Legenda Futian

Lonceng Ajaib dan Burung Iblis



Lonceng Ajaib dan Burung Iblis

0Dalam pengaruh alunan musik, Ye Futian menyatukan jiwanya bersama butiran-butiran salju yang melayang turun dan seluruh bagian dari Gunung Langit. Saat ini jiwanya berada dimana-mana dan dia merasa luar biasa ketika inderanya terhadap dunia di sekitarnya semakin peka. Dia berhenti memainkan lagu tersebut.     
0

Sambil menutup kedua matanya, Ye Futian terbawa dalam konsepsi artistik ini. Dia dapat merasakan kekuatan mentalnya menjadi satu dengan alam. Selama dia menginginkannya, kekuatan mental Ye Futian bisa beresonansi dengan Spiritual Qi dari dunia ini sebagai satu kesatuan seolah-olah kekuatan mentalnya menjadi milik alam.     

"Ini Arcana Plane!" Ye Futian membuka matanya dan tersenyum. Saat dirinya memainkan musik, kekuatan spiritualnya tanpa sadar meningkat dan membuatnya naik ke Arcana Plane. Semuanya terjadi begitu saja. Dia tidak meningkatkan kultivasinya dengan sengaja. Hal itu benar-benar terjadi diluar dugaannya.     

Para kultivator lainnya juga menggambarkan Arcana Plane sebagai kesatuan antara manusia dan alam. Orang-orang di tingkat Arcana Plane dapat memperluas indera mereka melalui alam. Jika seseorang berkultivasi seni bela diri dan ilmu sihir, sebuah terobosan dalam ilmu sihir juga bisa membantu mereka membuat terobosan dalam seni bela diri.     

Ketika memikirkan hal ini, Ye Futian berhenti memainkan lagu itu untuk sementara. Setelah mencapai tahap ini, dia tentu saja ingin meningkatkan kekuatannya dalam semua aspek sehingga dia benar-benar bisa masuk ke dalam Arcana Plane. Dia mulai berlatih gerakan tinjunya. Setiap gerakan yang dia lakukan mengandung sebuah kekuatan yang mengguncang area di sekitarnya. Butiran-butiran salju yang berada di dekatnya hancur berantakan. Tidak lama kemudian, sebuah medan kekuatan yang tidak terlihat terbentuk di sekitar tubuhnya.     

Di bawah butiran-butiran salju yang terus melayang turun, terdengar rentetan suara raungan naga dan suara geraman kera dari tinjunya. Tinjunya seperti seekor naga, kekuatannya seperti seekor kera, dan kecepatannya seperti seekor roc. Ye Futian bertindak seperti seorang kaisar muda. Setiap kali dia berlatih gerakan tinju, dia akan mengaktifkan Imperial Tactics untuk membantunya meningkatkan kekuatannya.     

Perlahan-lahan, ia memfokuskan dirinya untuk berlatih, yang membuat setiap pukulannya menjadi semakin kuat. Medan kekuatan yang tidak terlihat itu beresonansi dengan dunia, kemudian sebuah tirai cahaya muncul di sekitarnya. Area di sekitarnya berubah menjadi sebuah ruang hampa dengan butiran-butiran salju yang berterbangan memenuhi ruang tersebut.     

Akhirnya, diikuti dengan suara raungan naga, Ye Futian mengerahkan tinjunya ke depan. Udara bergetar dan sebuah bayangan kera yang mengerikan muncul bersamaan dengan bayangan roc emas yang terbang. Tinju ini diarahkan ke kejauhan, menembus ruang tersebut dan mengguncang udara di sekitarnya.     

Ye Futian menghentikan latihannya dan menarik napas panjang. Tubuhnya memancarkan hawa kehadiran yang kuat. Spiritual Qi dari semua jenis elemen berputar-putar di sekitarnya seperti sebuah tirai cahaya yang menyilaukan, mengalir seperti aliran air, dan tersebar secara perlahan-lahan.     

"Wow!" Ye Futian menghembuskan napas. Baik ilmu sihir maupun seni bela dirinya telah mencapai tingkat Arcana Plane. Ketika dia memainkan lagu di Gunung Langit, kekuatan mentalnya meningkat pesat tanpa dia sadari, ternyata ia berhasil naik ke Arcana Plane. Benar-benar pengalaman yang luar biasa!     

Ye Futian menatap ke arah Yu Sheng, tidak tahu kapan dia akan bangun. Konsepsi artistik di Gunung Langit sangat cocok untuk mengkultivasi kekuatan mental. Terutama ketika dia memainkan musik, seluruh Gunung Langit ditutupi dengan Spiritual Qi yang tak ada habisnya.     

Sambil duduk di samping Yu Sheng, dia mulai memainkan lagu itu lagi. Roh Guqin muncul di hadapannya; alunan musik kembali terdengar. Perasaan luar biasa itu muncul kembali. Inderanya menjadi semakin jelas, tampaknya karena terobosannya dalam mencapai Arcana Plane. Dia dapat merasakan bahwa auranya bersatu ke dalam Spiritual Qi tanpa batas dengan bantuan musik tersebut dan semuanya saling beresonansi sebagai satu kesatuan. Kekuatan mentalnya kini berada dimana-mana, melayang turun bersama dengan butiran-butiran salju yang tak ada habisnya.     

Di puncak gunung, sang Arhat masih berjalan di sepanjang rute pendakian. Kedua matanya berubah silih berganti dari kekuatan jahat menjadi cahaya Buddha seolah-olah dia sedang berjuang melawan kekuatan iblis. Dia tidak bisa mendengar musik yang dimainkan Ye Futian. Setiap langkah yang dibuatnya terasa sangat melelahkan baginya, tetapi dia tidak menyerah.     

Tiba-tiba, sang Arhat mengerutkan keningnya dan cahaya Buddha terpancar dari matanya seolah-olah kedua matanya telah disucikan. Dia melihat Spiritual Qi yang tak berbatas berkilauan di udara. Butiran-butiran salju yang turun dari atas langit ini terbentuk dari Spiritual Qi. Dia bahkan dapat merasakan sebuah kekuatan mental yang tidak terlihat.     

"Siapa itu?" teriak sang Arhat. Suasana di tempat itu sangat sunyi. Sang Arhat merasa ragu, ia berpikir bahwa itu pasti sebuah ilusi karena rasa lelah selama pendakian.     

Pada saat ini, Spiritual Qi di atas kepalanya berkumpul dengan tak terkendali. Dalam sekejap, butiran-butiran salju tak berbatas itu berubah menjadi sebuah gunung es. Ekspresi sang Arhat langsung berubah. Setelah itu, terdengar suara gemuruh. Gunung es itu jatuh ke arahnya dengan membawa tekanan yang luar biasa.     

Sang Arhat sudah kelelahan oleh tekanan dari Gunung Langit saat mendaki. Sekarang, tekanan hebat lainnya datang kepadanya, menempatkannya dalam situasi yang sangat berbahaya. Dia berteriak dan mulai merapalkan mantra suci. Simbol-simbol Buddha muncul secara bersamaan dengan cahaya Buddha yang menyilaukan. Dia bersiap-siap untuk menyerang, tetapi tiba-tiba, muncul sebuah konsepsi artistik yang tak terlihat. Semua Spiritual Qi seolah-olah terhenti di tempatnya, bergerak dengan kecepatan yang sangat lambat. Serangannya tidak bisa terbentuk.     

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Ekspresi sang Arhat berubah. Kedua matanya yang telah disucikan mampu menyaksikan Spiritual Qi tak berbatas yang dikendalikan oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat dan bergerak sangat lambat. Kekuatan mentalnya tidak mempan dan gunung es yang mengerikan itu akan segera tiba di depannya. Dia berteriak dengan penuh amarah dan tubuhnya memancarkan cahaya Buddha yang menyilaukan. Dia mengangkat tangannya dan mengirimkan jejak telapak tangan Buddha yang mengerikan.     

*Brak* Tubuh sang Arhat terhantam dan dia terhempas ke belakang hingga menuruni gunung. Dia mengerang kesakitan dan memuntahkan darah.     

Dia merasa kesal. Siapa sebenarnya lawannya ini? Hanya tiga orang yang telah mendahuluinya. Mereka adalah Ye Futian, Yu Sheng, dan Hua Qingqing. Siapa yang baru saja menyerangnya? Jika itu mereka, bagaimana mungkin mereka bisa menggunakan Spiritual Qi dari Gunung Langit?     

Sementara dia sedang berpikir, sebuah tornado menerjang ke arahnya. Tubuhnya gemetar dan ia berdiri dari tempatnya, langsung berlari menuruni gunung. Dia bahkan tidak mengetahui identitas lawannya. Dalam kondisi seperti itu, dia hanya bisa melarikan diri.     

Ketika dia berlari menuruni gunung, butiran-butiran salju di sekitarnya mulai mencair dan kini mengejarnya. Pada saat ini, pisau-pisau berwarna emas yang tak terhitung jumlahnya menerjang ke arahnya. Dia akan dibunuh. Sang Arhat melompat dan melesat ke udara. Dia tidak naik terlalu tinggi di udara. Sebaliknya, dia terbang menukik ke bawah untuk melarikan diri.     

Tekanan di Gunung Langit semakin kuat seiring bertambahnya ketinggian. Karena itu, itu sang Arhat sudah mengambil keputusan yang tepat untuk melarikan diri ke kaki gunung, karena ia juga bisa bergerak lebih cepat dengan cara itu.     

Pisau-pisau itu diarahkan padanya. Sang Arhat berdiri dengan kokoh di udara dan mengeluarkan jejak telapak kaki berwarna emas yang berukuran sangat besar. Diikuti dengan suara ledakan yang keras, pisau-pisau tajam dan jejak telapak kaki emas itu hancur berantakan. Sang Arhat memanfaatkan kekuatan ledakan itu untuk terus melarikan diri. Dia tidak berani berhenti sampai dia merasakan butiran-butiran salju di sekitarnya kembali normal. Dia berbalik dan menatap ke arah puncak gunung. Sang Arhat tidak mengetahui siapa yang ingin membunuhnya, dia merasa kesal.     

Tiba-tiba, Spiritual Qi di sekitarnya kembali mengalir. Ekspresi sang Arhat berubah. Dia langsung berubah menjadi kilatan cahaya berwarna emas dan melarikan diri tanpa ragu-ragu. Di Gunung Langit, Ye Futian sedang memainkan lagu itu. Ekspresinya tampak serius. Tentu saja, dia adalah orang yang menyerang sang Arhat. Dia baru saja menggunakan Spiritual Qi dengan bantuan alunan musik. Namun, inderanya belum meluas hingga mencangkup seluruh area di Gunung Langit. Dia butuh waktu. Tetapi dia menyadari bahwa, melalui musik, dia bisa berkomunikasi dengan sisa-sisa dari aura kedua kaisar untuk mengendalikan seluruh area di Gunung Langit.     

Seiring waktu berlalu, semakin banyak orang yang berkumpul di kaki gunung. Cakupan indera Ye Futian juga menjadi semakin luas. Perlahan-lahan, dia bisa melihat lonceng ajaib itu dengan jelas. Lonceng emas transparan itu menyelimuti seluruh Gunung Langit seolah-olah lonceng itu sendiri adalah bagian dari gunung, menjaga Gunung Langit tanpa diketahui oleh siapapun. Namun, Ye Futian juga merasakan sebuah kekuatan jahat yang mengerikan. Dia melihat Burung Iblis itu.     

Bayangan dari Burung Iblis yang berukuran sangat besar itu membayangi seluruh gunung dari bagian bawah hingga puncak gunung. Rasanya seolah-olah Burung Iblis itu disegel di bawah Gunung Langit dan ditekan oleh lonceng ajaib itu.     

Ye Futian tahu bahwa itu bukan Burung Iblis yang asli tetapi sesuatu yang berubah dari aura Burung Iblis setelah burung itu mati dan tersegel ke dalam gunung. Yang paling mengejutkan Ye Futian adalah kepala dari Burung Iblis yang berukuran sangat besar itu berada tepat di bawah kakinya.     

"Elang kecil?" Ketika Ye Futian akhirnya mengetahui rahasia dari Gunung Langit, dia melihat elang kecilnya berada di balik kepala Burung Iblis tersebut. Elang itu dikelilingi dengan aura iblis yang mengerikan seolah-olah elang itu akan menjadi jahat dan berubah menjadi Burung Iblis.     

Dia melihat sebuah celah sempit yang menghubungkan puncak gunung dengan bagian dalam dari Gunung Langit. Sepertinya Elang Angin Hitam masuk ke bagian dalam gunung melalui celah tersebut. Pada saat ini, celah sempit itu terhalang oleh salju.     

Sebuah badai tak terlihat menembus celah itu dan membuat area di dalamnya dipenuhi dengan Spiritual Qi. Aura Ye Futian juga memasuki celah tersebut, dan kemudian dia merasakan sebuah aura yang sangat jahat. Semakin jauh dia pergi ke dalam celah tersebut, aura itu semakin bertambah kuat. Akhirnya, aura Ye Futian tiba di hadapan Burung Iblis. Ye Futian dapat merasakan bahwa aura Burung Iblis itu akan melahap auranya.     

"Elang kecil?" Ye Futian memanggilnya. Aura iblis yang tak berbatas menyelimuti Elang Angin Hitam. Elang itu kini memiliki sepasang sayap iblis yang mengerikan. Elang Angin Hitam akan berubah menjadi seekor roc iblis.     

Kedua mata elang itu menjadi terlihat sangat jahat. Jelas, itu bukanlah mata dari Elang Angin Hitam lagi. Sepasang mata iblis yang mengerikan itu menatap tajam ke depan seolah-olah elang itu bisa merasakan kehadiran Ye Futian.     

*Whoosh* Hembusan angin kegelapan yang mengerikan melintas dan langsung melahap aura Ye Futian.     

Di puncak gunung, alunan musik tiba-tiba berhenti. Ye Futian mengerang kesakitan dan wajahnya menjadi pucat. Dia berdiri dari tempatnya dan bergerak ke sebuah sudut di puncak gunung tersebut. Dia menghentakkan kaki ke arah timbunan salju di depannya dan celah sempit itu muncul dibalik timbunan salju. Ye Futian melirik celah itu dari atas dan mulai memainkan musik itu sekali lagi. Alunan musiknya beresonansi dengan dunia. Spiritual Qi tak berbatas berkumpul ke arah celah itu. Kemudian Ye Futian melangkah ke depan dan melompat ke dalam celah tersebut. Alunan musiknya masih bisa didengar. Ye Futian membawa guqin di tangannya dan langsung bergerak menuju tempat dimana Elang Angin Hitam berada. Tidak lama kemudian, dia telah tiba di hadapan Elang Angin Hitam.     

Aura iblis yang sangat mengerikan segera menyelimuti tubuhnya. Tepat di hadapannya, terdapat bayangan dari Burung Iblis raksasa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.