Legenda Futian

Kekalahan Ye Wuchen



Kekalahan Ye Wuchen

2Tersingkirnya sang Virgin dari Dunia Fana membuat banyak orang merasa terkejut, tapi sebenarnya dia bisa saja bergabung dengan pulau inti dari Istana Holy Zhi untuk melanjutkan latihannya. Namun, dia telah membuat keputusan untuk menolak penawaran tersebut karena dia ingin berkultivasi dibawah bimbingan Sage Daozang.      2

"Pertempuran selanjutnya," sebuah suara terdengar dari arah tangga langit, diikuti oleh satu sosok yang keluar dari bagian tepi medan pertempuran, langsung menarik perhatian banyak orang untuk menyaksikan pertempuran selanjutnya.     

Penampilannya terlihat sangat menakjubkan, seperti seorang dewi yang sedang turun ke tengah-tengah medan pertempuran.     

"Aku akan menantang Chu Shang yang berasal dari Dunia Fana." Suaranya terdengar tenang tetapi keterkejutan bisa terlihat di mata semua orang yang berada di sekitarnya.     

Hua Jieyu memilih untuk menantang Chu Shang dari Dunia Fana.     

Sang Virgin, Bing Yi, telah mengatakan sebelumnya bahwa Ye Futian tidak pantas berada di medan pertempuran ini, dan ironisnya dia sendiri telah dikalahkan oleh Ye Futian. Hua Jieyu tampaknya memanfaatkan kesempatan ini untuk menantang satu-satunya murid yang tersisa dari Dunia Fana di medan pertempuran ini.     

Bing Yi, yang telah pergi meninggalkan medan pertempuran, merasa merinding saat melihat sosok Hua Jieyu di kejauhan. Gadis yang baru saja menantang Chu Shang itu tampak mempesona, dan selama ini Bing Yi berpikir bahwa sosok yang akan menarik perhatian semua orang adalah dirinya. Namun, yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah menyaksikan pertempuran yang akan datang dari bagian samping medan pertempuran.     

"Astaga, apakah dia harus melakukan hal seperti ini sekarang?" Ye Futian tersenyum masam saat dia melihat Hua Jieyu berjalan menuju medan pertempuran, dan dia merasa seolah-olah dia sedang dibela oleh seorang gadis.     

Rubah itu berusaha membalaskan dendamku.     

Chu Shang merespon tantangannya dan menatap ke arah Hua Jieyu. Chu Sang memiliki penampilan yang cukup mempesona, namun dia tampak seperti sebuah hiasan ketika berdiri di hadapan Hua Jieyu.     

Bing Yi memberikan saran agar dia memilih salah satu orang di kelompok Ye Futian, dan baik dirinya maupun Bing Yi telah melakukan hal tersebut. Namun, hasilnya tidak seperti yang mereka harapkan.     

Sebuah mahkota tujuh warna muncul ketika Hua Jieyu mengeluarkan Roh Kehidupannya, dan area medan pertempuran yang luas itu tampaknya langsung dipenuhi dengan sebuah aura mistis, yang merupakan sebuah perwujudan dari medan energi Spiritual Qi milik Hua Jieyu. Chu Shang dapat merasakan seolah-olah Spiritual Qi di sekitarnya berada di luar kendalinya. Setiap usahanya untuk mengeluarkan sebuah sihir tampaknya menemui banyak resiko untuk digagalkan atau dihancurkan.     

Seorang Penyihir Spiritual Suci adalah seseorang yang memiliki kelas tertinggi di atas semua penyihir lainnya. Karena itu, bahkan jika tingkat Plane milik Hua Jieyu berada di tingkat yang lebih rendah dan Chu Shang sendiri memiliki kekuatan yang mumpuni, pertarungan ini tetap saja akan berakhir dengan kemenangan Hua Jieyu.     

Chu Shang dari Dunia Fana telah tersingkir. Karena terus menerus ditekan, dia tidak dapat menunjukkan semua kemampuan yang dimilikinya dan karena itulah dia tidak dapat menarik perhatian Tetua mana-pun dari Istana Holy Zhi. Dengan demikian, semua perwakilan dari Dunia Fana telah tersingkir dari medan pertempuran.     

Chu Shang terlihat sangat sedih ketika dia pergi meninggalkan medan pertempuran. Dunia Fana merupakan salah satu pasukan besar yang pergi mengunjungi Wilayah Barren Timur kala itu, disana mereka menyebut Perguruan Tinggi Barren Timur sebagai 'klan rendahan', dan juga memamerkan status yang mereka miliki. Dia menganggap para kultivator dari Perguruan Barren Timur tidak layak mendapat perhatiannya, namun banyak dari mereka yang pernah berkultivasi di Perguruan Tinggi Barren Timur ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa, dan kini mereka telah berkembang semakin kuat sehingga mampu menyingkirkan dirinya dan Bing Yi dari medan pertempuran ini.     

Baik Ye Futian maupun Hua Jieyu berhasil lolos ke babak 40 besar setelah menyelesaikan pertempuran mereka masing-masing. Pasangan yang semula diragukan kemampuannya untuk melangkah jauh di medan pertempuran ini, kini malah berhasil lolos ke putaran berikutnya bersama-sama. Ditambah lagi, masih ada anggota kelompok Ye Futian lainnya yang masih bertahan di medan pertempuran. Baik Yuan Zhan maupun Yi Xiaoshi memiliki peluang yang tinggi untuk lolos ke putaran selanjutnya.     

Pertempuran terus berlanjut, dan satu sosok lainnya yang mengenakan pakaian berwarna hijau berjalan keluar dari kerumunan. Dia memiliki wajah yang tampan dan tubuh yang kurus, dia tampak gagah dan luar biasa saat dia melangkah ke depan. Wajahnya membuat seseorang yang melihatnya merasa bahwa dia tidak akan membahayakan siapa-pun, namun semua orang yang hadir di medan pertempuran itu tahu betul ancaman yang dimiliki oleh pemuda satu ini.     

Para kultivator dari Klan Tingxue sering dianggap sebagai tokoh-tokoh paling berbahaya di Negeri Barren. Pendekar pedang berpakaian hijau itu bernama Xu Que, penerus dari pemimpin Klan Tingxue, yang menempati posisi kesembilan di Peringkat Barren Sky. Xu Que sendiri dianggap sebagai salah satu kultivator yang paling kuat sejauh ini. Banyak peserta yang berdiri di bagian tepi medan pertempuran merasa khawatir bahwa dirinya akan dipilih oleh Xu Que untuk menjadi lawannya pada saat dia maju ke atas medan pertempuran.     

Tidak ada seorang pun, bahkan para jenius tingkat atas, ingin menghadapi Xu Que pada putaran awal seperti ini.     

Xu Que mengalihkan pandangannya ke arah Ye Futian dan Hua Jieyu sebelum akhirnya berbalik untuk melihat ke arah Ye Wuchen dan Yu Sheng. Pakaiannya yang berwarna hijau dan rambutnya yang berwarna hitam legam tertiup angin. Akhirnya dia memusatkan pandangannya pada Ye Wuchen dan berkata, "Karena kau adalah seorang pendekar pedang, aku akan menantangmu."     

Xu Que memilih untuk menantang Ye Wuchen.     

Ye Futian tertegun. Situasi dari pertempuran ini jelas tidak menguntungkan bagi Wuchen, bisa dianggap Ye Wuchen sama saja sudah tersingkir dari medan pertempuran.     

Xu Que terlihat tidak begitu menonjol namun sangat berbahaya bagi Ye Futian. Ye Futian merasa bingung mengapa Xu Que memilih Wuchen sebagai lawannya. Meskipun kedua pria itu adalah pendekar pedang, Xu Que tidak akan meninggalkan kesan mendalam bagi para Tetua apabila dia mengalahkan Ye Wuchen. Namun, pendapat Xu Que dalam hal ini sangatlah sederhana: jumlah peserta yang tersisa di medan pertempuran akan terus berkurang, dan tidak peduli siapa yang akan dia hadapi saat ini, semuanya akan sama saja baginya. Namun, dia tidak menyukai adanya aliansi dan kelompok di dalam medan pertempuran.     

Kelompok Ye Futian memiliki anggota yang paling banyak pada saat ini, dan hal itu sedikit mengganggu Xu Que. Para kultivator dari Klan Tingxue sering melakukan perjalanan seorang diri, dan mereka menyelesaikan permasalahan dengan lawan mereka dengan kekuatan mereka sendiri, tidak bergantung pada bantuan orang lain. Tidak ada satu-pun anggota klan mereka yang menyukai bekerja dalam satu kelompok. Karena anggota kelompok Ye Futian dianggap terlalu banyak pada saat ini, dia merasa harus mengurangi jumlah anggota mereka sedikit.     

Adapun alasan yang lebih spesifik mengapa dia memilih Ye Wuchen, itu karena dia beranggapan bahwa medan pertempuran ini hanya membutuhkan dua pendekar pedang—dirinya dan Yan Jiu—mereka tidak membutuhkan pendekar pedang lainnya, termasuk Ye Wuchen.     

Ekspresi Ye Wuchen terlihat serius saat dia berjalan menuju medan pertempuran. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil; Namun, dia tidak punya pilihan selain bertarung semaksimal mungkin pada saat ini.     

Xu Que menghunus pedangnya dengan satu tangan berada di belakang punggungnya. Pedang adalah senjata yang sudah sangat umum digunakan, oleh karena itu, pedang tidak dianggap sebagai instrumen dan peralatan ritual yang membantu para peserta. Satu tangannya yang kosong masih berada di belakang punggungnya. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, maksud dari tindakannya ini dapat terlihat dengan jelas—Ye Wuchen adalah seorang pendekar pedang yang hanya memiliki satu lengan, dan karena itu, dia bermaksud untuk bertarung melawan Ye Wuchen hanya dengan menggunakan satu lengan saja.     

"Silahkan mulai duluan. Kau tidak akan punya kesempatan lagi nantinya," ujar Xu Que dengan nada datar.     

Ye Wuchen mulai bergerak dan mengeluarkan aura pedangnya. Kilatan pedang memenuhi udara di sekitarnya, dan setiap pedang Qi yang muncul terlihat seperti sebilah pedang sungguhan, namun semua bilah pedang itu bergerak seperti satu kesatuan. Ribuan kilatan pedang itu melesat ke depan, diarahkan pada target mereka bersama dengan pedang Ye Wuchen yang telah terhunus.     

Tempat itu tampaknya telah dipenuhi dengan pedang-pedang yang tajam. Suara pedang yang berdentangan menunjukkan bahwa setiap pedang itu membawa kekuatan penghancur yang mengerikan, ketika semua pedang itu menerjang ke depan untuk membunuh Xu Que.     

Xu Que merespon serangan itu dengan cepat. Alih-alih menghindari atau melakukan teknik pertahanan, ia malah menerjang ke arah pedang-pedang itu secara langsung. Teknik pedang dari Klan Tingxue berspesialisasi dalam teknik menyerang dan jarang sekali digunakan untuk bertahan. Pedang mereka hanya digunakan untuk membunuh.     

Xu Que menerjang tanpa rasa takut ke dalam pedang yang dikeluarkan secara khusus untuk melukai dirinya dan tak terhitung jumlahnya. Tidak ada orang lain yang akan memilih untuk bertarung dengan cara seperti itu, namun Xu Que justru memilih untuk melakukannya. Pergelangan tangannya terlihat bergerak dengan sangat cepat saat dia mengayunkan pedangnya. Tidak ada seorang-pun yang bisa melihat pergerakannya dengan jelas, karena tampaknya dia telah mengayunkan pedangnya sebanyak seratus kali dalam sekejap. Aura pedangnya yang mengerikan perlahan-lahan menghancurkan pedang-pedang yang diarahkan padanya.     

Xu Que bergerak ke depan sambil terus menerus terlihat seperti sekumpulan bayangan yang mengayunkan pedangnya tanpa henti. Seolah-olah tidak ada lagi yang bisa menyentuhnya, selama dia memiliki pedangnya.     

"Benar-benar ayunan pedang dan pergerakan yang sangat cepat." Hati banyak orang berdebar kencang. Xu Que terlihat seperti bayangan yang muncul silih berganti dengan kilatan pedangnya yang mengancam untuk menghabisi Ye Wuchen. Setiap kali dia mengayunkan pedangnya, aura pedang yang mengagumkan terpancar ketika dia terus menerus mendekati Ye Wuchen yang kini sudah berada di dekatnya dengan kecepatan yang mengerikan.     

Kilatan pedang yang mengerikan dikeluarkan dari bagian tengah alis Ye Wuchen dan seberkas kilatan pedang yang menyilaukan terlihat di kedua matanya. Dia memusatkan pandangannya pada Xu Que, dan tiba-tiba terdengar suara dentangan pedang yang lebih nyaring dari sebelumnya ketika pedang-pedang miliknya menerjang ke arah Xu Que satu per satu. Xu Que mengayunkan pedangnya tanpa ragu-ragu. Namun pada saat itu, dia mendapati dirinya sedang mengayunkan pedangnya pada area yang kosong, sementara pedang-pedang milik Ye Wuchen diarahkan menuju kepalanya.     

'Teknik Illusory Swords.' Sebuah pemikiran terlintas di benak Xu Que saat dia menyaksikan bilah-bilah pedang yang menerjang ke arahnya itu. Dia menggerakkan tubuhnya ke samping dan membentuk serangkaian bayangan di belakangnya. Pedang-pedang itu langsung menghancurkan bayangan-bayangan dari sosok Xu Que, dan tubuh asli Xu Que dengan cepat muncul di sisi lainnya. Namun, semakin banyak bayangan pedang yang mengejar Xu Que. Dia tahu bahwa setiap pedang itu hanyalah ilusi belaka, dan keduanya berniat untuk menghabisi satu sama lain.     

Tatapan mata Xu Que terlihat aneh. Dia tidak berniat untuk menghindar, dia malah mengaktifkan ribuan aura pedang di sekitar tubuhnya. Pedang di tangannya diarahkan ke depan, sementara itu aura pedang di sekitar tubuhnya akan bertugas membuat jalan keluar untuk dirinya, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya, baik itu nyata maupun ilusi.     

Pedang itu diarahkan menuju Ye Wuchen, dan dia bergerak seperti sambaran petir. Xue Que telah mengungguli lawannya dengan perbedaan tingkat Plane yang mereka miliki.     

Alis Ye Wuchen bersinar terang saat aura pedang miliknya ditembakkan ke atas langit. Sebilah pedang kecil berwarna perak melesat di udara, menghasilkan suara nyaring saat pedang itu mengumpulkan aura pedang dalam jumlah besar yang ada diantara langit dan bumi. Ketika pedang perak itu memancarkan cahaya yang menyilaukan, aura pedang yang tak terhitung jumlahnya itu kini bergerak menjadi satu kesatuan ketika semua aura itu diarahkan ke bawah, seolah-olah aura pedang itu akan bergabung menjadi sebuah aura pedang yang memiliki kekuatan tak tertandingi.     

Sebuah kilatan cahaya yang menyilaukan meledak, dan aura pedang yang tak terhitung jumlahnya itu bergabung menjadi satu, membentuk sebilah pedang yang hanya ditujukan untuk membunuh. Kedua kilatan pedang itu berbenturan satu sama lain dan sebuah aura pedang yang luar biasa meledak tepat di tempat itu, menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Aura pedang yang sangat kuat dari pedang perak itu berhasil menembus pedang pembunuh milik lawannya, dan satu kilatan cahaya terlihat diarahkan tepat menuju alis Xu Que.     

"Kau sangat berani." Sebuah kilatan pedang yang mengerikan muncul di kedua mata Xu Que ketika kilatan pedang berwarna hijau melesat dari bagian tengah alisnya, dan menghancurkan aura pedang yang diarahkan padanya. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan mengarahkan pedang pembunuhnya ke dalam aura pedang lawannya. Ye Wuchen dapat merasakan seolah-olah ribuan aura pedang dengan membawa keinginan membunuh yang mengerikan menembus tubuhnya. Pedang perak itu terbang kembali ke bagian tengah alisnya saat tubuhnya terlempar ke belakang. Kilatan cahaya yang tak terhitung jumlahnya dari pedang pembunuh milik Xu Que tetap berada di udara untuk beberapa saat, sambil mengeluarkan suara dentangan pedang.     

Xu Que melambaikan tangannya dan menarik kembali aura pedangnya.     

"Kau cukup hebat, tetapi jika kita bertemu di medan pertempuran yang sebenarnya, kau pasti sudah mati sekarang." Xu Que melirik ke arah Ye Wuchen, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan pergi meninggalkan medan pertempuran.     

Ye Wuchen tidak bisa membantah kata-kata yang diucapkan Xu Que barusan. Tingkat Plane miliknya saat ini bahkan hampir tidak mampu membuat Xu Que mengeluarkan kekuatannya yang sebenarnya, dan perbedaan kekuatan diantara mereka dapat terlihat dengan jelas.     

Banyak orang menatap ke arah Ye Wuchen, yang merupakan seorang kandidat yang sangat luar biasa. Sangat disayangkan dia harus menghadapi Xu Que, yang merupakan salah satu kultivator paling kuat di medan pertempuran saat ini. Sudah merupakan sebuah pencapaian tersendiri bagi Ye Wuchen karena ia mampu bertahan selama beberapa saat meskipun lawannya berada dua tingkat lebih tinggi darinya. Namun, perbedaan kekuatan antara kedua pria itu bukanlah hal yang bisa ditutupi dengan cara apa-pun saat itu, pertempuran itu menandakan akhir dari perjalanan Ye Wuchen di medan pertempuran ini.     

Ye Wuchen berbalik dan berjalan menuruni medan pertempuran. Meskipun dia telah dikalahkan, dia tidak merasa kecewa. Dia tahu bahwa dia sudah melakukan yang terbaik, dan pencapaiannya hingga tahap ini sudah sangat luar biasa. Dia telah mengalami banyak hal semenjak awal perjalanannya di Kerajaan Cangye, dan apa yang telah diraihnya saat ini telah melampaui harapannya. Perbedaan kekuatan antara Ye Wuchen dan Kaisar Ye tidak jauh berbeda pada saat itu. Namun, Ye Wuchen tidak ingin berpuas diri, dan dia bersumpah untuk terus mencari jalannya sendiri dalam ilmu pedang.     

"Ye Wuchen," terdengar sebuah suara di suatu tempat. Ye Wuchen menghentikan langkahnya untuk melihat ke arah Istana Holy Zhi.     

"Apakah kau ingin berlatih di bawah bimbinganku?" Sosok itu bertanya, langsung membuat hati banyak orang berdebar kencang. Sword Demon baru saja memberikan sebuah penawaran kepada Ye Wuchen.     

"Saya sudah mempunyai seorang guru," jawab Ye Wuchen.     

"Semua orang yang membagikan ilmunya dapat disebut sebagai guru. Jika kau bersedia, kau bisa memanggilku sebagai gurumu. Jika kau enggan, maka aku tidak akan mempermasalahkan hal ini lebih lanjut," Sword Demon menjelaskan.     

Ye Wuchen berbalik untuk menghadap ke arah Sword Demon dan membungkuk hormat. "Merupakan sebuah kehormatan bagi saya untuk berkultivasi di bawah bimbingan anda."     

"Baiklah." Sword Demon mengangguk sambil tersenyum. Pemuda ini mampu menghadapi Xu Que, seorang Noble kelas tujuh dengan hanya mengandalkan kekuatan sebagai seorang Noble kelas sembilan, sudah merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa. Ye Wuchen mampu bertahan untuk beberapa saat, meskipun dalam posisi yang kurang menguntungkan, dan dia tidak gentar menghadapinya, hal itu sudah menunjukkan sikapnya di jalur ilmu pedang. Meskipun dia telah dikalahkan, kemampuan bertarungnya tidak buruk. Lagipula, Ye Wuchen mampu menggunakan teknik sword body, dan memiliki sepasang mata yang tajam seperti bilah pedang.     

Banyak orang memandang ke arah Ye Wuchen dengan iri. Kekalahannya tidak bisa dibilang memalukan, sehingga dia diterima sebagai murid dari Sword Demon. Dia memang telah dikalahkan, namun dia telah meraih mimpi yang diidam-idamkan oleh para pendekar pedang di seluruh penjuru Negeri Barren.     

Pada saat ini, Sword Demon telah merekrut dua orang murid.     

Ye Futian ikut merasa senang atas pencapaian Ye Wuchen. Sword Demon memiliki temperamen yang mengesankan dan ia merupakan salah satu tokoh penting di Istana Holy Zhi, dan menempati posisi tinggi di Peringkat Barren Sky. Dia bertindak sebagai panutan bagi para pendekar pedang di Negeri Barren, dan tidak ada pilihan yang lebih baik bagi Wuchen selain belajar dibawah bimbingan seseorang yang begitu luar biasa seperti Sword Demon.     

Para kultivator dari Villa Sword Saint sama sekali tidak terlihat bahagia. Sementara Zui Qianchou dan Ye Wuchen menjadi murid dari Sword Demon, Yan Nan malah menjadi lumpuh. Saat ini, mereka tidak punya perwakilan selain Yan Jiu di medan pertempuran tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.