Legenda Futian

Perpisahan



Perpisahan

0Tuan Du telah pergi. Semua murid di Gunung Buku menyaksikan kepergiannya. Beberapa utusan dari Donghuang Agung datang menjemputnya. Tidak ada yang tahu persis siapa sebenarnya Tuan Du maupun hubungan antara Tuan Du dengan Kaisar Agung.     
0

Orang-orang dari Negeri Barren tidak benar-benar meninggalkan Wilayah Barren Timur sehingga mereka juga telah menerima berita ini. Mereka semua terkejut tetapi akhirnya mengerti mengapa Ye Futian bisa memperoleh peninggalan dari Gunung Langit. Gurunya memiliki hubungan dengan Kaisar Agung, jadi tidak aneh baginya untuk mendapatkan peninggalan tersebut. Maka, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan Wilayah Barren Timur. Mereka tidak hanya waspada terhadap peringatan Zhuge Mingyue, tetapi juga karena status dari Tuan Du.     

Zhuge Mingyue tidak pergi untuk berkultivasi di Istana Holy Zhi dan tanpa diduga menjadi murid dari seorang pertapa yang sangat kuat.     

Ye Futian telah menyuruh seseorang mengukir lembaran musik dari Lagu Ukiyo di permukaan sebuah dinding batu yang terletak di salah satu gunung di Gunung Buku. Setiap kali seseorang dari Negeri Barren datang kemari, mereka akan dibawa kesana. Hal ini untuk mencegah siapa-pun yang hendak mengincar Perguruan Tinggi Barren Timur untuk mendapatkan lembaran musik dari Lagu Ukiyo. Apa yang dilakukan oleh Du Ao pada Klan Donghua adalah contohnya.     

Suasana di Pondok menjadi aneh.     

Semua itu karena kepergian Tuan Du yang sangat mendadak.     

Guru mereka memang pernah menghilang sebelumnya tetapi semua orang tahu bahwa dia akan kembali. Kali ini tidak ada yang tahu apakah dia akan kembali atau apakah dia bahkan diizinkan untuk kembali. Mereka bahkan tidak akan bisa pergi menemukannya. Ditambah lagi, kakak kedua juga akan segera pergi.     

Tempat ajaib ini, Pondok, mungkin benar-benar akan dibubarkan.     

Di Gunung Buku, para murid dari Pondok saat ini sedang berkumpul untuk makan bersama. Mereka saling mengobrol dan tertawa. Zhuge Mingyue berbicara dengan senyum tipis di wajahnya. "Makanan yang dimasak oleh adik kelima masih yang terbaik."     

"Kakak Senior, jika kau menyukai masakanku maka aku akan memasak untukmu setiap hari. Aku tidak akan pergi dari Gunung Buku," jawab Luo Fan sambil menyiapkan makanan di meja makan.     

"Sejak kapan kau menjadi anak yang baik?" Zhuge Mingyue terkekeh.     

"Kakak Kedua, siapa yang akan menjagaku ketika kau pergi?" Suara Beitang Xing'er terdengar pelan dan melankolis. Setelah dibawa ke Pondok oleh guru mereka, Zhuge Mingyue yang selalu menjaganya. Bahkan bisa dikatakan bahwa selama ini dia telah dibesarkan oleh Zhuge Mingyue.     

"Xing'er, kau mau ikut denganku?" Zhuge Mingyue bertanya.     

Beitang Xing'er terdiam. Ketika dia menyadari bahwa pertanyaan kakak seniornya itu bukan sekedar bercanda, dia mulai merasa bingung. Apakah dia sebaiknya pergi dengan kakak kedua? Jika dia pergi, siapa yang akan mengurus murid-murid Pondok lainnya?     

"Pergilah," ujar Gu Dongliu di tengah santap siangnya. "Kakak Pertama akan sibuk mengurus Perguruan Tinggi Barren Timur dan tidak akan punya waktu untuk menjagamu."     

Beitang Xing'er memandang ke arah Gu Dongliu dan memahami makna tersembunyi di balik kata-katanya. Kakak Ketiga mungkin juga akan meninggalkan Pondok. Kedua matanya berkaca-kaca. Untuk menyembunyikan fakta bahwa dia hampir saja menangis, Beitang Xing'er menundukkan kepalanya dan melanjutkan makan.     

Bertahun-tahun yang lalu, ketika semua anggota keluarganya meninggal, guru adalah orang yang membawanya ke Gunung Buku. Sementara itu Kakak Ketiga adalah orang yang membalaskan dendamnya. Sejak saat itu, Pondok adalah rumahnya. Kakak-kakak seniornya lebih dari sekedar keluarga. Sekarang, guru mereka telah pergi dan mereka semua akan berpisah. Pondok tidak lagi ada di Wilayah Barren Timur.     

"Xing'er, mengapa kau menangis? Kau sudah dewasa sekarang dan harus segera menikah. Kita pasti akan berpisah cepat atau lambat," ujar Xue Ye ketika dia melihat air mata di sudut mata Beitang Xing'er.     

"Aku tidak akan menikah." Beitang Xing'er menggelengkan kepalanya.     

"Gadis bodoh." Zhuge Hui menepuk kepalanya. Dia kemudian melihat ke arah Ye Futian. "Kenapa kau jadi pendiam hari ini?" Baj*ngan ini biasanya yang paling heboh, tetapi dia tidak mengatakan sepatah kata-pun hari ini.     

"Ada apa? Kau merasa sedih?" Zhuge Mingyue menggodanya.     

"Kakak Senior, apakah kau akan berpura-pura tidak mengenalku ketika aku pergi menemuimu, ingin berjalan-jalan mungkin?" Ye Futian mengangkat kepalanya dan menatapnya.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Dia mengangkat tangannya untuk memukul kepalanya. "Jika kau berani tidak datang untuk menemuiku, maka aku akan benar-benar mencarimu dimanapun kau berada."     

"Futian dan aku pasti akan datang berkunjung bersama-sama," ujar Hua Jieyu dengan lembut.     

Zhuge Mingyue mengalihkan perhatiannya pada Hua Jieyu, menatapnya dengan seksama sebelum akhirnya tertawa.     

"Kakak Senior?" Hua Jieyu merasa sedikit bingung.     

"Aku tahu apa yang harus kulakukan untuk memastikan Adik Junior akan datang menemuiku." Dia tertawa. "Bagaimana jika aku membawa Jieyu bersamaku sehingga Xing'er akan memiliki teman di perjalanan."     

Hua Jieyu membelalakkan matanya sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin pergi." Saat itulah dia menyadari bahwa Ye Futian sedang menatapnya. Ketika melihat tatapan matanya, dia memelankan suaranya untuk bertanya kepadanya, "Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau ingin menyingkirkanku lagi?"     

"Jieyu, saran Kakak Senior patut dipikirkan," ujarnya dengan serius.     

"Aku sudah merasa yakin." Dia menggelengkan kepalanya.     

"Sebaiknya kau dan Jieyu mendiskusikan ini bersama-sama," Zhuge Mingyue tertawa. "Jieyu sangat cantik, aku merasa khawatir untuk membiarkannya mengikutimu kemana-mana saat kau bepergian dengan ceroboh di Negeri Barren." Dia jelas mengetahui bahwa setelah Pondok dibubarkan, Ye Futian pasti akan pergi menuju Negeri Baren. Tanpa kehadiran guru mereka, Kakak Pertama, dan dirinya di sekitarnya, semuanya akan bergantung pada dirinya sendiri.     

"Baik." Ye Futian mengangguk. Dia sedang memikirkan hal yang serupa dengan Kakak Kedua.     

"Ketika kau kembali ke keluargamu, tunggu aku disana." Pada saat ini, Gu Dongliu, yang juga menjadi pendiam hari ini, akhirnya berbicara. Semua orang menoleh untuk melihat ke arah Kakak Ketiga. Sudah jelas untuk siapa kata-katanya itu dimaksudkan.     

"Untuk apa aku menunggumu?" Zhuge Mingyue tidak menatapnya. Sebaliknya, dia menundukkan kepalanya untuk fokus pada makanan di atas meja.     

"Kau juga mengetahuinya," jawabnya.     

"Aku tidak tahu," ujarnya, sambil menatapnya.     

Gu Dongliu dan Zhuge Hui saling menatap satu sama lain. Semua orang melihat mereka ketika suasana mulai berubah menjadi aneh.     

"Tunggu aku datang kesana untuk menikah denganmu." Gu Dongliu berdiri setelah menjawab pertanyaan Zhuge Mingyue dan berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut.     

Setelah itu, semua orang benar-benar tampak tercengang karena terkejut.     

Kakak Ketiga benar-benar seorang laki-laki sejati.     

"Kakak Ketiga sangat keren," seru Ye Futian sambil memperhatikan sosok yang telah pergi ke kejauhan.     

"Benar-benar seorang pria sejati," puji Luo Fan.     

"Luar biasa." Yi Xiaoshi terpana.     

Zhuge Mingyue menyaksikan ketika dia pergi, sudut mulutnya melengkung menjadi sebuah senyuman. Dia kemudian menatap ke arah Ye Futian dan yang lainnya. "Makanlah."     

Selesai makan, Ye Futian dan Hua Jieyu berjalan-jalan menuju bagian belakang gunung sambil bergandengan tangan. Hua Jieyu berkata dengan lembut, "Aku tidak akan pergi."     

"Istriku, kau terlalu cantik, terlalu mencolok. Apa yang akan terjadi jika seseorang mencoba mencurimu dariku di Negeri Barren?" Ye Futian bercanda. Hal yang sama telah terjadi di Klan Donghua. Du Ao pergi ke Gunung Buku untuk mengambil Hua Qingqing.     

"Kalau begitu kau harus melindungiku," jawabnya.     

Ketika mendengar suaranya yang lembut, Ye Futian menundukkan kepalanya. Dia merasa bersalah. Sambil berjalan ke sebuah tebing, dia menyaksikan lautan awan di depannya. "Kota Qingzhou, Kota Donghai, Negeri Nandou. Kupikir aku telah melihat seluruh dunia, tetapi dunia ini jauh lebih besar daripada yang kubayangkan. Apa yang mereka sebut sebagai takdir seorang kaisar sepertinya tidak lebih dari sebuah mitos belaka. Aku sudah memberimu takdir sebagai seorang permaisuri tetapi sampai hari ini, aku masih tidak memiliki kemampuan untuk melindungimu."     

Dari kata-katanya, Hua Jieyu tahu bahwa Ye Futian saat ini merasa sedih. Dia menoleh ke arahnya. "Lihatlah aku," ujarnya.     

Ye Futian menoleh padanya. Hua Jieyu berjalan ke depan dan bersandar padanya. Sambil berjinjit, dia menciumnya dengan lembut lalu ia berjalan di depannya. Dia tidak pernah bermaksud mengatakan hal itu untuk membuat laki-laki yang dia cintai merasa kesal.     

Sebuah senyuman menghiasi wajahnya seperti bunga yang indah. Hua Jieyu melihat ke atas langit dimana matahari bersinar sangat terang.     

"Ketika kau berumur 15 tahun, orang-orang berpikir bahwa kau tidak tahu bagaimana cara untuk berkultivasi. Kau begitu optimis dan selalu gembira. Kemudian, selama Ujian Musim Gugur pada tahun yang sama, kau mengejutkan semua orang dengan bakatmu dan membuktikan dirimu ke seluruh Akademi Qingzhou. Pada usia enam belas tahun, kau menginjakkan kaki di Kota Donghai. Kau memainkan lagu White Feathers Garment di Istana Luo, memainkan lagu Decree of the General di depan Sekolah Emperor Star, dan kau dikenal sebagai murid dari Iblis Guqin. Di Tahun itu, seorang kaisar ingin membunuhmu dan kau menolak untuk menyerah begitu saja, berusaha mengubah takdir dengan tanganmu sendiri. Selama Perjamuan Fenghua berlangsung, kau mendapat pengakuan dari Kaisar Ye. Selama Perjamuan Tingfeng berlangsung, kau tidak terkalahkan. Setelah itu, kau memukau Dunia Barren Kuno dan bergabung dengan Pondok. Kau masih muda dan kau sudah menjadi legenda di Wilayah Barren Timur. Tahun ini, kau menginjak usia dua puluh tahun. Kemampuanmu begitu mendominasi di pertempuran Gunung Langit dan sekarang, tidak ada seorang-pun yang tidak mengenalmu di Wilayah Barren Timur." Hua Jieyu tersenyum lebar, sinar matahari menerangi wajahnya. Dengan nada suara yang lembut, dia berkata, "Ye Futian, aku bangga padamu."     

Ye Futian berbalik untuk melihat wajahnya. Dia terkekeh. "Rubahku tahu bagaimana cara untuk menghibur seseorang sekarang."     

Hua Jieyu menatapnya lagi dan tertawa. "Semua yang kukatakan barusan itu memang benar adanya. Saat ini kau baru berusia dua puluh dan kau dapat bertarung melawan para Noble dan Sage tanpa ada kesulitan yang berarti. Aku percaya pada dirimu karena kau sudah dapat melampaui pencapaian semua orang dari generasi kita di Kota Qingzhou, Kota Donghai, Negeri Nandou, dan Wilayah Barren Timur, suatu hari nanti, kau akan dapat melakukan hal yang sama dengan dunia ini. Akan datang suatu hari dimana seluruh Prefektur Ilahi akan mengetahui namamu."     

"Apakah aku benar-benar sehebat itu?" Ye Futian merasa tersanjung dengan semua pujian itu.     

"Ya," Hua Jieyu mengangguk dengan serius. "Kau pernah mengatakan bahwa kau akan menjadikanku seorang permaisuri. Aku akan mengingat hal itu, jadi kau harus memenuhi janjimu."     

"Baiklah." Semua pikiran Ye Futian yang negatif terhapus oleh kata-kata dari Hua Jieyu. Dia tidak punya waktu untuk merasa putus asa. Di masa mudanya, dia sangat percaya diri. Apakah dia akan membiarkan hal ini mengurangi kehebatannya?     

"Jadi, apakah kau setuju untuk pergi dengan Kakak Kedua?" Ye Futian bertanya.     

"Aku setuju." Hua Jieyu mengangguk. "Tapi bukan untuk melarikan diri. Ketika aku sampai di Negeri Barren, aku akan fokus berkultivasi dan menunggumu datang untuk menemuiku."     

"Baiklah," Ye Futian mengangguk. Kemudian, dia memeluk Hua Jieyu dengan erat dan melanjutkan, "Sebelum kita berpisah, haruskah kita mengurus 'sesuatu yang penting' dalam hidup kita?"     

"Jangan berkhayal." Hua Jieyu tersipu malu di pelukannya.     

"Aku akan sangat kesepian dan kedinginan jika tidak bersamamu."     

"Kalau begitu kau harus segera menemuiku."     

"Rubah, kau sangat kejam."     

"Hmph."     

Perdebatan mereka terus berlanjut saat sinar matahari menyinari rerumputan yang berwarna hijau. Hal ini membuat Ye Futian berpikir bahwa meskipun dunia kultivasi sangat kejam, ternyata dunia kultivasi juga indah. Dia memiliki begitu banyak orang yang menyukainya dan ada juga orang yang dia sukai.     

Beberapa hari kemudian, sekelompok orang telah tiba di atas langit Gunung Buku. Mereka semua memiliki aura yang mengesankan dan benar-benar luar biasa. Mereka berasal dari Keluarga Zhuge. Tentu saja, mereka datang kemari untuk menjemput Zhuge Mingyue. Dia menerima semua apa yang telah terjadi selama ini. Murid-murid dari Gunung Buku dan Pondok hadir disini untuk mengantarnya. Sambil melihat semua orang di depannya, dia tersenyum. "Jangan terlalu merindukanku."     

Di sampingnya, Beitang Xing'er sudah menangis. "Kakak Pertama, Kakak Keempat, Kakak Kelima, Xiaoshi, Futian, jaga diri kalian." Dia kemudian berbalik ke arah Gu Dongliu yang berdiri di kejauhan. "Kakak Ketiga, jaga diri baik-baik."     

"Ketika kau sampai di Negeri Barren, ingatlah untuk selalu mendengarkan nasihat Kakak Seniormu," ujar Sword Saint.     

"Baik," Beitang Xing'er mengangguk.     

"Jieyu, kau juga harus mendengarkan nasihat Kakak Seniormu," ujarnya dengan lembut sambil menepuk kepalanya.     

"Baik," Hua Jieyu mengangguk. Dia melihat ke belakang Ye Futian dimana Hua Fengliu dan yang lainnya berada. "Ayah, Ibu, guru, Ketua Klan, kalian semua juga harus menjaga diri kalian baik-baik."     

"Adik Junior." Zhuge Mingyue merentangkan tangannya untuk Ye Futian.     

Ye Futian berjalan ke depan dan memeluk Zhuge Mingyue, lalu dengan Beitang Xing'er.     

"Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi, Adik Junior," ujar Zhuge Mingyue dengan lembut. Mereka bertiga naik ke udara dan pergi menuju kapal yang melayang di atas langit.     

"Ayo kita pergi," ujar seorang pemuda yang berada di kapal tersebut. Dia melihat ke bawah, tatapan matanya tertuju pada Ye Futian. Kapal itu mulai bergerak. Zhuge Hui menatap ke bawah pada satu sosok yang mengenakan pakaian berwarna putih yang tampak kesepian. Kemudian, dia berbalik dan bergerak semakin jauh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.