Legenda Futian

Berdarah-darah



Berdarah-darah

0Dinasti Qin dan Perguruan Tinggi Barren Timur telah menyatakan perang tetapi medan pertempuran juga tetap ada di Dunia Barren Kuno. Tokoh-tokoh terkemuka dari kedua belah pihak belum benar-benar berhadapan satu sama lain. Tapi sekarang, Qin Yu berdiri di depan Zhuge Hui. Perdebatan mereka membuat semua orang berpikir bahwa sebuah perang besar akan segera dimulai.     
0

Aura Qin Yu terlihat semakin mengerikan setelah mendengar kata-kata dari Zhuge Hui. Suasana di area bersalju itu semakin tegang.     

*Boom* Qin Yu meraih tombak naganya. Tombak itu memancarkan cahaya yang mengerikan dan beberapa ekor naga tampak berkumpul di sekitarnya, menghembuskan napas es.     

Apakah ini peralatan ritual yang digunakan Qin Yu dalam pertempuran di Gunung Penyu? Hati semua orang berdebar kencang ketika melihat tombak naga tersebut. Tombak itu berputar dan sebuah aura yang mengerikan terpancar dari tubuh Qin Yu.     

Dia ingin Pondok menjelaskan peristiwa ini tetapi Zhuge Hui hanya menyuruhnya untuk pergi menjauh. Putra dari Qin Yu, Qin Li, dan Puteri Qin Mengruo telah tewas terbunuh Kata-kata Zhuge Hui seperti sebuah tanda untuk memulai peperangan.     

Gu Dongliu melangkah ke depan. Namun, Lu Nantian dari Klan Donghua juga melangkah keluar dari kelompoknya. Aura yang kuat terpancar dari tubuh Gu Dongliu. Meskipun Lu Nantian telah dikalahkan oleh Gu Dongliu di Perguruan Tinggi Dongqin, bukan berarti dia lemah.     

Qin Mengruo telah menikah dengan Qian Shanmu jadi dia adalah bagian dari Klan Donghua. Namun, Yu Sheng telah membunuhnya.     

Gu Dongliu menoleh untuk melihat ke arah Lu Nantian. Tatapan matanya terlihat begitu tajam.     

Nyonya Yuxiao dari Klan Donghua, sang pemimpin dari Klan Pedang Fuyun, dan kultivator kuat dari berbagai pasukan berjalan ke depan. Kekuatan mereka memenuhi udara.     

Para kultivator kuat dari Perguruan Tinggi Barren Timur dan Gunung Sword Saint berada tidak terlalu jauh dari tempat Zhuge Hui berdiri. Mereka juga mengeluarkan aura yang kuat.     

"Siapa-pun yang berada di Noble Plane kelas bawah, pergi," ujar Zhuge Hui ke arah kerumunan orang di depannya. Mereka yang berada di bawah tingkat Plane itu bahkan tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan jenis pertempuran seperti ini. Pertempuran ini hanya untuk mereka yang berada di puncak Noble Plane atau bahkan tingkat Plane yang lebih tinggi.     

"Apakah kami akan pergi hanya karena ucapanmu?" sang pemimpin dari Klan Pedang Fuyun berbicara dengan nada serius. Aura pedang tak berbatas mengelilingi tubuhnya.     

Zhuge Hui tersenyum. Dia meletakkan tangannya yang ramping di pinggangnya. Semua orang memperhatikannya sehingga mereka jelas dapat melihat gerakannya barusan. Dia mengenakan gaun panjang berwarna putih dan ia terlihat seperti seorang peri diantara salju. Terdapat sebuah sabuk di pinggang Zhuge Hui. Sabuk itu tampaknya hanyalah aksesoris tetapi sekarang, semua orang menyadari bahwa sabuk itu ternyata memiliki ruang kosong di dalamnya. Kemudian Zhuge Hui menarik sebuah cambuk dari sabuk itu. Cambuk itu memancarkan cahaya berwarna ungu dan terlihat sangat indah.     

*Boom* Zhuge Hui menggerakkan tangannya. Sabuk milik Zhuge Hui ini berisi sebuah cambuk panjang yang berputar hingga menembus langit mengikuti pergerakan Zhuge Hui.     

*Boom* *Krak* Di bawah badai salju yang tebal, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Hati semua orang berdebar kencang ketika mereka melihat ke atas langit. Pada saat itu, langit tampak telah berubah warna. Petir dan kilat yang tak ada habisnya saling menyambar ketika beberapa ekor naga dan ular berputar-putar di langit.     

*Boom* *Krak* Sambaran petir seolah-olah akan menghancurkan dunia ini. Cambuk berwarna ungu itu bersinar di udara seperti seekor ular spiritual. Setiap sambaran petir yang muncul dari cambuk itu bisa menghancurkan jiwa seseorang.     

"Jika kau ingin Klan Pedang Fuyun lenyap dari dunia ini, maka aku tidak akan keberatan," ujar Zhuge Hui dengan nada serius sambil menatap ke arah sang pemimpin klan. Ekspresinya menjadi tidak nyaman ketika dia menatap ke arah cambuk dan sambaran petir yang mengerikan itu. Jika Zhuge Hui mengeluarkan serangan petir dan kilat itu, tidak ada seorang-pun dari Klan Pedang Fuyun yang akan selamat kecuali dirinya sendiri.     

"Peralatan ritual tingkat Saint." Qin Yu menatap ke arah cambuk panjang itu. Kekuatan petir yang tak ada habisnya di dunia ini berkumpul di sekitar cambuk milik Zhuge Hui, menutupi seluruh langit. Murid kedua dari Pondok terynata memiliki peralatan ritual di tingkat Saint Plane.     

"Mundur," ujar Qin Yu. Dia jelas menyetujui kata-kata Zhuge Hui dan memberi tahu orang-orang dengan tingkat Plane yang rendah untuk mundur. Dia tahu bahwa jika mereka mulai bertarung, hanya dengan kekuatan murni yang terkandung dalam cambuk itu mampu membunuh siapa-pun yang berada di Noble Plane kelas bawah, apalagi jika mereka benar-benar bertarung. Sebenarnya, perbedaan kekuatan antara tingkat Plane yang lebih tinggi tidak jauh berbeda. Sementara itu orang-orang di tingkat Plane yang lebih rendah sama sekali tidak bisa berpartisipasi dalam pertempuran ini.     

Orang-orang dari kedua belah pihak mulai mundur ke suatu tempat yang jauh. Sementara yang lainnya menyaksikan dari tempat yang lebih jauh. Tidak ada yang berani mendekati mereka. Tidak lama kemudian, hanya tokoh-tokoh terkemuka yang berada disana. Bahkan Xue Ye dan Luo Fan juga ikut mundur.     

"Adik Kedua, ada apa ini?" sebuah suara terdengar dari suatu tempat yang jauh. Kerumunan orang di sekitarnya hanya bisa mendengar suara dari hembusan angin. Kemudian mereka merasakan sebuah aura yang sangat tajam. Satu sosok yang tampak biasa namun terlihat perkasa berdiri di udara. Dia adalah Sword Saint.     

"Kakak Senior, beberapa orang kini bertingkah sombong. Aku akan mengurus mereka," ujar Zhuge Hui, sambil tersenyum pada Sword Saint. Nada suaranya terdengar biasa-biasa saja seolah-olah Qin Yu, sang putra mahkota dari Dinasti Qin, tidak berarti apa-apa baginya.     

"Baiklah, aku akan membantumu." Sword Saint mengangguk. Aura pedang besar memenuhi udara. Para kultivator kuat mengeluarkan aura mereka. Dengan medan pertempuran mereka di area yang luas ini sebagai titik pusatnya, bahkan butiran-butiran salju sepertinya tidak bisa masuk ke area ini.     

Ekspresi Qin Yu terlihat tidak nyaman. Kata-kata Zhuge Hui terlalu sombong, tapi dia menjadi tidak percaya diri setelah melihat peralatan ritual itu. Kekuatannya bisa dibilang setara dengan Gu Dongliu dan Lu Nantian, tetapi Gu Dongliu adalah murid ketiga dari Pondok. Zhuge Hui adalah murid kedua.     

Kala itu, murid kedua belum terkenal seperti sekarang. Namun, Zhuge Hui memulai aksinya dengan mengagumkan di Kota Chaoge dan sejak saat itu reputasinya terus meningkat. Banyak orang yang menduga bahwa karena dia memiliki peringkat lebih tinggi dari Gu Dongliu, dia tidak mungkin lebih lemah dari Gu Dongliu, terutama dilihat dari kepercayaan dirinya.     

Jika ini masalahnya dan kedua belah pihak memiliki peralatan ritual tingkat Saint, Qin Yu benar-benar tidak punya banyak peluang untuk memenangkan pertempuran ini.     

Zhuge Hui tersenyum ke arah Qin Yu. Sambaran petir yang tak ada habisnya kini berkumpul di bagian ujung dari cambuk tersebut. Lalu Zhuge Hui mengayunkan cambuknya dengan elegan. Cambuk itu berputar dan melecut ke arah Qin Yu. Dunia langsung menjadi gelap seolah-olah petir dari hari kiamat akan menerjang ke arah Qin Yu.     

Qin Yu mendongak ke arah langit. Seekor naga meraung dan bergegas keluar dari tubuhnya. Naga itu melesat ke udara. Dia mengerahkan tombak naganya ke depan dan tiba-tiba muncul naga yang tak terhitung jumlahnya. Naga-naga itu hendak menikam Zhuge Hui. Kekuatan dari naga-naga itu mampu menghancurkan segalanya. Dengan serangan yang dikeluarkan oleh Zhuge Hui dan Qin Yu, suasana di medan pertempuran ini membuat semua orang merasa seolah-olah darah mereka bergejolak. Mereka sangat kuat.     

Mereka adalah tokoh-tokoh terkemuka di Wilayah Barren Timur. Mereka bisa mengubah kondisi langit dengan mudah.     

Cambuk itu bergerak ke depan, menghancurkan seekor naga. Serangan dari cambuk tersebut benar-benar menembus naga itu. Cambuk itu sepertinya berisi sihir petir yang mengejutkan dan kilat yang mengerikan. Serangan itu membuat semua orang kesulitan untuk melihat dan langsung menghancurkan naga tersebut.     

Sebuah bayangan berwarna ungu meledak dari cambuk Zhuge Hui. Terdapat juga cahaya berwarna putih yang mengejutkan. Serangan itu membentuk jejak cahaya di atas langit. Semua orang menyaksikan naga-naga itu mulai menghilang, dihancurkan oleh sambaran petir. Sambil mengabaikan keterkejutan semua orang, Zhuge Hui mengayunkan lengannya. Cambuk itu berputar-putar di udara. Sambaran petir penghancur menyerang ke arah Qin Yu.     

Qin Yu berdiri di tempatnya dan berteriak. Dia terdengar seperti seekor naga. Cahaya dari naga sejati menyelimutinya dan seekor naga muncul di depannya. Sambaran petir yang mengerikan itu diarahkan pada naga emas tersebut tetapi serangan itu tidak bisa menembus pertahanan milik Qin Yu.     

*Boom*. Sosok seperti peri itu berjalan di udara. Zhuge Hui berjalan di atas langit seperti seorang dewi. Dia bermandikan cahaya listrik. Sebuah kekuatan yang aneh mengalir ke arah cambuknya saat cambuk itu kembali berputar. Serangan itu diarahkan ke bawah. Cambuk itu terlihat lemah tetapi sebenarnya cambuk itu seperti senjata paling tajam di dunia.     

Tubuh Qin Yu bercahaya dan melesat seperti kilat. Dia langsung menuju tubuh Zhuge Hui. Dinasti Qin berspesialisasi pada seni bela diri. Jika dia bisa mendekati Zhuge Hui, kemungkinannya untuk menang akan meningkat.     

Zhuge Hui menyeringai ketika melihat tindakan Qin Yu. Cambuknya berputar dan menyelimuti seluruh area tersebut. Ekspresi Qin Yu berubah ketika dia melihat cambuk itu menukik seperti gasing yang berputar. Dia berubah menjadi seekor naga, menjadi satu dengan tombak naganya. Tubuh Qin Yu saat ini begitu tajam sehingga dia bisa memotong apa-pun. Dia melesat ke atas langit.     

"Idiot," ujar Zhuge Hui. Cambuk yang terlihat seperti sebuah pusaran itu berputar di udara seperti tornado yang mengerikan. Namun, tornado itu sebenarnya adalah badai petir dan guntur. Badai itu menghisap udara di sekitarnya. Qin Yu berada di dalam badai itu dan masih terus melesat ke atas langit.     

Zhuge Hui menarik lengannya ke belakang. Badai petir berkumpul dan dalam sekejap, sambaran petir yang tak ada habisnya itu meledak-ledak di dalam badai tersebut. Serangan itu menghancurkan segalanya dan menyegel seluruh area di dalamnya. Qin Yu tampaknya tidak menghindar dan menghadapi serangan itu secara langsung. Tombaknya berputar-putar dengan ganas dan beberapa ekor naga yang mengerikan keluar dari tombaknya. Namun, naga-naga itu langsung dihancurkan oleh badai petir tersebut.     

Ketika badai petir itu melintas, Qin Yu terjatuh dari langit. Tubuhnya tidak lagi memancarkan cahaya yang menyilaukan. Pakaiannya yang elegan kini tercabik-cabik, memperlihatkan baju zirah yang berkilauan. Baju zirah itu terlihat mengagumkan seperti sebuah peralatan ritual yang kuat. Bahkan kepala Qin Yu diselimuti oleh cahaya berkilau dari baju zirah miliknya.     

Semua orang terkejut dengan hal ini. Apa sebenarnya yang mereka temukan dari kuburan para leluhur Dinasti Qin?     

Sementara mereka berpikir, sosok cantik di atas langit itu tidak berhenti bergerak. Cambuknya kembali diarahkan pada Qin Yu. Cambuk itu terlihat seperti ular yang menari-nari, mustahil untuk dihentikan.     

*Boom* Qin Yu tidak menghadapi serangan itu secara langsung. Kali ini dia berhasil mengelak. Serangannya tidak sekuat cambuk Zhuge Hui; dia tidak bisa menggunakannya. Meskipun pergerakannya sangat cepat, cambuk itu jauh lebih cepat. Cambuk itu berhasil menyusulnya dan mengeluarkan suara gemuruh di udara. Berbagai sinar petir meledak di tubuh Qin Yu. Dia merasa sarafnya mati rasa dan dia terlempar ke belakang, wajahnya menjadi pucat pasi.     

Sejak Dinasti Qin membuka kembali makam leluhur mereka, mereka ingin mengembalikan kejayaan mereka di masa lalu. Qin Yu saat ini berdiri di posisi teratas di Wilayah Barren Timur. Dia telah menghancurkan Kerajaan Liu dengan satu kali pertempuran dan ia merasa sangat bangga. Dia telah menguasai Wilayah Barren Timur. Tetapi dalam pertempuran hari ini melawan murid kedua dari Pondok, dia sama sekali tidak bisa menangkis serangan Zhuge Hui. Hal itu sangat memalukan baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.