Legenda Futian

Tiga Besar



Tiga Besar

1Suasana di medan pertempuran tiba-tiba berubah menjadi sunyi. Keempat peserta yang tersisa secara kebetulan berada di empat sudut yang berbeda. Xu Que sedang beristirahat, sementara itu baik Huang Jiuge maupun Bai Ze tidak ingin bertindak terburu-buru. Mereka semua sepertinya sedang menunggu peserta lainnya untuk bergerak.      0

'Huang Jiuge tidak perlu bertindak terburu-buru karena dia sudah bertarung sebelumnya. Bai Ze belum bertarung dengan siapa-pun. Apakah dia mencoba untuk lolos ke putaran terakhir dengan cara seperti ini? Dia ingin semua pengganggu yang menghalangi jalannya disingkirkan sebelum akhirnya bertarung dengan seseorang? Jika Bai Ze tetap bersikap sombong seperti ini, lalu bagaimana denganku?'     

Sebenarnya Bai Ze juga sedang menunggu seseorang, tetapi dia tidak menunggu Huang Jiuge; dia sedang menunggu Ye Futian. Dia menatap ke arah Ye Futian dengan tatapan mata yang menyindir. Dia ingin melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan Ye Futian untuk menantangnya.     

Apakah dia akan menghindariku dan memilih untuk bertarung melawan Huang Jiuge atau Xu Que? Bai Ze tidak terburu-buru. Setelah sampai di tahap sejauh ini, ia hanya perlu memenangkan satu atau dua pertempuran untuk menjadi peringkat nomor satu di putaran ini. Dia cukup sabar untuk menunggu sampai saat itu tiba. Tentu saja, Ye Futian menyadari tatapan mata Bai Ze padanya, tatapan mata itu dipenuhi dengan provokasi dan ejekan, yang seolah-olah sedang bertanya pada Ye Futian, 'apa lagi yang tunggu?'     

Tatapan mata itu terlihat sangat sombong. Sebagai putra kedua dari pemimpin Kota Awan Putih, seorang keturunan dari sosok yang berada di posisi keempat dalam Peringkat Barren Sky, Bai Ze tentu dilahirkan dengan status yang luar biasa. Latar belakangnya tidak dapat diragukan lagi, dia memiliki bakat yang luar biasa, dan segala sesuatu tampaknya berada dalam genggamannya selama dia berusaha meraihnya. Mungkin karena sebuah fakta bahwa dia tidak pernah merasakan kesulitan dalam bentuk apa-pun, dan hanya ada beberapa rekan-rekannya yang mampu menyamai kehebatannya dalam aspek apa-pun. Karena itu, dia bersikap sangat sombong, dan dia tidak tahu apa-apa tentang arti dari kata 'hormat'. Karena itulah dia berani mengundang Hua Jieyu tepat di hadapan Futian. Jika bukan karena kakak kedua yang masih berada di sekitarnya kala itu, mungkin Bai Ze akan semakin berbicara secara terang-terangan. Mungkin Ye Futian hanyalah seorang kultivator biasa di mata Bai Ze, dan wajar saja kalau Bai Ze tidak peduli dengan perasaan Ye Futian. Semakin sombong sikap seseorang, maka akan semakin menyakitkan jika dia mengalami kegagalan.     

Suasana di medan pertempuran kini sunyi senyap.     

"Apa yang sedang dia tunggu?" Banyak orang yang memandang ke arah Ye Futian. Mereka tidak pernah memandang ke arah Bai Ze atau Huang Jiuge, seolah-olah orang yang harus memberikan tantangan hanyalah Ye Futian, bukan orang lain.     

Tidak ada yang tahu apa yang sedang ditunggu oleh Ye Futian.     

Yu Sheng masih berada di sekitar area medan pertempuran. Tatapan matanya terlihat tenang. Sementara tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ye Futian, sudah jelas Yu Sheng tidak merasa khawatir. Dia ingin membukakan jalan bagi Ye Futian, sehingga hanya menyisakan Bai Ze untuk melawan temannya itu, namun kemampuan bertarung Xu Que telah membuat rencananya gagal. Meskipun begitu, ia tetap merasa yakin bahwa temannya akan mampu menebus kegagalannya.     

"Apakah kau tahu apa yang sedang dia rencanakan?" Dari arah Istana Holy Zhi, Zhuge Canyang bertanya pada Zhuge Mingyue.     

"Siapa yang kau maksud dengan 'dia'?" Zhuge Mingyue menjawab dengan sebuah pertanyaan.     

"Tentu saja yang kumaksud adalah Ye Futian," jawab Zhuge Canyang. Bukankah itu sudah jelas?     

"Kenapa harus Ye Futian? Mengapa bukan Bai Ze atau Huang Jiuge?" Zhuge Mingyue menoleh untuk menatap ke arah Zhuge Canyang.     

Zhuge Canyang tampak tercengang untuk beberapa saat, namun dia tahu apa arti dari pertanyaan Zhuge Mingyue itu. Semua orang berpendapat bahwa Ye Futian harus menjadi orang yang memberikan tantangan dan hal itu memang seharusnya dilakukan olehnya. Seolah-olah Ye Futian harus maju ke depan, memilih lawan yang bisa ia tangani, kalah, tersingkir, kemudian memberi jalan bagi peserta lainnya.     

Zhuge Mingyue menatap ke arah medan pertempuran sambil menyeringai. "Apakah kau berusaha mengatakan bahwa para peserta lainnya berhak untuk bersikap sombong, tetapi adik junior-ku tidak boleh melakukannya?"     

"..." Zhuge Canyang tidak bisa berkata-kata, sebelum akhirnya tersenyum dan berkata, "Tepat sekali." Jika Ye Futian mendengar percakapan mereka, dia akan memuji kakak seniornya ini karena menjadi seseorang yang begitu memahaminya.     

Kesunyian yang mengerikan itu terus berlanjut dan banyak orang yang mulai terlihat tidak sabar. Ini adalah pertama kalinya sesuatu seperti ini terjadi sejak pertempuran dimulai. Banyak yang bertanya-tanya apakah hal ini terjadi karena para peserta berusaha untuk saling mengalahkan satu sama lain hanya dengan menggunakan aura spiritual mereka saja? Mengingat bagaimana mereka adalah empat peserta yang tersisa dari ribuan peserta lainnya. Kekuatan mereka sudah tidak diragukan lagi.     

Xu Que, yang masih beristirahat saat ini, kini mulai membuka matanya. Sekilas aura pedang pembunuh yang tajam muncul di kedua matanya. Dia mengamati situasi medan pertempuran yang berada di depannya dan mengarahkan pandangannya pada Ye Futian.     

"Ini membosankan." Xu Que menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, sebelum akhirnya berjalan ke bagian tengah medan pertempuran dan berkata, "Sepertinya aku adalah orang yang paling membosankan di tempat ini. Baiklah, aku akan mulai duluan. Kau yang disana, berdirilah."     

Ye Futian menyadari pandangan Xu Que dan tahu bahwa Xu Que sedang menantangnya. Dia melangkah menuju medan pertempuran di depannya. Tatapan mata semua orang beralih untuk melihat mereka berdua, bertanya-tanya apakah pertempuran sengit lainnya akan dimulai lagi.     

Pemuda itu benar-benar tahu bagaimana caranya membuat orang menunggu.     

Tiba-tiba hembusan aura pedang pembunuh menyelimuti tubuh Ye Futian, namun dia hanya mengangkat kepalanya seolah-olah dia sedang menilai penampilan Xu Que, sebelum akhirnya dia tersenyum dan berkata, "Semestinya kau telah tersingkir di putaran sebelumnya."     

Tentu saja Ye Futian menganggap bahwa Yu Sheng lebih kuat dari Xu Que, meskipun pada akhirnya Yu Sheng adalah pihak yang kalah. Dia tetap tidak akan mengubah penilaiannya itu, hanya karena Xu Que, sosok yang mereka sebut sebagai 'penerus dari Fatal Sword God', adalah orang yang bertarung dengan Yu Sheng. Jika Yu Sheng mengeluarkan seluruh kemampuannya, akan sulit untuk menentukan siapa yang akan tewas terbunuh di akhir pertempuran.     

"Faktanya tidak akan pernah berubah bahwa aku adalah pemenangnya dan dia telah kalah. Yu Sheng memang kuat, tapi sayang sekali kemampuanku ternyata penangkal utama bagi kemampuannya. Apakah kau tidak bisa memahaminya?" Nada bicara Xu Que terdengar sedikit malas.     

Ye Futian mengangguk. Dia memang mengakui hal itu.     

"Kata-katamu memang benar adanya, tapi justru sepertinya kau sendiri yang tidak paham. Kau seharusnya tidak menantangku untuk bertarung," ujar Ye Futian dengan santai.     

Ekspresi Xu Que terlihat bingung. 'Seharusnya aku tidak menantangnya? Kau memang bocah yang sangat sombong.'     

Ekspresi para penonton yang berada di luar medan pertempuran terlihat aneh. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pemuda itu? Dia benar-benar sedang membual di hadapan seseorang seperti Xu Que?     

"Jadi maksudmu kau bisa melawan balik kemampuanku?" Xu Que tersenyum.     

"Kau akan segera melihatnya," jawab Ye Futian.     

"Kau memang seorang pemuda yang menarik," ujar Xu Que sambil tersenyum. Ye Futian adalah orang pertama yang pernah dia temui yang mampu membuatnya merasa bersemangat seperti ini.     

Xu Que hanya mengambil satu langkah ringan, dan dalam sekejap medan pertempuran langsung dipenuhi dengan keinginan membunuh. Aura pedang pembunuh yang tak berbatas tampak berkumpul di sekitarnya. Pedangnya adalah sebilah pedang pembunuh, dan tentu saja ia harus memilih teknik pedang berdasarkan lawan yang ingin dia bunuh. Yu Sheng memiliki kekuatan yang meledak-ledak tetapi relatif lemah dalam kecepatan dalam setiap pergerakannya. Ye Futian berbeda, dan Xu Que memutuskan bahwa langkah terbaik yang harus dilakukan olehnya adalah membunuhnya secepat mungkin.     

Aura pedang pembunuh yang tak berbatas itu kini telah berkumpul di hadapan Xu Que. Dia memutar aura miliknya itu hanya dengan satu tangan, lalu tangannya yang lain berada di belakang punggungnya. Dia tampak sangat gagah saat melakukan tindakan tersebut. Tidak lama kemudian, muncul sebuah pusaran yang menakutkan dan sebilah pedang muncul dari bagian tengah pusaran tersebut, itu adalah sebilah pedang pembunuh yang dipenuhi dengan kekuatan badai yang mengerikan.     

"Serang." Xu Que mengerahkan telapak tangannya ke depan. Dalam sekejap, aura pedang pembunuh yang kuat bergerak mengikuti pergerakan pedang itu, langsung menembus udara diantara mereka berdua. Pedang itu melesat di udara, diarahkan pada Ye Futian. Tiba-tiba, cahaya dari sosok suci itu bersinar di sekitar Ye Futian. Langit dan bumi kini berubah menjadi sebuah dunia bintang. Ditambah dengan kekuatan dari aura saint, sosok suci itu terlihat semakin nyata dan kuat.     

Ye Futian tampak melayang di tengah-tengah sosok suci itu, kemudian tubuhnya diselimuti oleh bayangan seekor Roc, dia tampak sangat menyilaukan.     

*Boom* Pedang itu mengenai sasaran yang dituju, dan pertahanan bintang milik Ye Futian hancur dalam sekejap. Aura pedang yang tak berbatas itu mengalir di sekitarnya dan turun menuju dunia bintang. Pedang yang tampak tak terkalahkan itu mampu menghancurkan semua yang menghalangi jalannya dengan mudah. Meteorit-meteorit meledak dan hancur satu per satu ketika pedang itu melintas, dan sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan pergerakan pedang tersebut.     

Hawa dingin ikut menyebar ketika bintang-bintang dan semua meteorit itu telah dihancurkan. Pedang itu telah berubah menjadi seberkas sinar pembunuh yang diarahkan menuju Ye Futian. Tiba-tiba sambaran petir muncul di bawah kaki Ye Futian, dan dengan satu kepakan dari sayap Roc miliknya, dia telah menghilang dari tempat dia berdiri sebelumnya. Terdengar suara gemuruh di suatu tempat, dan pedang itu terus melesat di udara, perlahan-lahan menghilang dari area itu dan melesat menuju ke bagian tepi medan pertempuran. Para kultivator kuat dari Istana Holy Zhi langsung bertindak dan menangkis pedang tersebut. Aura pedang yang mengalir itu dihalau oleh bintang-bintang dan meteorit, hingga hancur tak bersisa di dalam dunia bintang.     

Xu Que menghentikan serangannya. Dia berbalik untuk melihat ke arah Ye Futian. Dunia bintang itu adalah sebuah perwujudan dari aura Ye Futian dan dunia itu bergerak dengan kemampuannya sendiri. Dunia bintang itu memiliki pertahanan yang luar biasa, tidak ada serangan biasa yang mampu menembus dunia bintang itu dan berhasil mendekati Ye Futian. Dia juga tidak mungkin untuk mengeluarkan serangan dalam cakupan area yang luas, karena Ye Futian akan dengan mudah menghindari serangan seperti itu. Satu-satunya cara untuk benar-benar bisa mendekati Ye Futian adalah melakukan pertempuran jarak dekat.     

Sebilah pedang muncul di tangan Xu Que, pedang itu dibentuk dengan menggunakan aura pedang pembunuh. Sekumpulan badai yang mengerikan berputar-putar sekitar pedang tersebut. Itu adalah pedang yang dibuat untuk menghancurkan sihir, sebuah senjata yang mampu menembus segala macam sihir dan membunuh orang yang mengeluarkan sihir-sihir tersebut.     

Tiba-tiba sosok Xu Que menghilang dari tempatnya berdiri sebelumnya. Bayangan berwarna abu-abu bermunculan di sekitar Ye Futian dan aura pedang pembunuh yang sangat mengerikan tampak mengalir di udara, bergerak menuju ke arah Ye Futian. Ye Futian segera mengaktifkan Meditasi Kebebasan, dan aliran dari semua aura yang berada di udara itu menjadi terlihat sangat jelas baginya. Cahaya bulan bersinar di dalam dunia bintang dan sihir-sihir es langsung memenuhi area tersebut, memperlambat aliran semua Spiritual Qi yang berada di sekitar mereka. Badai meteorit yang mengelilingi Ye Futian menjadi terbungkus oleh lapisan es. Tempat itu tampaknya telah berubah menjadi area yang menanggapi perintahnya sepenuhnya, mencegah aura pedang pembunuh yang tajam itu agar tidak mendekatinya.     

Deretan bayangan itu mengepung dirinya di bagian tengah. Sebilah pedang tampak sedang membelah pertahanan dari dunia bintang, dan semua hal yang disentuh oleh pedang anti-sihir itu langsung berubah menjadi debu. Bagi Xu Que, tempat itu seolah sama sekali tidak dilindungi oleh teknik pertahanan apa-pun.     

Ye Futian mengulurkan tangannya, perlahan-lahan menyatukan cahaya bintang-bintang menjadi sebuah tongkat di tangannya. Dia berputar-putar di udara seolah-olah dia sedang berlatih teknik menggunakan tongkat miliknya. Setiap gerakan yang ditampilkan olehnya tampak begitu teratur, dan kekuatan dari tekniknya itu perlahan-lahan semakin kuat seiring berjalannya waktu. Tidak lama kemudian, tubuhnya telah diselimuti oleh semacam kekuatan yang mengerikan.     

"Apa yang sedang dia lakukan?" Banyak orang yang memandang ke arah Ye Futian. Xu Que semakin mendekati posisi dimana Ye Futian berada saat ini, dan dia bisa mengeluarkan sebuah serangan pamungkas ke arah Ye Futian kapan saja. Sebuah aura pedang pembunuh yang mengerikan langsung menerobos masuk ke dalam pikiran Ye Futian, mengisi bagian dalam kepalanya dengan jutaan keinginan membunuh, menghancurkan segalanya dan berusaha untuk menghancurkan aura spiritualnya. Pada saat yang sama, Ye Futian dapat merasakan bahaya yang akan segera menimpanya. Dia tahu bahwa Xu Que akan segera melancarkan serangannya. Tubuh Ye Futian menjadi tegang, setiap otot di tubuhnya menjadi kaku. Aura pembunuh yang tak berbatas telah mengisi setiap inci di sekujur tubuhnya, membuatnya merasa sangat terkejut. Namun, Ye Futian terus berputar-putar dengan tongkatnya seolah-olah tidak ada yang terjadi padanya. Di dalam pikirannya, dia bisa melihat semua bayangan yang mengelilinginya itu berusaha menemukan titik lemahnya, namun dia dapat melihat setiap pergerakan dari semua bayangan itu dengan jelas.     

*Whoosh* Suara yang sangat pelan terdengar ketika pedang anti-sihir itu diayunkan ke arahnya. Semua sihir yang berada di sekitarnya benar-benar dihancurkan oleh Xu Que. Bilah pedang itu telan tiba di belakang Ye Futian, diarahkan lurus menuju lehernya.     

Pedang itu benar-benar dibuat untuk menumpahkan darah.     

Tiba-tiba petir melintas dan sayapnya dikepakkan. Ye Futian melesat ke depan, sambil membentuk sebuah lengkungan yang nyaris sempurna di udara, sebelum akhirnya berbalik untuk menyerang dengan menggunakan tongkatnya. Pedang Xu Que mampu menghancurkan berbagai macam sihir, namun Nine Heavenly Attacks bukanlah sebuah sihir. Bayangan raksasa dari tongkatnya telah muncul di dalam dunia bintang, membelah langit dan langsung diarahkan menuju pedang milik Xu Que.     

Ekspresi Xu Que tampak gelisah saat dia bergerak seperti seberkas cahaya, menyerang ke arah Ye Futian dengan pedangnya. Dia berniat untuk menghindari serangan yang diarahkan padanya itu, tetapi kekuatan dari aura es dan gravitasi ini sangat membatasi kecepatannya. Tiba-tiba, sulur-sulur emas yang menyilaukan bermunculan dari sisinya untuk menjerat tubuhnya. Xu Que tidak punya pilihan selain menghadapi serangan itu secara langsung. Pedangnya adalah pedang pembunuh dan pedang anti-sihir, terlihat sederhana tapi sangat mematikan. Oleh karena itu, kekuatan penghancur dari pedangnya tidak bisa dibandingkan dengan Nine Swords of Celestials milik Yan Jiu yang memang digunakan untuk pertempuran jarak dekat. Namun, Xu Que merupakan orang yang berpendirian tetap. Dia tahu dia tidak punya tempat untuk melarikan diri, dan karena itu, dia menggabungkan aura pedang pembunuh miliknya ke dalam pedangnya. Pedang di tangannya memancarkan cahaya pembunuh yang kuat saat bilah pedangnya berbenturan dengan tongkat bintang tersebut.     

Sebuah ledakan yang keras menandakan hancurnya pedang tersebut, dan aliran kekuatan yang mengerikan terus mengalir di tubuh Xu Que. Dia bergegas mundur dengan memanfaatkan tekanan yang diakibatkan oleh benturan barusan, dan tubuhnya kini terus terhempas ke belakang.     

"Segel," Ye Futian bergumam dengan pelan. Bintang-bintang dan meteorit segera berputar-putar dan menyegel area tersebut. Tubuhnya kini memancarkan cahaya yang berkilauan seperti seekor Roc yang berkilauan di udara. Tongkatnya yang telah rusak kini kembali seperti semula, dan Ye Futian mengayunkan tongkatnya sekali lagi ke arah Xu Que.     

Xu Que mengerahkan telapak tangannya, dengan bayangan sebilah pedang tertanam di dalamnya. Serangan yang diarahkan padanya dihancurkan dalam sekejap dan tubuhnya terus bergerak ke depan. Dia tidak berniat untuk bertahan lebih lama lagi di medan pertempuran, dan keinginannya saat ini adalah untuk keluar dari dunia bintang ini. Namun, kecepatan Ye Futian tidak lebih lambat darinya. Tiba-tina Nine Heavenly Attacks turun dari atas atas langit. Xu Que menunjuk ke udara dengan teriakan penuh amarah, dan aura pedang pembunuh yang tak berbatas langsung menerjang ke arah tongkat tersebut seperti sebuah gelombang yang mengerikan.     

Tongkat raksasa itu langsung membelah gelombang aura pedang itu dan terus menyerang sasarannya. Sebuah ledakan yang keras terdengar dari arah tersebut. Xu Que mendengus ketika dia terlempar ke bawah karena serangan itu, sambil memuntahkan darah dari mulutnya. Cahaya emas tampak berkilauan saat Roc itu melesat ke bawah dengan kecepatan yang luar biasa. Kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya tampaknya telah turun dari atas langit untuk menyerang segala sesuatu yang berada di bawahnya. Wajah Xu Que menjadi pucat sebelum akhirnya ia berteriak, "Aku mengaku kalah."     

Laju tongkat itu terhenti. Sosok Ye Futian tetap berada di udara saat cahaya bintang di sekitarnya mulai menghilang. Tubuh Xu Que akhirnya menghantam permukaan tanah dan darah terlihat di sudut mulutnya saat dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Ye Futian.     

Xu Que kini tampaknya telah memahami apa maksud dari perkataan Ye Futian sebelumnya. Memang seharusnya dia tidak menantang Ye Futian. Ye Futian mampu mengetahui keberadaan Xu Que dan memahami titik lemahnya. Dia terus menerus menyerang tanpa henti begitu dia berhasil memojokkan lawannya. Setiap langkah yang dibuat oleh Xu Que benar-benar telah diantisipasi dengan baik dalam pertarungan mereka ini.     

"Xu Que telah dikalahkan." Semua orang menatap ke arah pemandangan itu dengan takjub. Serangan pamungkas sebelumnya terjadi begitu cepat sehingga mereka yang memiliki tingkat Plane relatif rendah bahkan tidak mengetahui bagaimana cara Ye Futian bisa memenangkan pertempuran ini.     

Tatapan mata semua orang kini berbalik ke arah Ye Futian. Dia berhasil mencapai posisi tiga besar setelah melewati satu pertempuran. Hanya dua orang yang berdiri di hadapan Ye Futian setelah pertempuran itu berakhir; dua orang yang dianggap sebagai kultivator paling kuat dalam medan pertempuran yang terjadi di Istana Holy Zhi sejauh ini—Huang Jiuge dan Bai Ze!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.