Legenda Futian

Mulai Membunuh



Mulai Membunuh

0Qin Yu dapat merasakan tubuhnya terbang menuju Gunung Langit. Sulur-sulur tanaman merambat menjerat tubuh serta lehernya, menyeretnya ke arah Gunung Langit. Dia benar-benar ketakutan. Ayahnya telah pergi ke Pondok untuk menghentikan Tuan Du dan Perguruan Tinggi Barren Timur. Jika pasukannya mampu membunuh Sword Saint dan murid Pondok lainnya, Wilayah Barren Timur akan menjadi milik Dinasti Qin. Tapi dia tidak pernah menyangka bahwa Ye Futian tidak hanya mampu membunyikan lonceng di Gunung Langit, dia juga bisa mengendalikan Spiritual Qi di dalamnya.     
0

Aku tidak akan mati semudah ini. Qin Yu memiliki tekad untuk tetap hidup. Cahaya berwarna emas yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya, menghancurkan segalanya. Pada saat yang sama, baju zirahnya bercahaya, menghalangi serangan dari sihir tersebut. Sulur-sulur emas itu dipotong oleh aura logam yang kuat. Qin Yu berpikir bahwa ia memiliki sedikit harapan, tapi kemudian dia mendengar suara lonceng... Dia memuntahkan darah. Harapannya telah musnah.     

Ye Futian benar-benar akan membunuhnya.     

Ketakutan memenuhi pikiran Qin Yu. Tiba-tiba, muncul sebuah ledakan. Dia dapat merasakan tubuhnya menabrak gunung saat sulur-sulur tanaman itu berubah menjadi bilah-bilah pedang yang menusuknya. Namun, Qin Yu mengenakan baju zirah yang merupakan peralatan ritual miliknya, menghalangi serangan tersebut.     

*Dong*dong*dong* Suara lonceng itu menghancurkan segalanya. Langit yang tak terbatas ikut bergetar.     

"Baj*ngan."     

"Hentikan."     

Para Noble dari Negeri Barren kini berada di atas tanah, memuntahkan darah. Naga raksasa milik mereka terkulai lemas di atas tanah, darah mengalir dari mulutnya. Gagak Emas juga terbaring lemah di atas tanah, mulutnya juga mengeluarkan darah.     

Pemandangan yang sangat tragis. Semua kultivator kuat dipaksa berlutut di kaki Gunung Langit sementara mereka yang memiliki tingkat Plane rendah masih berdiri tegak. Mereka tidak tahu harus berbuat apa pada para Noble yang berada di bawah. Suara lonceng terus bergema di pikiran mereka. Ye Futian mampu mengendalikan lonceng di Gunung Langit, mengalahkan mereka secara langsung. Dia sangat kejam.     

Tubuh Qin Yu diikat di sisi Gunung Langit seperti Nan Yu. Dia terlihat sangat lemah, napasnya terengah-engah. Cahaya dari baju zirah miliknya meredup dan energi spiritualnya semakin melemah. Dia tidak bisa menggunakan Spiritual Qi untuk melindungi tubuhnya.     

Duri-duri yang tajam menyentuh leher Qin Yu. Hawa dingin tiba-tiba menusuk hingga menembus tulang. Qin Yu mengangkat kepalanya perlahan-lahan dan berkata dengan pelan, "Lepaskan aku."     

Melepaskannya pergi? Ye Futian tertawa. Qin Yu tidak berpikiran untuk membiarkan siapa-pun pergi ketika dia berencana untuk menghancurkan Kerajaan Liu.     

"Dinasti Qin sangat kejam. Pasukan seperti ini ditakdirkan untuk lenyap dan terlupakan. Qin Yu, kau tidak akan kesepian." Begitu Ye Futian selesai berbicara, sebilah pedang yang sangat tajam menusuk leher Qin Yu. Darah mengalir keluar. Kedua matanya melotot seolah-olah hal itu dapat memulihkan energinya. Dia membelalakkan matanya pada Ye Futian.     

"Aku tidak terima!" dia berteriak dengan sekuat tenaga. Akhirnya, kedua matanya tertutup dan auranya menghilang. Dia tewas terpaku ke sisi Gunung Langit. Butiran-butiran salju dari Gunung Langit menyelimuti tubuhnya. Dalam sekejap, ia telah berubah menjadi sebuah patung es, terkubur selama-lamanya di sisi Gunung Langit.     

"Kerajaan Liu juga tidak terima atas perbuatanmu," Ye Futian bergumam. Disampingnya, Nan Yu gemetar ketakutan. Sosok rendahan yang dianggap tidak penting baginya kini memiliki aura yang membuatnya ketakutan. Ye Futian telah menggunakan aura dari Gunung Langit untuk mengalahkan semua kultivator kuat yang ada disini dan membunuh seorang Noble tingkat atas dengan cara memakunya ke sisi gunung.     

Ye Futian berbalik perlahan. Tatapan mata semua orang yang berada di kaki gunung kini tertuju padanya, dipenuhi oleh rasa takut. Ye Futian telah menerima peninggalan dari Gunung Langit dan mampu mengendalikan aura dari gunung ini. Qin Yu, putra mahkota dari Dinasti Qin, telah tewas terbunuh di Gunung Langit. Dia mungkin bukan satu-satunya orang yang akan tewas hari ini.     

Diantara butiran-butiran salju yang melayang turun di kaki Gunung Langit, wajah para pemimpin dari Klan Pedang Fuyun, Kuil Royal Xuan, dan Klan Donghua menjadi pucat. Napas mereka terengah-engah. Mereka tahu bahwa karena Ye Futian mampu membunuh Qin Yu, dia juga mampu membunuh mereka.     

Di atas langit, sulur-sulur emas menutupi matahari. Tidak ada lagi butiran-butiran salju yang turun dari langit. Ye Futian menatap para pemimpin dari Klan Pedang Fuyun dan Kuil Royal Xuan. Sulur-sulur itu menerjang ke arah mereka.     

*Boom* Pemimpin dari Klan Pedang Fuyun menggunakan sisa kekuatannya untuk berubah menjadi seberkas cahaya pedang agar bisa melarikan diri. Lonceng itu kembali berbunyi dan dalam sekejap dia terjatuh—tak berdaya dan putus asa. Sulur-sulur tanaman menerjang dan menjerat tubuhnya. Kemudian sulur-sulur itu melingkari lengannya. Perlahan-lahan, pedangnya terangkat ke atas dan diayunkan ke bawah. Diikuti dengan suara pelan, pemimpin dari Klan Pedang Fuyun, seorang tokoh terkemuka di Wilayah Barren Timur, telah tewas terbunuh oleh pedangnya sendiri. Seperti Qin Yu, dia menemui ajalnya di Gunung Langit.     

"Tidak, aku bersedia tunduk pada perintah Pondok." Penguasa dari Kuil Royal Xuan menatap ke arah Gunung Langit, tepatnya pada sosok berwajah tampan yang melayang disana. Dia bersedia tunduk pada mereka. Saat ini, dia hanya ingin melanjutkan hidup.     

"Jangan mempermalukan nama baik Pondok." Ye Futian menatapnya sambil mencibir. Pedang itu melesat dan darah langsung mengalir di atas tanah bersalju. Semua orang tidak bisa berkata-kata. Pria ini adalah tokoh terkemuka ketiga yang telah dibunuh oleh Ye Futian.     

Dia mulai membunuh mereka satu per satu.     

Siapa yang menyangka bahwa para tokoh terkemuka ini akan mati seperti ini? Pedang Alkaid terbang menuju ke pemimpin dari Klan Donghua secepat kilat. Wajah pemimpin dari Klan Donghua menjadi pucat. Dia berdiri bersama istrinya dan menghela napas dalam hati.     

Klan Donghua selalu ingin menjadi klan nomor satu. Karena itu, mereka bergabung dengan Dinasti Qin. Siapa yang akan menyangka bahwa para murid dari Pondok ini sangat berbakat? Alih-alih tewas di tangan Sword Saint, mereka malah dibunuh oleh murid dari Pondok yang paling muda. Saat ini, impian mereka menjadi klan nomor satu tidak akan pernah terwujud.     

Alkaid berubah menjadi sambaran petir yang dipenuhi dengan keinginan membunuh. Kemudian satu sosok berwajah cantik berdiri di depan mereka.     

"Qingqing!" pemimpin klan itu berteriak. Sosok yang berdiri di depan mereka adalah Hua Qingqing. Dia menatap ke arah Gunung Langit. Alkaid terbang menukik seperti sambaran petir yang sangat tajam.     

*Boom* Aura pedang meledak. Seberkas cahaya terpantul di wajah Hua Qingqing. Kedua matanya tetap terbuka tanpa berkedip sekali-pun. Dia tidak melihat ke arah pedang yang menerjangnya, dia justru melihat ke arah Ye Futian.     

"Qingqing, minggir," ujar ayahnya, tetapi dia sepertinya tidak mendengar kata-katanya. Dia tetap berdiri di tempatnya.     

"Aku akan mati untuk mereka," Hua Qingqing berkata kepada Ye Futian.     

"Kau tidak menyerangku di Gunung Langit dan membantuku merahasiakan apa yang terjadi di puncak gunung," ujar Ye Futian. Itu sebabnya aku menyelamatkanmu di rute pendakian. Namun, orang tua-mu harus menanggung konsekuensi atas tindakan mereka." Hua Qingqing berbeda dari orang-orang Dinasti Qin dan Klan Donghua. Itulah sebabnya Ye Futian menyelamatkannya. Namun, pemimpin dari Klan Donghua berusaha membunuh kakak-kakak seniornya di pertempuran ini.     

"Aku tahu. Itu sebabnya aku akan mati untuk mereka," Hua Qingqing berbicara dengan pelan.     

"Tidak bisa."     

"Mereka tidak ikut campur dalam kehancuran Kerajaan Liu dan tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Semua itu perbuatan dari Dinasti Qin. Jika kau memang sudah yakin dengan keputusanmu, bunuh saja kami." Hua Qingqing menutup matanya perlahan-lahan. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Dia tidak takut akan kematian. Dia baru saja memikirkan butiran salju di Gunung Langit dan melodi yang indah itu. Jika dia tahu hari ini akan datang, apakah dia akan menyerang Ye Futian saat itu? Apakah dia akan tetap menyimpan rahasia Ye Futian?     

"Adik Junior, maafkan mereka," gumam Sword Saint dengan mata tertutup.     

Ye Futian mendengarkan kata-katanya dan melihat ke arah Hua Qingqing. "Apa yang akan dilakukan oleh pemimpin klan Donghua di masa depan?"     

"Aku akan mundur dan tidak akan terlibat lagi dalam masalah apa-pun di Wilayah Barren Timur," ujarnya.     

"Bagaimana jika kau tidak menepati janjimu?" Ye Futian melanjutkan.     

"Jika mereka tidak bisa menepati janjinya, aku akan mati." Hua Qingqing membuka matanya dan menatap ke arah Ye Futian.     

Ye Futian menatap kedua mata Hua Qingqing yang terlihat sangat yakin. Setelah itu, sulur-sulur tanaman dan pedang Alkaid melesat ke arah yang berbeda. Dia tidak membunuh pemimpin Klan Donghua dan Nyonya Yuxiao.     

Arah yang dituju oleh sulur-sulur tanaman dan Alkaid adalah tempat dimana Sekte Api Suci berada.     

Ekspresi sang Arhat langsung berubah drastis. "Tolong aku." Dia bergegas pergi dan bersembunyi di balik Du Ao dari Sekte Api Suci.     

Alkaid yang memancarkan cahaya menyilaukan itu semakin mendekati mereka. Du Ao menatap ke arah Ye Futian dan berkata dengan nada serius, "Apakah kau berani membunuhnya?"     

*Whoosh* Sulur-sulur tanaman merambat di sekitar sang Arhat, menjerat tubuhnya dan membawanya ke udara.     

"Lepaskan aku." Sang Arhat menatap ke arah Ye Futian dengan ekspresi ketakutan. Sulur-sulur emas itu langsung membawanya ke atas langit, tepat di hadapan Ye Futian yang sedang menatapnya. "Kau ingin pergi ke Negeri Barren?" Sang Arhat telah menggunakan kehidupan Ye Futian sebagai jalan pintas untuk berkultivasi di Negeri Barren.     

"Tidak," bisik Ye Futian.     

Alkaid telah tiba bersama sulur-sulur tanaman di belakang sang Arhat. Diikuti dengan suara pelan, pedang itu menembus kepala sang Arhat. Langsung membunuhnya. Kedua matanya masih terbuka, tetapi darah terus mengalir dari kepalanya. Sulur-sulur tanaman itu menghilang dan tubuh sang Arhat terjatuh dari atas langit.     

Bukankah ini kesempatan yang selama ini dia tunggu? Para kultivator kuat dari Negeri Barren telah datang kemari. Dia bisa pergi meninggalkan Kuil Qianqiu di Wilayah Barren Timur dan memasuki Negeri Barren untuk berkultivasi. Semuanya begitu sempurna. Dia bahkan mengetahui rahasia yang dimiliki oleh Ye Futian.     

Mengapa semuanya berakhir seperti ini? Kenapa dia mati secepat ini?     

Sang Buddha berbicara tentang reinkarnasi. Dimana reinkarnasi yang dimaksud? Seseorang mati dan lenyap dari dunia ini sama seperti lilin yang telah padam. Mereka akan menghilang dari dunia ini. Hidupnya masih sangat singkat. Dia memiliki begitu banyak bakat dan belum menunjukkan kemampuannya pada dunia, namun dia malah tewas terbunuh di Gunung Langit.     

Dia tidak mau mati seperti ini.     

Namun meski begitu, dia telah tewas terbunuh. Jasadnya jatuh ke atas tanah bersalju seperti pemimpin Klan Pedang Fuyun. Tidak ada seorang-pun dari mereka yang menginginkan kematian seperti; tidak ada seorang-pun dari mereka yang mengharapkan akhir seperti ini.     

"Maaf. Masalah pribadi ini tidak ada hubungannya denganmu," ujar Ye Futian kepada Du Ao. Nada suaranya terdengar tenang, tapi ekspresi Du Ao menjadi sangat buruk. Ini adalah masalah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan dirinya? Kata-kata itu seperti tamparan bagi Du Ao. Namun, nada suara Ye Futian terdengar sangat datar. Dia sama sekali tidak menganggap kehadiran Du Ao disana.     

Tentu saja dia tidak menganggap kehadiran Du Ao. Jika bukan karena pasukan yang berada di belakang Du Ao, Ye Futian pasti membunuhnya secara langsung. Du Ao sudah menyinggung perasaannya. Apakah dia harus peduli pada Du Ao saat membunuh sang Arhat? Jika dia memperdulikan kehadiran Du Ao, bukankah dia sama saja seperti tunduk padanya?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.