehidupan milik Phoenix tidak lain adalah seekor burung Phoenix Abadi, roh yang diwariskan dari Lelaki Tua Abadi kepadanya. Kobaran api miliknya mungkin adalah Api Abadi. Kekuatan yang terkandung dalam satu sihir api seperti itu sangatlah luar biasa."     

Banyak orang tampak sangat terkejut. Bayangan kobaran api dalam jumlah besar mulai muncul di bawah kaki Xiao Junyi. Kobaran api itu tumbuh semakin besar dan kuat, perlahan-lahan berubah menjadi seperti sebuah kobaran api lilin raksasa yang berusaha menyelimuti tubuh Xiao Junyi di dalamnya.     

Xiao Junyi terus memainkan serulingnya ketika sebuah bayangan berwarna hitam pekat muncul di belakangnya, membungkus tubuhnya di dalamnya. Bayangan hitam pekat itu tampak seperti sosok monster yang merupakan perwujudan dari kematian itu sendiri saat bayangan itu membuka mulutnya yang besar untuk melahap kobaran api yang diarahkan pada Xiao Junyi sedikit demi sedikit. Ukuran bayangan itu semakin membesar saat ia terus melahap kobaran api, dan kabut hitam terus menyebar ke berbagai arah, membuatnya seolah-olah mampu menutupi langit, sebelum melahap kobaran api itu sepenuhnya. Bayangan itu kemudian meraung ke arah Phoenix.     

Suara pekikan burung phoenix dapat terdengar dari dalam tubuh Phoenix. Sepasang sayap berwarna merah yang berapi-api mengepak diantara langit dan bumi, menyebarkan Kobaran Api Tak Berbatas di berbagai tempat, membuat area itu berubah warna menjadi merah. Bayangan seekor phoenix raksasa dapat terlihat di area medan pertempuran yang luas itu, sementara sang Phoenix Abadi yang anggun terlihat tepat di belakang bayangan Phoenix itu sendiri.     

Bayangan phoenix dan monster kematian itu berbenturan satu sama lain, seolah-olah dua cahaya yang mengerikan sedang bertarung di udara. Ukuran tubuh dari monster kematian itu terus menerus membesar ketika Xiao Junyi memainkan serulingnya. Mulutnya yang berukuran besar tampak terbuka lebar, berusaha untuk menelan tubuh burung abadi itu hidup-hidup. Seluruh dunia tampaknya telah berubah menjadi dunia kegelapan, ketika monster itu terus mencoba untuk menelan Phoenix.     

Banyak orang merasa ketakutan ketika menyaksikan pemandangan tersebut. Seberapa mengerikannya kekuatan kematian Xiao Junyi sebenarnya?     

Kabut hitam kematian milik Xiao Junyi menghalangi semua cahaya yang berada di sekitarnya, melahap segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Burung abadi yang berukuran sangat besar itu sepertinya akan segera dilahap, dan mulut monster itu terus bergerak ke arah Phoenix tersebut.     

Phoenix tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Cahaya yang dipancarkan dari Phoenix Abadi di belakangnya tetap terlihat sangat agung dan sakral, menyelimuti tubuhnya di dalamnya. Monster kematian itu akhirnya tiba di hadapannya, menelan tubuh Phoenix dan seluruh Roh Kehidupannya di dalam kabut hitam.     

"Ini..." Hati banyak orang berdebar kencang. Pemandangan ini terlalu mengerikan. Apakah Xiao Junyi itu semacam malaikat maut? Apakah Phoenix dapat ditelan begitu saja?     

Alunan musik Xiao Junyi dengan serulingnya tidak berhenti; justru alunan musiknya semakin dipercepat. Kekuatan kematian bergejolak di sekitarnya. Pada saat itu, kabut hitam yang terpancar di belakangnya yang terus menyebar ke seluruh area medan pertempuran, bersinar dengan cahaya yang menyilaukan. Sinar-sinar cahaya muncul satu per satu dan menembus kegelapan, menghilangkan kabut hitam tersebut. Phoenix Abadi itu kembali memekik saat burung suci itu muncul dan menghancurkan semua yang menghalangi jalannya.     

Monster kematian itu meraung saat berjuang melawan burung Phoenix yang tiba-tiba muncul. Banyak orang yang menyaksikan ketika kobaran api yang menyilaukan muncul di sekitar Xiao Junyi. Cahaya yang berkilauan menyebar ke berbagai arah dan sinar-sinar cahaya itu langsung menembus kegelapan. Seluruh area medan pertempuran kini dipenuhi dengan suara raungan. Kabut hitam itu benar-benar telah menghilang. Xiao Junyi terdengar mengerang kesakitan ketika dia mengambil beberapa langkah ke belakang pada saat berikutnya. Darah terlihat di sudut mulutnya.     

Sosok Phoenix kembali terlihat di atas medan pertempuran. Dia berdiri di tempatnya tanpa mengatakan apa-pun sementara tubuhnya ditutupi oleh cahaya suci. Namun, dia juga telah terjerat oleh arus kematian di sekitar tubuhnya.     

Mereka berdua telah kalah dan menderita luka-luka serius di tubuh mereka masing-masing.     

"Aku menyerah." Ekspresi Xiao Junyi terlihat tenang seperti biasanya. Wajah tampan itu sepertinya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda perubahan.     

"Aku memilih untuk mundur dari pertempuran selanjutnya," Phoenix menambahkan. Keduanya pergi meninggalkan medan pertempuran dan kembali ke posisi mereka masing-masing dan duduk bersila disana,     

Apakah pertempuran ini berakhir dengan hasil seri? Tampaknya tidak ada pemenang di pertempuran ini, dan keduanya juga memilih untuk menyerah. Jadi keduanya telah tersingkir? Kalau begitu, kini hanya ada tujuh orang yang tersisa di medan pertempuran...     

Yuan Zhan maju pada pertempuran berikutnya. Tubuhnya, yang tampaknya terbuat dari emas, terlihat mengerikan seperti biasanya. Dia memusatkan pandangannya pada Huang Jiuge.     

Yuan Zhan menantang Huang Jiuge.     

Tentu saja dia tidak akan menantang Ye Futian dan Yu Sheng. Dari semua peserta yang tersisa saat ini, hanya cara bertarung Huang Jiuge yang mengandalkan kekuatan fisik dan berspesialisasi dalam elemen 'yang'. Pria itu memiliki kemampuan bertarung yang mengerikan, sehingga Yuan Zhan menganggap bahwa dia mampu mengatasi Huang Jiuge dengan kekuatannya sendiri. Dia tidak datang ke Istana Holy Zhi untuk mencari ketenaran atau sebuah peringkat; dia datang kemari hanya karena ayahnya ingin dia mempelajari kekuatan dari para kultivator terbaik yang dimiliki oleh Negeri Barren. Karena itu, dia memilih untuk bertarung melawan Huang Jiuge yang sangat kuat.     

Tatapan mata Huang Jiuge terlihat sombong saat dia melangkah menuju medan pertempuran untuk menghadapi Yuan Zhan, sambil menaruh kedua tangannya berada di punggungnya. Dia tetap terlihat tenang dan fokus, bahkan ketika akan bertarung melawan monster yang mengerikan seperti Yuan Zhan. Dia sama sekali tidak merasa tertekan. Sebuah arus mengalir di sekujur tubuhnya saat dia mengaktifkan kekuatannya. Cahaya yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya dan langsung melesat ke atas, perlahan-lahan menyatu menjadi sebuah aura yang sangat mengintimidasi.     

Mereka, keluarga Sovereign, adalah keturunan dari Renhuang. Meskipun banyak orang tidak mempercayai hal tersebut, klan itu sendiri tetap tidak terpengaruh. Kemampuan yang mereka miliki memungkinkan mereka untuk menyimpan arus-arus misterius di dalam tubuh mereka, sesuatu yang mampu menekan dan mengubah kekuatan duniawi menjadi kekuatan misterius. Keluarga Sovereign menyebut kekuatan itu dengan sebutan Aura Sovereign. Dia tetap merasa percaya diri dengan kekuatan leluhurnya, dan dia bermaksud untuk membuktikan pendapatnya ini secara langsung.     

Yuan Zhan melangkah ke depan dan permukaan tanah ikut bergetar. Tubuh emasnya membawa kekuatan yang tak terbatas di dalamnya. Dia mengerahkan telapak tangannya ke depan, berusaha untuk menghancurkan semua yang menghalangi jalannya dengan jejak telapak tangan emas miliknya.     

Huang Jiuge tidak berusaha untuk menghindari serangan yang diarahkan padanya itu. Dia melompat ke udara dengan tubuh yang diselimuti oleh Aura Sovereign, sebelum akhirnya membalas serangan Yuan Zhan dengan tinjunya. Dia sedang bertarung dalam jarak dekat dengan Yuan Zhan. Aura Sovereign di sekitar tubuhnya kini berubah menjadi arus-arus yang menyilaukan yang dikerahkan ke depan, diikuti dengan suara ledakan yang keras. Keduanya tetap berdiri dengan kokoh, dan Yuan Zhan terus menyerang dengan jejak telapak tangan raksasa miliknya, berniat untuk menghancurkan Huang Jiuge hingga menjadi debu.     

Huang Jiuge terus bertarung dengan sekuat tenaga. Suara ledakan terus menerus bergema di udara, mengguncang seluruh area medan pertempuran. Kedua individu itu terus menerus berbenturan satu sama lain. Aura Sovereign di tubuh Huang Jiuge tumbuh semakin kuat, begitu pula dengan kekuatannya. Kekuatan dari Aura Sovereign miliknya telah mencapai titik maksimal, yang kini berubah menjadi bayangan tubuh Renhuang. Keluarga Sovereign berlatih dengan cara-cara yang misterius, memungkinkan mereka untuk tumbuh semakin kuat agar mampu menandingi kekuatan lawan mereka.     

Yuan Zhan kini mengubah metode serangannya dan memilih untuk menggunakan teknik 81 Strikes of Heaven-traversing Staff. Aura Sovereign milik Huang Jiuge menanggapi serangan itu dengan berubah bentuk menjadi sebuah kereta dan sebilah tombak, mengerahkannya ke depan bersama dengan tinjunya, seolah-olah sang Renhuang sendiri yang mengarahkan pasukan besar miliknya untuk mengalahkan musuh-musuhnya.     

"Kemampuannya benar-benar hebat." Ye Futian tampak gelisah. Tidak mengherankan mengapa banyak orang yang menjagokan Huang Jiuge, bahkan mereka menganggapnya sebagai salah satu kultivator paling kuat diantara mereka semua, bersama dengan Bai Ze.     

Ayah dari Bai Ze dan Huang Jiuge masing-masing menduduki posisi keempat dan kelima dalam Peringkat Barren Sky, yang menunjukkan bahwa mereka berdua memiliki garis keturunan yang luar biasa.     

Yuan Zhan terlihat semakin ganas saat ia gagal mendaratkan serangannya pada Huang Jiuge. Kemudian dia menggunakan teknik Nine Heavenly Attacks, sebuah teknik yang memiliki kekuatan untuk membelah bumi dan menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya.     

Nine Heavenly Strikes, digunakan oleh makhluk seukuran kera emas raksasa yang memiliki kekuatan besar di dalam tubuhnya. Meskipun tingkat pemahaman Yuan Zhan tentang teknik itu tidak sebaik Ye Futian, namun teknik itu tetap saja sangat mengerikan.     

Wajar saja apabila Huang Jiuge juga bisa merasakan kekuatan mengerikan yang dibawa oleh serangan tersebut. Kereta dan tombak itu telah dihancurkan. Dia mengeluarkan Roh Kehidupan Renhuang miliknya dengan kekuatan maksimal, yang membuat kekuatan dari auranya meningkat pesat. Kekuatan dari Aura Sovereign membuat serangannya itu tampak seperti sang Renhuang sendiri telah turun ke dunia fana. Huang Jiuge memilih untuk menghadapi serangan Yuan Zhan itu secara langsung, dia benar-benar tidak berniat untuk menyerah.     

Semakin kuat Yuan Zhan, semakin kuat pula Huang Jiuge. Akhirnya, bahkan teknik Nine Heavenly Attacks dengan kekuatan penuh milik Yuan Zhan tidak mampu menjatuhkan Huang Jiuge. Yuan Zhan menjadi sangat kelelahan, dan Huang Jiuge menerjang ke depan untuk mengalahkan kera raksasa tersebut. Banyak orang yang menghela napas ketika melihat bayangan seperti seorang kaisar yang berdiri dengan sombong di udara itu. Mereka bertanya-tanya apakah pertempuran terakhir nantinya adalah pertempuran antara Huang Jiuge dan Bai Ze.     

Jika keduanya berhadapan satu sama lain, seperti apa jadinya nanti? Siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya?     

Setelah pertempuran ini berakhir, hanya enam orang tersisa!     

---     

[1] Buxing: 'xing' dalam bahasa Cina berarti 'oke' atau 'bisa melakukannya', tetapi 'bu xing' memiliki arti kebalikannya yaitu 'tidak oke' atau 'tidak bisa melakukannya'.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.