Legenda Futian

Menuruni Gunung



Menuruni Gunung

0Qin Yu sedang memegang tombak naga emas di tangannya saat dia memancarkan cahaya berwarna emas dari tubuhnya. Dia memandang ke arah Gu Dongliu dengan tatapan mata yang serius.     
0

Tiga murid tertua dari Pondok telah mengguncang Wilayah Barren Timur. Hari ini, mereka akan menemui ajalnya. Sementara ayahnya mengatasi semua orang yang berada di Perguruan Tinggi Barren Timur, tidak ada seorang-pun yang berani pergi ke tempat ini untuk menyelamatkan ketiganya. Ketika pertempuran di Gunung Langit selesai, mereka akan pergi ke Gunung Buku untuk menghancurkan Perguruan Tinggi Barren Timur dan Pondok. Hari ini akan terjadi pembantaian di Wilayah Barren Timur.     

Qin Yu mulai bergerak dan berubah bentuk menjadi sambaran petir berwarna emas, melesat ke atas langit. Bahkan sebelum dia tiba di depan Gu Dongliu, tombak naga miliknya mengeluarkan sambaran-sambaran petir yang memenuhi langit dan menerjang ke arah Gu Dongliu seperti bilah-bilah pedang yang tajam.     

Gu Dongliu mengangkat kepalanya, tatapan matanya menjadi serius dan keinginan membunuh yang terpancar dari kedua matanya tampak seperti seorang iblis. Pada saat berikutnya, Qin Yu tiba di depannya dan setiap gerakan lawannya sekarang seperti berada dalam kendalinya.     

Qin Yu dapat merasakan bahwa beberapa bayangan muncul dalam aura spiritualnya. Mereka berbentuk seperti dewa perang yang sedang menerjangnya. Hal ini membuatnya kesal dan semakin membenci Pondok. Kemampuan dari Penyihir Spiritual sangat merepotkan. Satu-satunya cara untuk bertahan ketika melawan jenis serangan spiritual seperti ini adalah dengan menggunakan energi spiritual. Tidak ada cara lainnya dan tidak ada gunanya jika dia mencoba untuk menghindar.     

*Boom* Sambaran petir yang dikeluarkan dari tombak naga itu menembus langit. Tiba-tiba, muncul sebuah bayangan dari tombak yang dilemparkan ke depan. Seberkas cahaya muncul di kedua kaki Gu Dongliu dan seolah-olah dia telah berteleportasi, dia telah menghilang dari tempatnya berdiri. Tombak itu menembus ke lapisan salju, mengakibatkan sebuah ledakan yang keras. Tanah hancur dan menghasilkan sebuah lubang yang mengerikan.     

Qin Yu mengayunkan tombaknya yang panjang dan tubuhnya berbalik dengan cepat. Sambaran-sambaran petir itu tampaknya telah berpindah bersama dengan hembusan angin dan menuju ke tempat lainnya, yaitu tempat dimana Gu Dongliu berdiri saat ini.     

*Boom* Sambaran petir terus bergejolak di atas langit. Namun, setiap sambaran petir yang menyerang hanya berhasil menghantam bayangan dari Gu Dongliu karena ia bergerak terlalu cepat. Pakaiannya yang berwarna putih tertiup angin dan cahaya di sekitar kakinya masih bersinar dengan terang. Kedua tangannya membentuk mudra. Langit dan bumi beresonansi dan huruf-huruf kuno mulai berputar di sekitar tubuh Gu Dongliu. Huruf kuno yang muncul adalah huruf 'Xing' dari Kuji-in, Sembilan Mudra dari Kekuatan Spiritual. Setiap huruf dari Sembilan Mudra itu mengacu pada satu mudra, satu sihir tersendiri.     

Ekspresi Qin Yu langsung berubah. Dia berbalik perlahan dan menatap ke arah sosok yang berada di atas langit itu. Dia berbicara dengan nada serius, "Apakah kau hanya bisa menghindar?"     

Gu Dongliu membalas tatapan matanya dan Qin Yu dapat merasakan bahwa tubuhnya kini menjadi kaku. Dia tidak bisa menggunakan aura spiritualnya sementara sosok dari dewa-dewa perang menerjang ke dalam pikirannya.     

Bayangan dari beberapa ekor naga muncul di dalam tubuh Qin Yu sambil mengeluarkan suara raungan. Sembilan ekor naga berputar-putar di sekitar tubuh Qin Yu dan selain sembilan naga ini, terdapat pula seekor naga emas raksasa yang agung. Naga emas ini adalah Realisasi Dharma dari Roh Kehidupannya.     

Sambil mengeluarkan suara raungan yang keras, naga-naga tersebut serta tombak panjang di genggamannya, mulai bergerak. Qin Yu mengambil satu langkah ke depan dan mengayunkan tombaknya satu kali, yang langsung membelah langit. Namun, serangannya itu masih tidak dapat menyentuh Gu Dongliu karena dia bergerak terlalu cepat.     

*Whoosh* Sembilan Mudra terus berputar di sekitar Gu Dongliu. Satu sosok yang menyilaukan muncul di belakangnya, disinari oleh cahaya dari Sembilan Mudra. Saat ini, Gu Dongliu terlihat seperti seorang dewa.     

Huruf Xing melayang di udara dan muncul di tubuhnya. Ketika lingkungan di sekitarnya saling beresonansi, semakin banyak huruf-huruf kuno yang bermunculan. Setelah itu, tubuh Gu Dongliu melesat di udara, hanya bayangannya yang bisa terlihat di langit yang luas itu. Sangat sulit untuk membedakan antara tubuhnya yang asli dan bayangannya. Bayangan-bayangan dari Gu Dongliu ini tiba di depan Qin Yu dan langsung dihancurkan oleh tombak di tangannya. Kemudian, bayangan-bayangan itu terus menerjang ke arahnya, menghasilkan sebuah pemandangan yang mengerikan untuk disaksikan karena bayangan-bayangan dari Gu Dongliu seperti tidak ada habisnya.     

Di belakang Qin Yu, naga-naga miliknya mulai menerjang ke arah Gu Dongliu dan menyadari bahwa sebuah kekuatan energi yang kuat telah berkumpul dan menyebabkan sosok para dewa perang mulai bermunculan. Bayangan dari sembilan dewa perang menghiasi langit. Mereka terlihat agung dan perkasa dengan huruf-huruf kuno berputar di sekitar mereka. Mereka siap menghadapi naga-naga milik Qin Yu.     

'Sangat kuat' kerumunan orang bergumam dalam hati saat mereka menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan dengan jantung yang berdegup kencang.     

Mereka terlalu kuat. Tiga murid tertua dari Pondok itu siap bertarung menghadapi para kultivator kuat dari berbagai pasukan besar. Murid kedua, Zhuge Hui, yang memiliki wajah cantik seperti seorang dewi, sedang bertarung melawan pemimpin dari Klan Donghua. Murid pertama, Sword Saint, bertarung dengan dua orang, sementara murid ketiga, Gu Dongliu, melawan Qin Yu yang memiliki sebuah peralatan ritual.     

Namun, Dinasti Qin masih memiliki orang-orang yang belum bergerak ke medan pertempuran. Nyonya Yuxiao sedang menyaksikan pertempuran antara Pemimpin Klan Hua dan Zhuge Hui. Dia sudah siap untuk menggantikan suaminya bertarung kapan saja. Jelas, pasangan itu tidak ingin menindas seorang kultivator junior dengan bertarung bersama untuk melawannya. Bagaimanapun juga, Zhuge Hui hanya bisa dianggap sebagai seorang junior bagi mereka.     

Lu Nantian juga tidak bergabung ke medan pertempuran di depannya. Dia sedang menyaksikan pertempuran antara Qin Yu dan Gu Dongliu. Dia telah bertarung melawan Gu Dongliu bertahun-tahun yang lalu di Perguruan Tinggi Dongqin, tetapi Gu Dongliu kini menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya. Dia sudah mencapai Noble Plane kelas satu. Pada saat yang sama, ia telah mendapatkan pencerahan sehingga mampu mengeluarkan sedikit kemampuan yang dimiliki oleh seorang Sage. Meskipun ia hanya mampu melakukan hal-hal yang mendasar, perlahan-lahan dia semakin berkembang dan menjadi lebih kuat.     

Adapun para kultivator lainnya, mereka semua sedang berkumpul di langit sekitar medan pertempuran Sword Saint berada. Mereka tidak berani ikut campur. Jika Pemimpin Klan Han Ruoshui dari Klan Pedang Fuyun dan penguasa pertama dari Kuil Royal Xuan tidak bisa mengatasi Gu Dongliu, mereka sudah siap untuk bertarung melawannya. Mereka sudah menetapkan tujuan mereka untuk menang dalam pertempuran ini. Mereka tidak akan membiarkan tiga murid tertua dari Pondok ini kembali ke Perguruan Tinggi Barren Timur hidup-hidup.     

Para kultivator dari Negeri Barren menyaksikan pertempuran di depannya dengan ekspresi terkejut. Mereka terkejut dengan kemampuan yang dimiliki oleh murid-murid dari Pondok Perguruan Tinggi Barren Timur. Mereka semua memiliki kemampuan bertarung di tingkat Sage. Jika mereka bersedia pergi ke Negeri Barren, mereka tidak akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai Sage Plane. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa kemampuan murid-murid ini sangat hebat.     

Tatapan mata Du Ao tertuju pada medan pertempuran di depannya. Dia memperhatikan kemampuan bertarung milik Pemimpin Klan Hua dan Nyonya Yuxiao. Mereka memang sangat kuat. Dia bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan jika mereka mengetahui tentang apa yang telah dia lakukan pada putri mereka.     

Tapi dia tidak merasa khawatir. Dia telah membawa cukup banyak kultivator kuat dari Sekte Api Suci kemari. Selain itu, apakah mereka bahkan punya nyali untuk bertarung melawannya jika mereka mengetahui fakta tersebut?     

Di perkemahan milik Kuil Qianqiu, sang Arhat sudah kembali. Dia melihat ke arah medan pertempuran dan tersenyum tanpa ekspresi. Dia sudah memprediksi bahwa peristiwa ini akan terjadi.     

Dia memiliki pemikiran lain: jika situasi ini menjadi semakin kacau, apakah pertempuran ini dapat menyebabkan sebuah badai besar lainnya yang akan menyeret pasukan-pasukan besar dari Negeri Barren juga?     

Pada akhirnya, Dinasti Qin dan Perguruan Tinggi Barren Timur akan menderita kerugian besar, bahkan nama mereka mungkin akan lenyap dari Wilayah Barren Timur. Dengan cara ini, Kuil Qianqiu, Klan Penyihir, dan Keluarga Ji akan menjadi satu-satunya pasukan besar yang tersisa di Wilayah Barren Timur.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya seorang biksu ketika dia melihat kedua mata sang Arhat sedikit berbinar.     

"Aku sedang bertanya-tanya kapan kuil kita akan tersebar ke seluruh Wilayah Barren Timur dan kita akan dihormati oleh semua orang," jawab sang Arhat.     

"Ajaran Buddha tidak memaksa seseorang untuk mempelajarinya. Kita tidak memerlukan perhormatan dari orang-orang. Takdir telah ditentukan oleh sang Buddha. Jika kita tidak ditakdirkan untuk mendapatkannya, kita tidak perlu memaksa," biksu itu menjelaskan, sambil mengatupkan kedua tangannya. "Apakah kau tahu mengapa kuil kita dibangun di Wilayah Barat dari Wilayah Barren Timur, menghadap ke arah Gunung Langit dan mengapa kita menolak untuk pindah ke tempat lain?"     

"Kita menggunakan kekuatan jahat dari Gunung Langit untuk menguatkan hati kita untuk mempelajari ajaran Buddha. Karena kita bertujuan agar tidak terpengaruh oleh serangan dari kekuatan jahat," ujar sang Arhat.     

"Terdapat satu alasan lainnya. Dengan hati yang murni, kau akan mengetahui jati dirimu yang sebenarnya. Dengan mengetahui jati dirimu, kau akan mampu menyingkirkan kekuatan jahat yang terdapat di dalam hatimu. Mereka yang berkultivasi dalam ajaran Buddha tidak perlu ikut campur dalam masalah duniawi," ujar biksu tersebut. Dia sedang memegang manik-manik Buddha dengan erat di tangannya dan menutup kedua matanya.     

"Terima kasih atas saranmu, kepala biksu." Sang Arhat menyatukan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya dengan pelan ke arah kepala biksu. Tentu saja, dia mengetahui arti dibalik kata-kata yang baru saja diucapkan oleh kepala biksu.     

…     

Di Gunung Langit, kelompok Ye Futian sedang menuruni rute pendakian dengan kecepatan yang luar biasa meskipun tanah tertutup oleh lapisan salju. Dalam waktu singkat, mereka sudah menempuh separuh perjalanan dari rute pendakian. Saat itulah mereka melihat satu sosok yang sedang duduk dengan tenang di antara tanah bersalju dan bebatuan di Gunung Langit. Sosok itu ditutupi oleh lapisan salju yang tebal. Mereka hanya bisa melihat sepasang mata yang indah dibalik lapisan salju tebal tersebut.     

Sosok itu adalah Hua Qingqing. Dia sedang menunggu mereka.     

Burung Iblis dapat mengetahui posisinya karena Ye Futian dapat melihat semua hal yang ada di Gunung Langit. Dia berjalan ke arah Hua Qingqing dan melepaskan jubah panjangnya yang berwarna putih, lalu menyampirkannya pada gadis itu.     

"Pakailah, kau kedinginan." Dia tersenyum padanya.     

Kedua mata Hua Qingqing yang terlihat polos menatap ke arah Ye Futian. Dia memiliki mata yang indah.     

"Terima kasih." Hua Qingqing berbicara dengan pelan. Ye Futian tersenyum dan berbalik. Dia tahu arti sebenarnya dibalik kata-kata terima kasih yang diucapkan oleh Hua Qingqing.     

"Benar-benar seorang pria sejati," Nan Yu menggoda Ye Futian. Dia memandang ke arah Hua Qingqing dan memelankan suaranya. "Sangat disayangkan." Menurutnya, gadis ini sudah merasakan kemarahan dari Du Ao. Sangat disayangkan bahwa gadis cantik tak berdosa ini telah dimanfaatkan oleh pria seperti Du Ao. Hati Nan Yu berdebar ketika melihat Hua Qingqing, seperti yang terjadi pada orang-orang ketika bertemu dengan wanita cantik.     

Chu Shang juga memandang ke arah Hua Qingqing dengan ekspresi bersimpati pada gadis tersebut. Kelompok itu kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuruni Gunung Langit.     

Setelah mereka pergi, Hua Qingqing membersihkan salju di tubuhnya dimana lengannya yang ramping, seputih salju, terlihat dengan jelas. Ye Futian jelas mengetahui bahwa pakaiannya telah robek. Dia mengenakan jubah berwarna putih milik Ye Futian, ia tidak peduli dengan komentar orang lain. Dia kemudian mengikuti langkah kaki yang ditinggalkan oleh kelompok Ye Futian dan ikut menuruni gunung bersama mereka.     

Pada saat ini, kelompok itu telah mencapai bagian samping Gunung Langit dan dengan satu kali lompatan, mereka kini berada di udara, melayang turun dari Gunung Langit. Di kaki gunung, perkemahan yang didirikan oleh orang-orang tampak begitu teratur. Tiga pertempuran yang berbeda sedang berlangsung di atas langit. Terdapat para kultivator dari Negeri Barren dan kultivator lainnya yang menyaksikan pertempuran itu dari kejauhan. Ketika Ye Futian dan kelompoknya melompat dari gunung, mereka mendarat di tengah medan pertempuran.     

"Kakak pertama, kakak kedua, kakak ketiga." Ye Futian tampak tercengang. Dia kemudian melihat sosok Qin Yu dan pasukannya yang menyebabkan ekspresinya menjadi serius. Orang-orang dari Dinasti Qin benar-benar memutuskan untuk bertarung melawan kakak-kakak seniornya di Gunung Langit.     

Du Ao mengalihkan perhatiannya ke satu arah tertentu sambil merasa bingung. Saat itulah dia melihat Hua Qingqing dan langsung tersenyum ke arah gadis tersebut. Hua Qingqing juga melihatnya tetapi ekspresinya tampak serius.     

Dia berhasil menyelamatkan diri? Sang Arhat merasa terkejut. Dia memandang ke arah Hua Qingqing dan melihat pakaian yang dikenakannya. Ekspresinya berubah ketika melihat pemandangan ini. Mungkinkah terjadi sesuatu di Gunung Langit?     

Hua Qingqing terlihat mengenakan pakaian Ye Futian dan dia juga dengan sengaja berbohong tentang keberadaan Ye Futian di Gunung Langit. Sang Arhat cukup ahli dalam menyimpulkan hal-hal seperti ini dan ia merasa ada sesuatu yang aneh. Mungkinkah sesuatu yang benar-benar menarik terjadi di puncak Gunung Langit saat itu?     

'Qingqing' Dari kejauhan, Lu Nantian melihat kehadiran Hua Qingqing. Kemudian, dia melihat pakaian yang dikenakannya dan ekspresi wajahnya langsung berubah.     

"Tangkap Ye Futian," perintah Qin Yu di tengah-tengah pertempurannya melawan Gu Dongliu. Beberapa kultivator yang berjaga-jaga di bagian samping kini menerjang ke arah Ye Futian.     

Mereka benar-benar ingin mati.     

Di tengah-tengah pertempurannya, Zhuge Hui menyerang dengan cambuknya yang panjang, memaksa Pemimpin Klan Hua mundur. Kemudian dia bergegas pergi menuju Ye Futian, meninggalkan jejak bayangan di belakangnya.     

Pemimpin Klan Hua mengulurkan tangan dan tangannya yang besar meraih satu sosok yang langsung menghilang di depan matanya. Baru setelah itu dia menyadari bahwa sosok itu bukan Zhuge Hui.     

Dia terlihat bingung sejenak, lalu ia berteriak ke arah para kultivator yang sedang menerjang Ye Futian, "Awas!" Tepat ketika suaranya terdengar, Zhuge Hui muncul dan mengayunkan cambuknya yang panjang ke arah mereka!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.