Legenda Futian

Saksi Sejarah



Saksi Sejarah

3Ye Futian tinggal selama beberapa hari di Pondok, menemani gurunya dan Tuan Putri. Dia tidak tahu kapan dia bisa kembali lagi setelah dia pergi kali ini, tetapi ketika melihat mereka berdua menikmati kehidupan mereka disini, Ye Futian merasa lega.      2

Ye Wuchen telah kembali ke Kerajaan Cangye bersama Liu Chenyu, lalu kembali ke Gunung Buku, ia bersiap-siap untuk membawa Liu Chenyu bersamanya ke Istana Holy Zhi.     

Wuchen telah bergabung dengan paviliun milik Sword Demon dan telah dianggap sebagai seorang murid yang dibimbing langsung oleh Sword Demon, sehingga dia bisa membawa serta keluarganya ke Istana Holy Zhi. Tentu saja dia tidak berencana untuk terus meninggalkan Liu Chenyu sendirian disini.     

Setelah menyelesaikan semua urusan di tempat ini, kelompok mereka berkumpul di Gunung Buku, bersiap-siap untuk pergi.     

Banyak orang dari Gunung Buku datang untuk mengantarkan mereka pergi, termasuk para Tetua dari setiap gunung dan banyak murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur. Meskipun Pondok sudah dibubarkan, murid-murid dari Pondok akan selamanya diabadikan di Wilayah Barren Timur sebagai kenangan dari satu generasi yang tak terlupakan.     

Saat Ye Futian bersiap-siap untuk pergi, terdapat dua sosok yang muncul di kejauhan, keduanya terbang diantara lapisan awan menuju ke arah Ye Futian. Murid-murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur tidak menghentikan mereka. Sudah jelas, mereka mengetahui identitas dari dua sosok tersebut.     

Keduanya terlihat aneh. Salah satu diantara mereka adalah seorang biksu dan satu orang lainnya adalah seorang wanita cantik yang terlihat mempesona. Dia mengenakan jubah yang sederhana dan tidak ada setitik debu yang menempel di tubuhnya. Kulitnya tampak bercahaya, seperti batu giok yang sempurna dan auranya begitu murni seolah-olah dia tidak pernah terganggu oleh hal-hal duniawi.     

Gadis itu memiliki senyum tipis di wajahnya saat dia melihat ke arah kelompok Ye Futian.     

"Sangat cantik." Disamping Ye Futian, Long Ling'er bergumam dalam hati. Wanita yang baru saja datang itu memiliki wajah yang sangat cantik dan auranya yang polos dan murni semakin menambah kecantikannya, cukup cantik untuk menyaingi kecantikan Hua Jieyu.     

"Tuan," Sword Saint melihat kedatangan biksu itu dan menyapanya, sambil mengangguk. Ternyata biksu itu adalah kepala biksu dari Kuil Qianqiu.     

"Sword Saint." Kepala Biksu menyatukan tangannya ke depan dan membungkuk hormat, lalu pandangannya beralih ke arah Ye Futian dan dia berkata, "Aku telah mendengar berita bahwa Saudara Ye telah kembali dari Negeri Barren, jadi aku secara khusus datang kemari untuk meminta bantuan dari Saudara Ye."     

"Silahkan sampaikan pada saya, Kepala Biksu." Tatapan mata Ye Futian berpaling dari sosok wanita itu. Kala itu, Klan Donghua telah dilenyapkan dan Hua Qingqing telah mengalami sebuah tragedi yang mengerikan, sehingga dia memutuskan bergabung dengan Kuil Qianqiu untuk berkultivasi. Sekarang, aura dan penampilannya bahkan menjadi lebih luar biasa daripada sebelumnya, Kuil Qianqiu pasti telah membimbingnya dengan baik.     

"Qingqing memiliki koneksi dengan ajaran Buddha. Sebelumnya, ketika aku bertemu dengannya di Gunung Buku, aku membawanya ke Kuil Qianqiu untuk berkultivasi. Qingqing membutuhkan sedikit bantuan untuk memahami ajaran Buddha dan ternyata kemampuan pemahaman yang dimilikinya adalah yang terbaik dari siapa-pun yang pernah kutemui dalam hidupku. Sekarang setelah dia mendapatkan pemahaman secara garis besar dalam ajaran Buddha dan berhasil memasuki tingkat Noble Plane, tidak ada lagi ajaran Buddha yang bisa diajarkan oleh Kuil Qianqiu padanya. Saudara Ye telah datang kemari dari Negeri Barren, apakah kau mengetahui tempat-tempat yang cocok baginya untuk berkultivasi disana?" tanya Kepala Biksu.     

Ye Futian merasa sedikit terkejut. Tingkat kultivasi Hua Qingqing tidak berbeda jauh dengannya pada saat itu, ia baru saja menerobos ke tingkat Noble Plane dengan cara memperoleh beberapa kesempatan di dalam Holy Road.     

Hua Qingqing juga telah memasuki tingkat Noble Plane? Mungkinkah berkultivasi dalam ajaran Buddha akan menyebabkan kecepatan kultivasi seseorang meningkat? Itu mungkin bukan satu-satunya alasan yang mendasari hal tersebut.     

Sepertinya Hua Qingqing memang ditakdirkan untuk mempelajari ajaran Buddha. Ketika pertama kali bertemu dengannya, dia sudah merasa bahwa gadis ini tidak akan terpengaruh oleh keinginan duniawi, seolah-olah dia tidak seharusnya muncul di dunia ini. Mungkin, dia sudah menjadi individu yang berbeda sejak lahir dan ia menjadi tercerahkan setelah mengalami peristiwa besar kala itu.     

"Negeri Barren sangat luas dan tidak berbatas, jadi saya tidak terlalu paham dengan tempat-tempat untuk berkultivasi di Negeri Barren," jawab Ye Futian. Dia kemudian berbalik ke arah Chen Yuan dan bertanya, "Apakah Kepala Sekolah Chen tahu?"     

Chen Yuan memandang ke arah Hua Qingqing. Dia bisa merasakan bahwa Hua Qingqing memang seorang kultivator yang luar biasa, dia belum pernah melihat orang yang semurni ini sebelumnya, kedua matanya yang indah tampak jernih, seperti kolam mata air yang murni.     

"Negeri Barren memang memiliki sebuah tempat yang mengkultivasi ajaran Buddha, tetapi mereka menekankan bahwa ajaran Buddha hanya akan diajarkan kepada mereka yang ditakdirkan untuk mempelajarinya sehingga mereka jarang menerima murid," jawab Chen Yuan.     

"Jika mereka menemui Qingqing secara langsung, mereka pasti akan menerimanya." Kepala Biksu Kuil Qianqiu memberi hormat dan berkata, "Anda ini pasti seorang Tetua dari Negeri Barren, bisakah kita bicara secara pribadi?"     

Chen Yuan memandang ke arah Ye Futian dan melihatnya mengangguk, jadi dia menjawab, "Tentu saja."     

"Qingqing, ikutlah denganku," ujar Kepala Biksu Kuil Qianqiu, kemudian mereka bertiga pergi bersama-sama, membuat kelompok Ye Futian merasa penasaran. Tidak lama kemudian, mereka telah kembali, tetapi ekspresi Chen Yuan terlihat aneh dan dia terus menatap ke arah Hua Qingqing.     

"Kepala Sekolah Chen," Ye Futian memandang ke arah Chen Yuan dan memanggilnya.     

"Jika Hua Qingqing ingin berkultivasi disana, menurutku dia akan diterima," kata-kata Chen Yuan terdengar sangat yakin kali ini.     

Ye Futian tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Kepala Biksu dan Kepala Sekolah Chen sehingga mampu meyakinkannya seperti ini.     

"Aku tidak cukup berpengalaman dalam memahami ajaran Buddha, sehingga tingkat kultivasi yang kumiliki cukup rendah. Mungkin kata-kataku terdengar tidak sopan, tetapi apakah aku boleh meminta tolong pada Saudara Chen untuk membantuku membuat surat rekomendasi untuk Qingqing?" Kepala Biksu bertanya pada Chen Yuan.     

Tatapan mata Chen Yuan kembali tertuju pada Ye Futian, seolah-olah dia ingin meminta pendapat dari Ye Futian.     

"Kepala Sekolah Chen, Hua Qingqing adalah teman baik saya," ujar Ye Futian.     

"Baiklah," Chen Yuan menyetujuinya.     

"Terima kasih banyak. Kalau begitu, aku tidak perlu ikut serta dalam kelompok ini" Kepala Biksu Kuil Qianqiu memandang ke arah Hua Qingqing dan berkata, "Qingqing, disinilah kita harus berpisah."     

"Jaga diri anda baik-baik, Kepala Biksu." Hua Qingqing mengangguk, sambil tersenyum. Takdir akan terus berputar, meskipun dia merasa ragu-ragu, dia tetap menerima bahwa ini memang takdirnya.     

"Saudara Ye, sepertinya aku akan merepotkanmu." Kepala Biksu membungkuk hormat pada Ye Futian.     

"Tuan, anda tidak perlu bersikap seperti itu." Ye Futian juga membungkuk hormat dan berkata, "Karena Tuan mempercayai saya, tentu saja saya akan melakukan yang terbaik."     

"Bagaimana mungkin aku tidak mempercayai seorang murid dari Pondok." Kepala Biksu itu tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal.     

Setelah itu, dia berbalik dan pergi secepat dia datang sebelumnya. Hua Qingqing membungkuk hormat ke arah yang dituju oleh biksu tersebut. Dua tahun yang dihabiskannya di Kuil Qingqiu telah menyembuhkan bekas luka kala itu, dan dia telah menyadari bahwa ajaran Buddha tampaknya merupakan ajaran yang paling cocok untuknya.     

"Du Ao sudah mati," ujar Ye Futian sambil memandang ke arah Hua Qingqing yang berada di sebelahnya.     

Hua Qingqing tampak terkejut dan langsung menatap ke arah Ye Futian. Tetesan air mata muncul di matanya dan dia bergumam, "Terima kasih."     

Meskipun ia berkultivasi dalam ajaran Buddha, bagaimana mungkin ia bisa terhindar dari emosi? Du Ao telah menghancurkan Klan Donghua dan membunuh ibunya tepat di depan matanya saat itu, bagaimana mungkin dia tidak membencinya.     

"Sekarang semuanya telah berakhir." Ye Futian tersenyum dengan lembut.     

"Ya." Hua Qingqing mengangguk. Kala itu, setelah mereka berpisah di dalam badai salju di Gunung Langit, dia tidak menyangka bahwa mereka akan bertemu lagi. Dia sangat berterima kasih atas pertemuan tersebut.     

"Ayo kita pergi," ujar Ye Futian. Dia berbalik, lalu menatap semua sosok yang dikenalnya itu. Kakak pertama, guru, Tuan Putri, Yi Xiang, Kaisar Ye dan yang lainnya, kemudian ia melambaikan tangan pada mereka dan berkata dengan santai, "Saya pergi dulu."     

"Nak, jagalah Jieyu dengan baik," Hua Fengliu tertawa ketika dia mengingatkannya untuk menjaga putrinya itu. Dengan keberuntungan yang dimiliki oleh pemuda ini terhadap wanita, tentu saja dia merasa khawatir.     

"Yu Sheng, aku serahkan Qingxuan padamu," Yi Xiang juga mengingatkan muridnya.     

"Baiklah, anda tidak perlu khawatir, Guru." Yu Sheng mengangguk dengan bersungguh-sungguh. Kedua mata Yi Qingxuan terlihat berkaca-kaca, kali ini dia akan ikut bersama Ye Futian dan Yu Sheng ke Negeri Barren yang terletak begitu jauh dari Wilayah Barren Timur dan mungkin ia tidak akan bisa menemui ayahnya untuk waktu yang lama.     

Chen Yuan mengeluarkan peralatan ritual miliknya dan kelompok itu terbang ke atas awan. Hembusan angin bertiup di tubuhnya, Ye Futian memandang ke arah orang-orang yang berada di sekitarnya dan tersenyum lebar. Kali ini, Qingxuan, Chenyu dan Liu Feiyang juga ikut bersama mereka. Liu Chenyu akan mendampingi Ye Wuchen ke Istana Holy Zhi sementara Liu Feiyang akan ikut bersama Chen Yuan ke Sekolah Starry untuk berkultivasi.     

Setelah ini, dia siap untuk berkultivasi dengan serius di Istana Holy Zhi dan dia akan berusaha keras untuk meningkatkan tingkat kultivasinya. Sekarang karena dia sudah berada di tingkat Noble Plane, target selanjutnya adalah menjadi seorang Sage. Jika dia berhasil memasuki tingkat Sage Plane, dia akan dianggap sebagai tokoh berpengaruh, tidak hanya di Istana Holy Zhi bahkan di seluruh penjuru Negeri Barren, nantinya dia akan mampu mendirikan pasukan atau klannya sendiri. Bahkan tanpa bantuan dari siapa-pun, dia akan dapat membuat reputasi untuk dirinya sendiri di Negeri Barren.     

Setelah kelompok Ye Futian pergi, sekelompok orang terlihat tetap tinggal di Gunung Buku, mereka tidak ingin pergi meninggalkan tempat tersebut.     

"Ayo kita kembali," ujar Sword Saint kepada kerumunan orang di sekitarnya dan perlahan-lahan murid-murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur mulai pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun, masih ada orang yang terus menatap ke arah sosok-sosok yang menghilang di kejauhan itu.     

Gu Biyue menghela napas perlahan, "Benar-benar tidak berperasaan."     

Chu Yaoyao juga tampak sedih. Hua Qingqing, yang namanya sering dikaitkan dengannya di masa lalu, juga ikut bersama Ye Futian ke Negeri Barren.     

Sword Saint pergi dan berjalan ke puncak Gunung Buku. Dia berjalan di bagian tepi, sambil melihat ke arah pemandangan yang ada di bawah gunung. Di dalam keheningan, dia mulai merindukan gurunya.     

Di belakang Sword Saint, terdapat sebuah paviliun. Pada saat itu, di samping paviliun tersebut, satu sosok muncul disana secara tiba-tiba. Sosok itu mengenakan jubah berwarna abu-abu dan ia tidak memiliki aura yang terpancar di tubuhnya, seolah-olah dia bahkan tidak nyata.     

Sword Saint mulai merasakan ada sesuatu yang aneh, sehingga dia segera berbalik. Ketika dia melihat sosok itu, dia membungkuk hormat dan menyapanya, "Tetua."     

"Bagaimana perkembangan kultivasimu dengan menggunakan teknik yang telah kuajarkan?" tanya sosok berjubah abu-abu itu.     

"Saya telah mengalami beberapa kemajuan, tetapi teknik itu terlalu sulit untuk dipahami, saya membutuhkan lebih banyak waktu lagi untuk memahaminya," jawab Sword Saint dengan tenang.     

"Hmm." Sosok berjubah abu-abu itu mengangguk dengan cepat dan melanjutkan, "Meskipun potensi yang kau miliki biasa-biasa saja, pola pikirmu sangat luar biasa dan kemauanmu juga kuat. Dua hal itu akan mampu menutupi kekurangan dari potensimu. Teknik kultivasi yang telah kuberikan padamu juga merupakan teknik yang paling cocok untuk pola pikirmu, jika kau berhasil memahaminya secara menyeluruh maka kau akan mencapai tingkat pencapaian yang tinggi."     

Sword Saint mengangguk, tentu saja dia juga menyadari hal tersebut.     

"Tetua, siapa identitas anda sebenarnya, mengapa anda melakukan hal ini?" tanya Sword Saint.     

"Dengan pola pikir yang kau miliki, seharusnya kau tidak perlu menanyakan hal ini padaku; anggap saja hal ini sebagai sebuah kesempatan yang datang secara tiba-tiba dan aku tidak pernah ada di dunia ini. Kalau tidak, aku akan membuatmu menghilang bersama dengan Perguruan Tinggi Barren Timur." Sosok berjubah abu-abu itu memandang ke arah Sword Saint dengan acuh tak acuh. Pandangan itu membuat Sword Saint merasa seolah-olah pikirannya telah dibaca oleh Tetua itu. Dia sudah berada di tingkat Sage Plane tetapi dia masih memiliki perasaan seperti itu, hal itu menunjukkan seberapa tinggi tingkat kultivasi dari Tetua tersebut.     

Sosok misterius ini kemungkinan besar adalah orang terkuat yang pernah dia temui dalam hidupnya, bahkan sosok ini lebih kuat dari gurunya.     

Hembusan angin bertiup dan sosok berjubah abu-abu telah menghilang tanpa jejak, seolah-olah sejak awal dia tidak pernah ada disana. Namun, di udara, sebuah suara memasuki telinga Sword Saint.     

"Selama berabad-abad lamanya, pahlawan yang tak terhitung jumlahnya, tidak peduli seberapa luar biasa-nya mereka, semuanya telah menghilang, tetapi kau akan menjadi saksi sejarah." Suara itu sangat sulit untuk didengar dan akhirnya menghilang bersama hembusan angin. Sword Saint menatap ke arah sosok yang baru saja menghilang itu dengan ekspresi serius, berbagai macam emosi muncul di dalam hatinya.     

Selama berabad-abad, ada berapa banyak pahlawan yang muncul di luar sana? Tentu saja dirinya tidak bisa dianggap sebagai seorang jenius dari generasi ini, bagaimana mungkin dia akan menyaksikan sejarah yang tak pernah terjadi? Setelah berbalik, Sword Saint melihat ke kejauhan, ekspresinya terlihat tenang. Tidak ada seorang-pun yang tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini.     

Hanya waktu yang akan membuktikannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.