Legenda Futian

Permainan Antara Orang-orang Terhebat



Permainan Antara Orang-orang Terhebat

Di gunung pertama Perguruan Tinggi Barren Timur yang diselimuti oleh awan, sebuah paviliun berdiri di puncak gunung yang curam. Paviliun ini merupakan tempat terbaik untuk melihat pemandangan yang menakjubkan dari Gunung Buku.     

Saat ini, terdapat dua lelaki tua di dalam paviliun tersebut sedang bermain catur. Jelas, mereka adalah Pemimpin Akademi dan Tuan Du dari Pondok. Bai Lishu, yang berdiri disamping mereka, merasa bingung—pemandangan seperti ini memang sangat langka. Ini adalah pertama kalinya dia melihat guru dan pamannya bermain catur.     

Angin apa yang bertiup hari ini? Mengapa rasanya sangat aneh?     

"Kita sudah lama tidak bermain catur bersama. Senior, kemampuanmu telah berkembang pesat. Kau tidak lagi menyerang secara langsung seperti dulu. Sekarang, setiap langkah yang kau buat terlihat normal namun kau memiliki strategi tersembunyi dibalik langkah tersebut. Kau memang yang terbaik dalam hal ini," ujar Tuan Du, sambil tersenyum.     

"Langkahmu mungkin terlihat berhati-hati, tetapi kau secara diam-diam mengendalikan jalannya permainan. Selama bertahun-tahun, kau menjadi semakin hebat dalam melakukan perencanaan dan perhitungan." Janggut panjang sang Pemimpin Akademi tertiup angin, dan dia terlihat seperti seorang Sage. Meskipun dia sudah tua, suaranya masih terdengar tegas dan jelas.     

"Ini bukan perencanaan. Ini adalah momentum." Tuan Du menggelengkan kepalanya.     

"Kau menjalankan rencanamu di seluruh Wilayah Barren Timur dalam upaya untuk memenuhi ambisimu. Jadi sekarang, bagaimana momentumnya?" Pemimpin Akademi itu mencibir, sambil menatap ke arah Tuan Du.     

"Senior, mengapa kau terlihat kesal?" Tuan Du tersenyum.     

"Sudah berapa tahun kita berdua telah berkultivasi? Berapa lama lagi aku akan bertahan? Cepat atau lambat aku akan mati. Aku ingin pergi dari sini untuk mendapatkan terobosan. Kenapa begitu sulit untuk memberimu posisi ini?" Pemimpin Akademi itu menggeram, sambil menatap ke arah Tuan Du. "Bahkan jika kau tidak menginginkan posisiku, bagaimana dengan murid pertamamu? Mengapa kau menyuruhnya untuk pergi saat itu? Untuk memenuhi ambisimu?"     

Ketika mendengar percakapan antara keduanya, Bai Lishu tampak terkejut. Rumor mengatakan bahwa pada waktu itu, Tuan Du menyuruh murid pertamanya untuk mendirikan klannya sendiri daripada tinggal di Perguruan Tinggi Barren Timur. Pemimpin Akademi merasa sangat tidak puas dengan keputusan ini, dan sebuah konflik muncul diantara keduanya. Alasan sebenarnya dibalik konflik itu adalah Pemimpin Akademi sedang mencari seseorang untuk mengambil alih posisinya, tetapi Tuan Du menolak penawarannya. Karena itu, dia memikirkan sosok Sword Saint sebagai penerusnya kelak Namun, Tuan Du malah menyuruh Sword Saint untuk pergi mendirikan klan-nya sendiri.     

Fakta ini memang sangat mengejutkan.     

"Senior, menurutmu aku dapat menjadi seorang pemimpin yang baik?" Tuan Du tersenyum dengan ekspresi malas. "Lagipula, aku rasa kau juga menyadari bahwa aku memiliki beberapa alasan lainnya."     

Pemimpin Akademi Xiao menatap ke arah Tuan Du. Pada akhirnya, dia menghela napas panjang di dalam hatinya. Dia tahu mengapa Tuan Du tidak akan mengambil alih posisinya, tetapi Tuan Du sendiri bahkan tidak akan membiarkan Sword Saint mengambil alih posisinya. Pemimpin Akademi itu merasa kesal—dia tidak punya banyak waktu lagi.     

Meskipun seorang kultivator bisa hidup lebih lama, mereka tidak abadi. Dia belum menjadi seorang Sage dan pada akhirnya dia akan mati. Hanya setelah dia membuat sebuah terobosan, masa hidupnya bisa diperpanjang. Karena itu, dia ingin meninggalkan Wilayah Barren Timur dan mencari kesempatan di dunia luar. Dengan bakat yang dimilikinya, dia tidak akan bisa mencapai Sage Plane dan membuat terobosan jika dia tetap tinggal di Wilayah Barren Timur.     

"Senior, aku tahu kau mempunyai harapan besar untukku. Aku juga memikirkan perasaanmu, bagaimana kau bisa pergi tanpa merasa khawatir jika semua masalah ini belum selesai. Tapi..." Tuan Du tersenyum masam dan menggelengkan kepalanya.     

"Jika kau ingin memenuhi ambisimu di Wilayah Barren Timur, kau akan menentang kepentingan dari pasukan lainnya. Tentu saja mewujudkan ambisimu itu tidak semudah yang kau bayangkan," ujar Pemimpin Akademi Xiao. Dia mengetahui apa yang ingin dilakukan oleh adik juniornya itu.     

"Kata-katamu memang benar. Mengubah Wilayah Barren Timur saja sudah sangat sulit." Tuan Du terus menggelengkan kepalanya. Dia menatap ke kejauhan dan menambahkan, "Pada akhirnya semua akan tiba pada waktunya."     

Ketika mendengar kata-kata dari Tuan Du, Pemimpin Akademi Xiao juga mengangkat kepalanya. Di atas langit, hembusan angin dan deretan awan bergejolak. Tiba-tiba, terdengar suara raungan naga, mengejutkan seluruh penjuru bumi.     

Di Gunung Buku, banyak orang memandang ke atas langit, dimana mereka melihat seekor naga menembus awan dan perlahan-lahan turun dari atas langit.     

Naga raksasa itu berwarna emas dan terlihat mengagumkan. Tiga orang sedang berdiri di atas punggungnya. Orang yang berada di bagian depan mengenakan sebuah mahkota di kepalanya dan jubah kaisar; dia tampak sangat kuat. Dia adalah orang yang paling kuat di Wilayah Barren Timur, Raja Qin.     

Di setiap sisi Raja Qin, terdapat pula seorang Tetua. Mereka tampak misterius. Selain mereka, banyak kultivator lainnya juga muncul di sekitar mereka. Mereka adalah para Noble yang berasal dari empat pasukan besar yang telah bersekutu dengan Dinasti Qin. Sekarang, mereka juga datang ke Gunung Buku.     

Dalam sekejap, suasana di Gunung Buku langsung gempar. Banyak orang naik ke udara untuk menghadapi musuh mereka.     

Dinasti Qin akhirnya mengirim pasukan mereka ke Gunung Buku.     

Sambil berdiri di atas punggung naga yang dikendarainya, Raja Qin memandang ke arah paviliun di gunung pertama yang berada di depannya, seolah-olah pandangannya telah menembus langit. Dia menatap ke arah dua tetua yang sedang bermain catur itu dan tertawa. "Salam, Pemimpin Akademi Xiao, Tuan Du."     

Dengan ekspresi serius di wajahnya, Pemimpin Akademi Xiao mengangkat kepalanya dan berteriak, "Enyahlah." Dia berharap bahwa Raja Qin bisa segera pergi sejauh mungkin.     

Saat ini, dia merasa cemas.     

"Senior, karena tamu kita sudah jauh-jauh datang kemari, kita tidak punya alasan untuk mengusirnya." Tuan Du tetap tersenyum dengan santai. Dia memandang ke arah Raja Qin yang berada di atas langit dan berkata, "Silahkan."     

"Baiklah," Raja Qin mengangguk, sambil tersenyum. Dia berjalan turun dari atas langit, sementara dua tetua itu mengikutinya dari belakang. Di sisi lain, naga itu tetap melayang-layang di udara.     

Berbagai Tetua gunung dari Gunung Buku, serta para kultivator dari Gunung Sword Saint dan Klan Bulan, naik ke udara satu per satu. Mereka memandang ke arah orang-orang yang berada di hadapannya dengan tatapan mata yang serius, tanpa melakukan apa-apa.     

Dewi Wangyue mendekati paviliun di gunung pertama tetapi tetap menjaga jarak dari tempat tersebut. Kemudian, dia melihat ke arah kedua Tetua yang berada di samping Raja Qin. Tatapan mata mereka tampak serius, dan mereka tidak mengeluarkan aura apa-pun, tetapi semua orang bisa merasakan bahwa mereka sangat berbahaya. Selain itu, mereka terlihat menakjubkan. Apabila mereka tetap terlihat tua meskipun telah berkultivasi hingga tingkat ini, mereka pasti sudah hidup selama bertahun-tahun.     

Raja Qin mendarat di atas tanah, setelah itu dia memberi hormat kepada Tuan Du dengan melipat tangannya ke depan dan berkata, "Aku sudah sering mendengar namamu, tapi sayangnya aku belum pernah bertemu denganmu secara langsung. Hari ini, aku datang kemari untuk bertemu denganmu. Tolong maafkan aku jika kedatanganku mengganggu kalian berdua."     

Nada suaranya terdengar tulus, dan dia tidak munafik. Sebaliknya, dia benar-benar serius mengatakan hal tersebut.     

Tuan Du memang sosok yang disegani di Wilayah Barren Timur.     

Pondok memiliki delapan orang murid. Tiga murid pertama mereka sudah terkenal di Wilayah Barren Timur, dan salah satu dari mereka telah membentuk klan-nya sendiri dan berdiri di puncak kekuatan di Wilayah Barren Timur. Murid-murid lainnya masih terus berkembang, tetapi mereka telah menunjukkan bakat mereka yang luar biasa. Di masa depan, tampaknya mereka tidak mungkin lebih lemah dari Sword Saint dan dua murid lainnya.     

Bahkan jika Tuan Du tidak mengetahui bagaimana cara untuk berkultivasi, dia tetap dianggap sebagai legenda dengan memiliki murid-murid seperti ini dan mengajari mereka hingga memiliki reputasi seperti saat ini.     

Ditambah lagi, Raja Qin tidak percaya bahwa Tuan Du benar-benar tidak dapat berkultivasi.     

Dua orang yang berada di samping Raja Qin juga menatap ke arah Tuan Du, seolah-olah mereka sedang mencoba merasakan sesuatu darinya.     

"Kau bersikap terlalu sopan." Tuan Du tersenyum dengan santai. Dia telah menyadari bahwa sementara Raja Qin telah datang kemari dengan membawa banyak kultivator, pemimpin dari Klan Donghua dan istrinya, serta beberapa tokoh penting lainnya, tidak ada disini.     

Tuan Du tersenyum kecil; dia mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Dinasti Qin.     

"Pemimpin Akademi Xiao dan Tuan Du, kalian telah bersenang-senang sebelum aku datang kemari. Aku tidak begitu mahir bermain catur. Tuan Du, apakah kau tertarik bermain denganku?" ujar Raja Qin, sambil menatap ke arah Tuan Du.     

"Baiklah." Tuan Du mengulurkan tangannya. Pemimpin Akademi Xiao menatap ke arah Raja Qin dan janggutnya tertiup angin.     

"Senior," Tuan Du berteriak pada Pemimpin Akademi Xiao.     

Namun, Pemimpin Akademi Xiao masih menatapnya.     

"Senior, setiap orang yang datang berkunjung adalah tamu kita," Tuan Du menambahkan. Setelah itu, Pemimpin Akademi berdiri dengan terpaksa. Kemudian, dia berjalan ke bagian samping dengan tatapan mata masih tertuju ke arah Raja Qin.     

"Pemimpin Akademi Xiao, aku minta maaf jika aku mengganggu." Raja Qin mengangguk pada Pemimpin Akademi. Kemudian, dia duduk berhadapan dengan Tuan Du. Pion-pion catur telah kembali di atas papan catur karena mereka akan memulai permainan baru.     

Di atas langit Gunung Buku, orang-orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur maupun Dinasti Qin dan sekutunya memandang ke arah situasi di dalam paviliun tersebut, merasa emosional.     

Orang yang paling kuat di Wilayah Barren Timur dan seorang legenda yang misterius dan sederhana dari Pondok sedang bermain catur di Gunung Buku.     

Mereka semua tahu bahwa dalam permainan ini, pion-pion catur itu hanya akan menjadi bagian dari papan catur, tetapi sebenarnya pion-pion itu akan mempengaruhi seluruh Wilayah Barren Timur.     

"Tuan Du, aku mendengar bahwa kau adalah adik junior dari Pemimpin Akademi, jadi kau semestinya lebih senior dariku. Kau mulai duluan," ujar Raja Qin dengan sopan.     

Tuan Du mengangguk pelan dan mendaratkan pion-nya dengan santai, seolah-olah setiap langkah yang dibuatnya bergantung pada suasana hatinya saat itu.     

Raja Qin tersenyum dan mulai meletakkan pion-nya.     

Suasana di Gunung Buku tampaknya sangat sunyi, tetapi dibalik kesunyian itu terdapat ketegangan yang luar biasa. Suara pion-pion catur yang mendarat di atas papan catur terdengar sangat jelas.     

"Tuan Du, kau sepertinya meletakkan pion-mu secara acak, tetapi tanpa sepengetahuanku kau sudah mengendalikan jalannya permainan ini. Luar biasa." Raja Qin tersenyum. Kemudian, dia membuat langkah selanjutnya. Ketika melihat pemandangan itu, kedua mata Pemimpin Akademi Xiao berbinar.     

Tuan Du ingin mengendalikan jalannya permainan ini, sementara Raja Qin mengikuti gaya permainannya. Semua langkah yang dibuatnya sangat agresif.     

Tuan Du tersenyum dan melanjutkan permainan.     

Saat keduanya bermain, perlahan-lahan, aura yang tak terlihat mulai terpancar dari tubuh Raja Qin dan memenuhi ruangan tersebut.     

"Tuan Du, kau adalah seorang legenda, mengapa kau membatasi kemampuanmu di tempat yang begitu kecil?"     

Raja Qin mulai bergerak. Di atas papan catur, tampak seekor naga yang menerjang dan melahap semua yang menghalangi jalannya.     

"Aku membuat langkah setelah melalui pertimbangan yang matang." Tuan Du tersenyum dan terus bermain dengan santai. Tidak lama kemudian, daerah dimana pion-pion catur miliknya mendarat tampaknya berhasil diselamatkan dari pengepungan. Begitu mereka diselamatkan, mereka bisa mengendalikan seluruh permainan dan membentuk sebuah pasukan yang tak terkalahkan.     

Raja Qin sedang memegang sebuah pion di tangannya, tetapi tangannya terhenti di udara. Aura di sekitarnya berubah bentuk menjadi seekor naga. Seolah-olah dia sedang terpojok dalam permainan tersebut.     

Akhirnya, pion-nya mendarat di atas papan catur. Naga itu menerjang ke depan dan ingin membunuh musuhnya dengan cara apa-pun.     

"Apa-pun konsekuensinya?" Tuan Du menggelengkan kepalanya, setelah dia membuat langkah selanjutnya. Dia tidak pernah menghabiskan waktu untuk berpikir sebelum melangkah, seolah-olah dia sudah mengetahui jalannya permainan ini.     

Namun, langkahnya masih terus bertahan.     

"Kau sudah mengendalikan jalannya permainan ini. Jika rencanamu berhasil, kau pasti akan menang. Kami tidak punya banyak waktu lagi. Kami harus membuat keputusan," ujar Raja Qin tanpa ekspresi. Dia melihat ke arah papan catur di depannya, dimana dia dapat merasakan sebuah tekanan yang tidak terlihat. Kemudian, dia membuat langkah berikutnya, masuk ke dalam wilayah musuh dalam upaya untuk menghancurkan formasi mereka.     

"Kau tidak bisa mundur. Jika kau kalah, kau akan kehilangan segalanya. Kenapa kau memilih langkah ini?" Tuan Du berbicara dan melanjutkan permainan.     

Orang-orang di Gunung Buku ikut mendengarkan percakapan diantara keduanya. Percakapan tersebut mengandung banyak makna tersembunyi yang tidak bisa mereka pahami sepenuhnya.     

Pion-pion catur milik Raja Qin dan Tuan Du telah mendarat di atas papan catur, tetapi papan catur itu sendiri bisa diumpamakan sebagai seluruh Wilayah Barren Timur.     

Raja Qin terdiam ketika dia menatap ke arah papan catur di depannya. Ketika Tuan Du membuat langkah terakhirnya, situasi langsung berubah secara drastis. Dia selalu berada dalam posisi bertahan, tetapi setelah langkah terakhirnya itu, rasanya seperti Tuan Du bisa melenyapkan semua musuhnya hanya dengan satu serangan. Pion-pion catur yang dibuat oleh Raja Qin untuk mengepung pihak lawan, saat ini tampaknya berada dalam posisi yang berbahaya seolah-olah mereka akan segera dihabisi.     

"Apakah kau masih ingin melanjutkan permainan ini?" Tuan Du bertanya.     

Raja Qin merasa terkejut dalam hati. Jari-jarinya sedikit gemetar ketika dia menatap ke arah papan catur di depannya, setelah dia membuat langkah selanjutnya. Dua buah pion-nya yang berada di bagian ujung papan catur tersebut bekerja bersama untuk membentuk pengepungan seolah-olah mereka adalah dua ekor naga. Jika salah satu dari mereka memenangkan pertempuran, mereka akan menghabisi musuh mereka bersama-sama. "Aku sudah bergerak dan tidak bisa mundur. Qin Yu dan yang lainnya sudah pergi ke Gunung Langit. Setelah pertempuran disana telah berakhir, mereka akan datang kemari."     

"Apa kau tidak akan menyesal? Kenapa?"     

Tuan Du menggelengkan kepalanya dan meletakkan pion selanjutnya diatas papan catur. Tidak lama kemudian, sebuah wilayah yang sedang dikepung juga berubah secara drastis dan langsung memutuskan hubungan antara kedua naga tersebut. Seolah-olah langkah ini bisa menentukan akhir dari permainan ini.     

"Akan sulit bagi mereka untuk meninggalkan Gunung Langit dalam keadaan selamat," ujar Tuan Du.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.