Legenda Futian

Pendekar Pedang



Pendekar Pedang

0Sementara keributan di Gunung Langit masih terus memanas, sang pemimpin dari Klan Donghua telah tiba di Dinasti Qin secara pribadi. Rumor mengatakan bahwa dia telah diundang oleh Raja Qin. Acara kali ini adalah pertemuan antara dua pemimpin pasukan dari tiga pasukan besar di Wilayah Barren Timur sehingga sudah jelas, pertemuan itu memiliki pengaruh yang luar biasa. Terlebih lagi, pertemuan itu dilaksanakan selama situasi sensitif seperti ini. Orang-orang di Wilayah Barren Timur pasti sedang menebak-nebak apa tujuan dilaksanakannya pertemuan itu. Mungkin hanya ada satu topik yang mengharuskan kedua pemimpin ini bertemu dan berdiskusi—menyatukan Wilayah Barren Timur.     
0

Tidak lama kemudian, Dinasti Qin juga mengundang para kultivator dari Klan Pedang Fuyun dan Kuil Royal Xuan. Sebuah berita besar sudah menyebar—Dinasti Qin telah membuka makam leluhur mereka dan mengizinkan anggota terkuat dari ketiga pasukan besar ini untuk masuk ke dalam makam tersebut.     

Ketika orang-orang mendengar berita itu, banyak dari mereka yang menyadari bahwa badai yang sesungguhnya akan menyapu Wilayah Barren Timur kapan saja. Beberapa bulan yang lalu, Dinasti Qin telah mengundang banyak pasukan di Wilayah Barren Timur untuk menghadiri sebuah pertemuan besar, namun Sword Saint muncul dan mengejutkan semua orang yang hadir. Namun, saat ini sepertinya aliansi mereka tidak akan lagi goyah.     

Tapi situasi ini juga cukup normal. Klan Pedang Fuyun dan Kuil Royal Xuan sudah menyatakan sikap mereka beberapa bulan yang lalu. Oleh karena itu, mereka hanya bisa mengikuti rencana Dinasti Qin karena mereka tidak dapat menarik kembali keputusan mereka. Di Istana Kekaisaran Qin, banyak orang sedang menghadap Qin Yu untuk melapor.     

"Apakah dia sudah turun dari gunung?" Qin Yu bertanya dengan nada serius.     

"Belum." Seseorang yang berada di hadapan Qin Yu menggelengkan kepalanya. Meskipun orang-orang dari berbagai pasukan besar telah pergi meninggalkan Gunung Langit, Qin Yu jelas tidak bisa mentolerir kematian Qin Li. Dia tetap mengirimkan beberapa kultivator yang berada di bawah Noble Plane untuk berpatroli di kaki Gunung Langit dan menunggu Ye Futian. Namun, Ye Futian sebenarnya belum turun dari Gunung Langit. Mungkin juga dia telah turun dari gunung tersebut tetapi ia mengambil rute lainnya untuk menghindari masalah. Gunung Langit terlalu luas dan mustahil bagi pasukan Qin Yu untuk mengelilingi seluruh bagian gunung tersebut.     

"Apakah orang-orang dari Klan Donghua sudah memastikan bahwa Chu Yaoyao memang memiliki kesempatan untuk membunuh Ye Futian pada saat itu?" Qin Yu bertanya dengan tatapan mata yang terlihat serius.     

Orang di depannya menjawab, "Ya. Menurut mereka, Ye Futian sudah kehilangan kemampuan untuk bertarung dan Chu Yaoyao berada disana pada saat itu."     

Qin Yu mengepalkan tangannya dan ekspresinya terlihat sangat kesal. Chu Yaoyao adalah kekasih dari Qin Li. Dia berada disana dan tentu saja ia memiliki kesempatan untuk membunuh Ye Futian, tetapi dia malah tidak melakukannya. Apakah dia hanya menyaksikan dengan tenang ketika Qin Li terbunuh?     

"Apakah Chu Yaoyao sudah turun dari gunung?" Qin Yu bertanya.     

"Sudah, dia telah kembali ke Klan Bulan dengan anggota lainnya."     

Qin Yu mengangguk dan hawa dingin terpancar di kedua matanya.     

Dia akan menunggu dan melihat apakah Chu Yaoyao dan Klan Bulan akan membuat keputusan yang bijaksana. Jika tidak, dia tidak akan keberatan untuk menghancurkan satu pasukan lagi.     

Putranya, Qin Li, tidak akan mati sia-sia.     

.…     

Tahun 10003 dari Kalender Prefektur Ilahi semakin mendekati akhir.     

Pemimpin Klan Pedang Fuyun, Han Ruoshui, telah kembali ke gunung pertama dari klan tersebut. Saat ini, dia sedang memegang sebilah pedang yang memancarkan hawa dingin ke sekitarnya. Dia menatap ke arah pedang itu, dimana dia bisa melihat bayangannya serta tatapan tajam di matanya.     

Pedang ini adalah sebuah pedang terkenal yang bernama Alkaid. Pedang ini digunakan oleh seorang pendekar pedang terbaik di Wilayah Barren Timur beberapa ratus tahun yang lalu. Tidak ada yang menyangka bahwa pedang itu akan disimpan di makam leluhur dari Dinasti Qin. Sekarang, pedang itu menjadi milik Han Ruoshui.     

Dinasti Qin ingin menghidupkan kembali kejayaannya di Wilayah Barren Timur. Dia sudah membuat beberapa janji kepada Dinasti Qin. Bahkan, dia harus membuat janji-janji itu; dia tidak punya pilihan lain.     

"Senior." Banyak orang terbang mendekat di udara dan mendarat di puncak gunung tersebut, sambil memandang ke arah Han Ruoshui.     

"Apakah dia tidak datang?" Han Ruoshui bertanya. Terdapat tujuh gunung di Klan Pedang Fuyun tetapi hanya ada enam orang yang hadir disini. Satu orang yang tidak hadir jelas adalah penguasa dari gunung ketujuh, Gu Cheng.     

Beberapa orang yang hadir memilih untuk diam. Untuk waktu yang lama, pemimpin klan mereka, Han Ruoshui, dan penguasa gunung ketujuh, Gu Cheng, telah menjadi kultivator terkuat di Klan Pedang Fuyun. Namun, Gu Cheng lebih suka menyendiri dan juga lebih suka fokus untuk berkultivasi.     

Setelah peristiwa mengenai Ye Wuchen terjadi di Dinasti Qin, hubungan antara kedua gunung ini menjadi renggang, terutama setelah Han Ruoshui mengusir Ye Wuchen dari Klan Pedang Fuyun dan memerintahkan anggota klan lainnya untuk membunuh Ye Wuchen seandainya mereka bertemu dengannya di dunia luar. Gu Cheng sangat tidak puas dengan keputusan ini.     

"Sepertinya dia sudah tidak peduli dengan klan ini," ujar Han Ruoshui tanpa ekspresi. Tepat ketika dia berbicara, tiba-tiba, Aura Pedang yang sangat tajam meledak dari gunung ketujuh. Aura Pedang itu melesat ke atas langit dan menghancurkan semua yang menghalangi jalannya.     

Banyak orang di Klan Pedang Fuyun menatap ke arah itu. Kemudian, mereka melihat satu sosok berjalan di udara dan melangkah ke dalam pedang cahaya.     

"Itu penguasa gunung ketujuh." Para murid dari Klan Pedang Fuyun tampak tercengang. Apa yang sedang dilakukan oleh penguasa gunung ketujuh?     

Han Ruoshui dan anggota klan lainnya menoleh dan melihat ke arah itu. Dia sedikit mengerutkan keningnya dan ekspresinya terlihat kesal. Di arah itu, sosok yang berdiri di udara itu mengayunkan tangannya. Tidak lama kemudian, seberkas cahaya menerjang ke arah gunung pertama.     

"Apa itu?"     

"Itu sebuah pos pedang!" seseorang berseru sambil terkejut. Sinar cahaya itu melintasi langit dan tiba di gunung pertama, terus terbang ke arah sang pemimpin, Han Ruoshui.     

Han Ruoshui mengulurkan tangannya dan meraih pos pedang tersebut. Dia menatap ke arah Gu Cheng tanpa ekspresi.     

"Gu Cheng, penguasa gunung ketujuh di Klan Pedang, ingin menantang sang pemimpin klan, Han Ruoshui." Sebuah suara yang nyaring bergema ke seluruh bagian dari Klan Pedang Fuyun. Saat ini, semua orang di klan itu tampak tercengang. Mereka tahu bahwa penguasa gunung ketujuh tidak menyukai sang pemimpin klan tetapi mereka tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi.     

"Sudah menjadi bagian dari peraturan klan kita bagi setiap anggota untuk mengirimkan pos pedang ketika ingin menantang seseorang. Namun di sisi lain, kau sudah menghinaku dengan memberiku tantangan seperti ini," ujar Han Ruoshui dengan nada serius. "Berikan aku sebuah alasan."     

"Pendekar pedang tidak akan menjadi budak bagi orang lain. Sebagai pemimpin dari Klan Pedang Fuyun, kau telah menerima keuntungan dari Dinasti Qin dan ingin menuruti perintah mereka. Kau sudah tidak pantas untuk menjadi pendekar pedang, apalagi menjadi pemimpin kami," ujar Gu Cheng dari kejauhan. Suaranya bergema hingga ketujuh gunung.     

Han Ruoshui mencibir dan berkata, "Sebagai pemimpin dari Klan Pedang Fuyun, tanggung jawabku adalah untuk memastikan bahwa klan kita aman dari bahaya yang mengancam. Dalam situasi seperti ini, jika kita bersikap keras kepala, maka klan kita akan hancur."     

"Aku lebih memilih untuk mati daripada harus menjadi budak Dinasti Qin."     

Gu Cheng berkata tanpa ekspresi, "Muridku, Ye Wuchen, telah membunuh Qin Yuan karena dia memang pantas untuk mati. Klan Pedang Fuyun lebih lemah dari Dinasti Qin. Aku tidak menentangmu karena kau telah mengusir Ye Wuchen dari klan untuk melindungi kita. Aku juga tidak memaksamu mengirim seseorang untuk membawanya kembali. Tapi sekarang, kau telah menyimpang semakin jauh dari tujuan klan ini. Daripada menjadi budak bagi orang lain dan menjalani kehidupan yang menyedihkan, mungkin sebaiknya Klan Pedang Fuyun dibubarkan saja. Seorang pendekar pedang yang memiliki pedang di hatinya juga memiliki pedang di tangannya. Seorang murid dari Klan Pedang Fuyun yang mencintai gunung tempatnya berkultivasi ada di klan ini, dan kau sudah mengusirnya. Karena itu, aku memutuskan untuk membubarkan gunung ketujuh dari Klan Pedang Fuyun."     

"Kau tidak memiliki wewenang untuk membuat keputusan itu." Han Ruoshui melangkah ke depan dan Aura Pedang miliknya melayang di udara.     

"Kita yang memiliki prinsip berbeda tidak dapat bekerja bersama. Jika aku menang, aku akan membubarkan Klan Pedang Fuyun; jika kau menang, aku mati." Gu Cheng juga berjalan ke depan. Dua sinar cahaya saling menerjang satu sama lain. Anggota Klan Pedang Fuyun yang tak terhitung jumlahnya menyaksikan pertarungan itu dan tidak bisa merasa tenang.     

Hari ini, dua kultivator paling kuat di klan mereka sedang menghadapi pertarungan hidup dan mati karena keduanya memiliki prinsip yang berbeda.     

Sebuah badai pedang yang sangat mengerikan meledak di atas langit Klan Pedang Fuyun. Keduanya berdiri saling berhadapan tetapi mereka tidak menyerang secara langsung. Mereka hanya berdiri di udara. Namun, meskipun mereka tidak melakukan apa-apa, muncul Aura Pedang yang seolah-olah menghancurkan bumi dan menekan dari atas langit. Sambil menahan tekanan dari aura pedang itu, banyak orang merasa seolah-olah tubuh mereka akan tercabik-cabik.     

Keduanya berdiri tanpa bergerak sedikit-pun di udara, tetapi rasanya seolah-olah mereka sudah bertarung berkali-kali. Mereka saling menatap dengan serius dan keduanya terlihat sangat fokus. Meskipun keduanya tidak bergerak, mata mereka tampaknya dipenuhi dengan pantulan bilah pedang.     

Akhirnya, dua bayangan muncul di atas langit, saling menerjang satu sama lain. Dua bayangan itu bercahaya dan tidak lama kemudian bayangan itu menghilang. Di atas langit Klan Pedang Fuyun, sepertinya keduanya sama sekali tidak bergerak. Namun, tiba-tiba, seberkas Aura Pedang yang mengerikan terbentuk di langit dan berubah menjadi seberkas cahaya, melesat ke salah satu gunung. Dalam sekejap, puncak gunung itu bersinar dengan cahaya yang menyilaukan. Sebuah retakan muncul di tengah-tengah puncak gunung itu dan seberkas cahaya memotong gunung itu menjadi dua bagian secara langsung.     

Orang-orang dari berbagai gunung memandang ke arah gunung itu. Pedang cahaya yang berada di bagian tengah gunung tidak menghilang, seolah-olah pedang cahaya itu akan berada disana selamanya. Kemudian, mereka mengangkat kepala dan memandang ke arah dua orang yang saling berhadapan itu.     

Beberapa orang menyadari bahwa lengan Han Ruoshui gemetar. Darah mengalir turun dari lengannya ke pedangnya yang sangat terkenal, Alkaid, yang berkilauan dengan cahaya.     

"Kau kalah," ujar Han Ruoshui.     

Gu Cheng melirik ke arah pedang di tangan Han Ruoshui dan menghela napas. "Aku tidak kalah. Kau memang tidak pantas menjadi pemimpin klan kita." Setelah dia selesai berbicara, banyak sinar dari Aura Pedang meledak dari setiap bagian tubuh Gu Cheng.     

Kemudian, semua orang menyaksikan ketika tubuh Gu Cheng langsung dihancurkan oleh Aura Pedang tersebut. Seberkas cahaya naik ke atas langit dan melesat ke kejauhan seperti sambaran petir.     

"Dia sudah mati." Semua orang menghela napas.     

Lalu apa arti dari seberkas cahaya yang barusan melintas?     

Han Ruoshui melirik ke kejauhan dan tidak mengejar cahaya itu. Setelah berbalik, dia berjalan menuju istana di gunung pertama, tetap tidak mengatakan apa-pun di sepanjang jalan. Darah terus mengalir di lengannya dan menetes dari atas langit.     

…     

Di lereng Gunung Langit, beberapa orang sedang berkultivasi diantara salju. Ye Wuchen sedang duduk bersila dan Aura Pedang mengitari tubuhnya. Liu Chenyu dan Liu Feiyang juga berada di sampingnya. Tiba-tiba, Ye Wuchen membuka matanya dan menatap ke kejauhan.     

Ketika ia menyadari napas Ye Wuchen yang tidak biasa, Liu Chenyu menatapnya dan bertanya dengan lembut, "Ada apa?"     

"Aku tidak bisa menenangkan diri. Seolah-olah ada sesuatu yang memanggil dan mendekatiku. Aku punya firasat buruk," jawab Ye Wuchen.     

"Tidak usah berpikir terlalu berlebihan," desak Liu Chenyu.     

Ye Wuchen menatapnya. Sambil membelai rambut Liu Chenyu yang indah dengan tangan kanannya, dia menjawab, "Baiklah."     

"Mengapa dia belum kembali? Yi Xiaoshi pergi untuk menemui Ye Futian dan sekarang ia juga menghilang. Aku ingin tahu apakah dia telah berhasil menemuinya," ujar Liu Feiyang. Ye Wuchen menatap ke arah puncak Gunung Langit. Samar-samar, dia merasa bahwa Ye Futian telah mencapai puncak gunung dengan selamat.     

"Tidak usah khawatir. Lebih baik kita tunggu saja." Ye Wuchen berdiri dari tempatnya dan berjalan di tanah yang bersalju. Dia pergi ke depan sebuah tebing dan menatap ke kejauhan, ia merasa gelisah. Perasaan itu juga perlahan-lahan menjadi semakin kuat.     

Di kejauhan, seberkas cahaya menyilaukan melintasi langit dan menerjang ke arah Gunung Langit dengan kecepatan yang luar biasa. Ye Wuchen, yang berdiri disana, tiba-tiba merasa hatinya berdebar kencang. Kemudian, dia melihat sebuah pedang cahaya menerjang ke arahnya.     

"Hati-hati!" Liu Chenyu berteriak. Namun, Ye Wuchen tidak menghindar. Cahaya itu langsung masuk ke dalam pikirannya. Dalam sekejap, sebuah gelombang dari Aura Pedang yang mengerikan meledak dari tubuhnya.     

"Wuchen!" Wajah Liu Chenyu menjadi pucat saat dia berlari ke arah Ye Wuchen. Liu Feiyang juga terkejut. Namun, tiba-tiba, sebuah suara bergema dari tubuh Ye Wuchen. "Wuchen, ingatlah, seorang pendekar pedang tidak bersikap sombong maupun sembrono. Seorang pendekar pedang harus berani dan tidak takut apa-pun. Seorang pendekar pedang tidak pernah mengubah tujuannya dan selalu menyerang ke depan!" Ini adalah pesan yang disampaikan oleh guru Ye Wuchen, penguasa gunung ketujuh di Klan Pedang Fuyun, kepadanya pada hari pertama dia menjadi murid disana. Hari ini, kata-kata yang sama kembali terdengar di Gunung Langit.     

Ketika mendengar suara ini, setetes air mata mengalir dari mata Ye Wuchen dan menetes ke tanah yang bersalju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.