Legenda Futian

Perbincangan di Pondok



Perbincangan di Pondok

0Di Ibukota Divine, Gunung Buku terlihat sangat ramai saat ini.     
0

Tuan Du dari Pondok telah kembali.     

Meskipun murid-murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur tidak mengetahui banyak hal tentang Tuan Du, hal itu tidak mempengaruhi reputasi dari Tuan Du, lelaki tua yang dirumorkan tidak mengetahui cara untuk berkultivas. Karena ketiga murid pertama dari Pondok sangat kuat, fakta itu menunjukkan betapa luar biasanya guru mereka.     

Mungkin beberapa orang akan berpikiran bahwa Tuan Du hanya mengalami keberuntungan dan semua muridnya kebetulan sangat berbakat. Ini adalah sebuah fakta, tetapi mengapa sejak awal dia harus mendapatkan murid-murid seperti ini? Dan mengapa murid-murid dari Pondok dengan sukarela bergabung dengannya? Hal ini saja sudah cukup untuk membuat orang-orang memikirkan kembali pendapat mereka sebelumnya.     

Kala itu ketika Sword Saint menjadi terkenal, banyak orang mendambakan posisi murid di Pondok. Kemudian, Gu Dongliu juga menjadi terkenal dan nama Pondok mengguncang seluruh Wilayah Barren Timur, menarik perhatian semua orang. Sekarang, setelah pertempuran antara murid kedua Pondok dan Qin Yu di Gunung Langit, tempat istimewa di Gunung Buku ini sudah menjadi legenda. Bahkan para anggota dari Perguruan Tinggi Barren Timur merasa penasaran, tempat seperti apakah Pondok yang misterius itu.     

Jelas, tidak ada yang istimewa dari tempat itu sendiri. Ye Futian dan kelompoknya berjalan ke atas Gunung Buku. Sementara itu, Zhuge Hui, Gu Dongliu dan murid lainnya yang telah mendengar berita itu keluar untuk menyambut mereka.     

"Kakak kedua, kakak ketiga," teriak Ye Futian, sambil tersenyum. Keduanya mengangguk sebagai balasan. Namun, kakak kedua hanya menatap ke arah Tuan Du. Kedua matanya yang biasanya terlihat bahagia kini tampak merasa bersalah ketika dia berkata dengan lembut, "Guru, anda telah meninggalkan kami begitu lama. Sekarang akhirnya anda telah kembali."     

Lelaki tua itu tersenyum dan berkata, "Nak, aku kembali karena aku tahu bahwa kau akan merindukanku."     

"Engg..." Meskipun Ye Futian sudah mengetahui dalam perjalanan mereka kembali ke Gunung Buku bahwa Tuan Du akan memanggil kakak kedua seperti ini, ia masih merasa agak aneh ketika Tuan Du benar-benar memanggil kakak kedua seperti itu tepat di hadapannya.     

"Guru mengetahui bahwa saya merindukan anda? Meskipun anda berada disini sekarang, apakah anda akan kabur lagi suatu hari nanti?" Kakak kedua memandang ke arah gurunya dengan tatapan mata penuh kecurigaan.     

"Bahkan jika aku akan pergi lagi, aku akan pergi dengan cara yang benar. Apa yang kau maksud dengan 'kabur'?" Lelaki tua itu kemudian menatap ke arah Gu Dongliu dan berkata, "Tiga, bagaimana menurutmu?"     

"Guru, apa-pun yang anda katakan memang benar adanya." Gu Dongliu mengangguk dengan serius.     

"Ya, aku merasa kau memang cocok denganku, tidak seperti seorang gadis yang kukenal... Huh, dia bahkan tidak patuh seperti beberapa gadis lain di dunia luar." Lelaki tua itu menggelengkan kepalanya dan menghela napas, setelah itu dia berjalan ke depan dengan sikap sombong.     

"Guru, saya hanya merasa khawatir bahwa anda akan meninggalkan kami disini lagi." Zhuge Hui berjalan mendekati Tuan Du dan meraih lengannya.     

"Itu lebih baik," Lelaki tua itu mengangguk puas.     

Kakak kedua mengangkat kepalanya dan menyadari bahwa Xue Ye dan Luo Fan sedang menatapnya. Sambil tersenyum, dia meletakkan tangannya di sabuknya dan berkata, "Apa yang sedang kalian lihat? Pergilah dan masak makanan yang enak untuk guru."     

Keduanya langsung merinding ketakutan. Setelah mereka kembali dari Gunung Langit, kakak kedua selalu menambahkan isyarat di setiap tindakannya: yaitu menyentuh sabuknya. Tindakan ini memang menakutkan.     

"Guru, kakak kedua, mohon tunggu sebentar. Saya akan pergi dan langsung memasak," ujar Luo Fan tanpa ragu-ragu. Kemudian, dia dengan cepat pergi dari tempat itu.     

Ye Futian memutar matanya. Kakak kedua meraih lengan guru mereka seperti gadis kecil, sementara kakak ketiga yang sombong berdiri di samping guru mereka dengan tenang. Dari pemandangan itu, status dari guru mereka di Pondok sudah dapat terlihat dengan jelas. Sepertinya apakah dia bisa memiliki kehidupan yang bahagia di masa depan akan sangat bergantung pada guru mereka ini.     

Ketika memikirkan tentang hal ini, Ye Futian membelalakkan matanya pada Yi Xiaoshi yang berada di sampingnya. Karena ulah Yi Xiaoshi, guru mereka memiliki kesan pertama yang buruk terhadap Ye Futian. Dia berharap bahwa guru mereka tidak akan mempermasalahkan kejadian itu. Yi Xiaoshi sendiri, tampaknya tidak memperhatikan Ye Futian ketika dia terus berjalan ke depan tanpa mengatakan apa-apa.     

Kelompok itu tiba di sebuah gubuk, dimana Luo Fan dan Xue Ye sedang sibuk memasak. Guru mereka duduk di tempatnya, dan kakak kedua juga duduk di sebelahnya. Kakak ketiga masih berdiri sehingga Ye Futian dan yang lainnya jelas tidak berani untuk duduk.     

"Kenapa kalian semua menatapku? Duduklah." Lelaki tua itu membelalakkan matanya pada semua orang.     

"Baik guru." Kakak ketiga mengangguk dan duduk di tempatnya. Baru setelah itu murid-murid lainnya mengikuti.     

"Guru, ketika anda tidak berada disini, saya merekrut seorang murid secara pribadi, namanya adalah Futian. Anda juga telah bertemu dengannya. Yu Sheng adalah teman baik Futian dan sedang membantu kami menebang kayu di Pondok. Loulan Xue adalah pelayan Futian sekaligus memenuhi kebutuhannya selama di Pondok," ujar Gu Dongliu.     

"Baik." Lelaki tua itu mengangguk. Sambil tersenyum, dia memandang ke arah Ye Futian dan Luolan Xue dan berkata, "Nak, kau benar-benar tahu cara menikmati dirimu sendiri."     

"Guru, waktu itu saya sebenarnya tidak ingin menyetujui Loulan Xue menjadi pelayan saya. Namun, kakak-kakak senior mengatakan bahwa bahwa anda dapat kembali ke Pondok kapan saja. Oleh karena itu, saya memintanya untuk tinggal disini sehingga jika anda membutuhkan sesuatu, anda dapat meminta bantuannya," ujar Ye Futian, sambil tersenyum.     

"Kau mulai memikirkan kepentinganku bahkan sebelum bertemu denganku secara langsung. Kau sungguh berbakti." Lelaki tua itu tersenyum dan menatap ke arah Ye Futian.     

"Hal itu sudah menjadi kewajiban saya. Kakak kedua dan kakak ketiga memberitahu saya bahwa sebagai murid dari Pondok, hal yang paling penting adalah menghormati guru. Mereka sering mengingatkan saya untuk menunjukkan rasa hormat kepada anda ketika saya bertemu dengan anda secara langsung," Ye Futian melanjutkan, sambil tersenyum. Meskipun Tuan Du tersenyum dan terlihat sangat ramah, Ye Futian merasa bahwa Tuan Du bisa menebak jalan pikirannya, membuatnya merasa stres.     

"Luar biasa." Luo Fan yang sedang memasak memandang ke arah Ye Futian dengan kagum. Ketika Ye Futian mengatakan hal ini, dia juga memuji kakak kedua dan kakak ketiga sekaligus.     

Yi Xiaoshi juga menarik napas dalam hati. Dia belum mempelajari keterampilan yang dimiliki oleh Ye Futian.     

"Adik Junior benar. Di Pondok, selain Xing'er, adik junior selalu menjadi murid yang paling patuh," ujar kakak kedua, sambil tersenyum.     

"Kakak kedua, kau memang yang terbaik!" Ye Futian merasa terharu.     

Lelaki tua itu mengangguk dan berkata, "Baru-baru ini situasi di Wilayah Barren Timur tidak begitu damai. Nak, bukankah aku sudah memperingatkanmu agar tidak sembarangan bertarung di dunia luar?"     

"Guru, saya juga tidak mau bertarung, tetapi seseorang benar-benar sudah bertindak keterlaluan, jadi saya harus bertarung. Ditambah lagi, jika kita tidak melakukan tindakan, mereka mungkin akan langsung mengirimkan pasukan kemari. Karena anda tidak peduli tentang masalah ini, apa lagi yang bisa saya lakukan?" ujar kakak kedua, merasa menjadi pihak yang disalahkan dari masalah ini. Mungkin kita hanya bisa melihat sisi kakak kedua yang seperti ini ketika berada di hadapan guru, pikir Ye Futian dalam hati.     

Lelaki tua itu menghela napas dan berkata, "Cobalah untuk tidak bertarung lagi."     

"Baik." Zhuge Hui tersenyum dan mengangguk.     

"Guru, saat ini situasi di Wilayah Barren Timur sangat kacau. Dinasti Qin sangat ambisius dan telah membuka makam leluhur mereka. Sekarang, mereka bahkan mengundang Klan Donghua, Klan Pedang Fuyun, dan Kuil Royal Xuan untuk memasuki makam itu dan berkultivasi di dalamnya. Jika Dinasti Qin benar-benar memimpin berbagai pasukan di Wilayah Barren Timur dan datang kemari, apa yang harus kita lakukan?" Gu Dongliu bertanya. Di masa lalu, guru mereka tidak hadir sehingga dia dan Zhuge Hui yang mengatur semuanya di Pondok dan membuat keputusan sendiri. Sekarang guru mereka sudah kembali jadi Gu Dongliu jelas harus meminta pendapat guru mereka.     

"Aku bahkan tidak mengerti mengapa mereka bertarung untuk menguasai tempat seperti Wilayah Barren Timur." Lelaki tua itu menggelengkan kepalanya. "Ketika aku berada di dunia luar, aku mendengar bahwa Kerajaan Liu telah hancur. Futian, beberapa keturunan dari Kerajaan Liu adalah teman baikmu bukan? Apakah mereka dua orang yang bersamamu di Gunung Langit?"     

"Benar, Feiyang dan Chenyu adalah teman saya. Saya mengenal mereka sebelum bergabung dengan Pondok." Ye Futian mengangguk.     

"Sungguh menyedihkan." Lelaki tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kekuasaan dan ambisi selalu membutakan manusia. Di masa lalu, aku telah memperingatkan kalian bahwa karena kekuatan yang kalian miliki, kalian pasti ingin membunuh dan semakin menginginkan banyak hal. Di masa depan, kalian harus selalu mengingatkan diri kalian sendiri bahwa semakin kalian bertambah kuat, maka kalian juga harus berusaha lebih keras untuk menjaga pribadi kalian yang sebenarnya."     

"Baik," semua orang mengangguk. Ketika mereka bergabung dengan Pondok, guru mereka sudah mengingatkan mereka tentang hal ini. Kali ini dia mungkin sedang menceritakannya pada Ye Futian.     

"Dongliu, aku menekankan hal ini padamu. Kau terlalu kritis dan semena-mena," ujar lelaki tua itu kepada Gu Dongliu. "Kau harus belajar dari kakak tertuamu."     

"Selama bertahun-tahun, saya telah pergi ke Gunung Sword Saint secara teratur untuk belajar darinya," Gu Dongliu mengangguk. "Namun, saya masih merasa bahwa jika kita menghadapi pasukan seperti Dinasti Qin, pasukan yang tega membunuh orang lain hanya untuk memuaskan keinginan mereka sendiri, kita perlu menghentikan mereka dengan cara menghancurkan mereka."     

"Jika kau sedikit lebih kuat, aku menebak bahwa kau akan langsung pergi ke Dinasti Qin, bukan?" tanya lelaki tua itu, sambil menatap ke arah Gu Dongliu. Gu Dongliu tetap diam. Terlalu banyak ketidakadilan di dunia ini dan tidak mungkin baginya untuk ikut campur dalam setiap masalah. Kerajaan Liu tidak memiliki hubungan khusus dengan Pondok, dan apa yang terjadi pada mereka tidak ada hubungannya dengan Pondok. Namun, kehancuran mereka terjadi tepat di depan mata semua orang dan terlebih lagi, hal itu mempengaruhi para murid dari Pondok secara negatif. Oleh karena itu, keinginan membunuh mulai muncul dalam pikiran Gu Dongliu. Karena itu, ketika Qin Ge, seorang pangeran dari Dinasti Qin, datang ke Gunung Buku untuk mengambil Ye Wuchen, Gu Dongliu langsung membunuh semua orang dari Dinasti Qin. Ini adalah keputusannya.     

"Pendapatmu cukup masuk akal, untuk menghentikan tindakan membunuh mereka yaitu dengan cara membunuh mereka. Aku tidak mengatakan bahwa pendapatmu salah. Namun, orang-orang yang telah memutuskan untuk melenyapkan Kerajaan Liu masih menjadi petinggi di Dinasti Qin. Dalam setiap pasukan, terdapat berbagai macam tipe orang. Misalnya, setiap anggota Dinasti Qin memiliki keluarga dan anak-anaknya sendiri. Jika kita menghancurkan seluruh dinasti mereka, berapa banyak orang tak bersalah yang akan mati? Apa bedanya hal tersebut dengan kehancuran dari Kerajaan Liu?"     

Lelaki tua itu tampaknya menjadi lebih serius. Dia melanjutkan kata-katanya dengan nada serius, "Jika suatu hari nanti, kau dapat membunuh siapa-pun dengan pedang di tanganmu, dan kau akan menumpas ketidakadilan yang kau temui dengan cara membunuh pihak yang bersalah, berapa banyak darah yang akan menodai tanganmu?"     

"Selain itu, bahkan jika kau mampu menghancurkan Dinasti Qin, akan ada Dinasti Qin kedua di masa depan. Dunia kultivasi selalu seperti ini. Dia yang mendapatkan kekuasaan akan semakin menginginkan banyak hal lainnya. Menghentikan tindakan membunuh mereka dengan cara membunuh mereka tidak akan pernah mengubah apa-pun."     

"Guru, karena itu anda selalu mengajarkan kami bahwa manusia tidak dapat diprediksi. Satu-satunya orang yang dapat mengubah semua ini adalah seseorang yang menetapkan peraturan," ujar Gu Dongliu.     

"Aku baru saja kembali. Jangan membicarakan topik yang serius seperti ini. Lima, apakah makanannya sudah siap?" teriak lelaki tua itu, sambil tersenyum.     

"Makanan sudah siap. Guru, anda harus makan dulu." Luo Fan dan Xue Ye mulai menyajikan hidangan.     

"Guru, makanlah lebih banyak." Zhuge Hui membantu sang guru mengisi mangkuknya, sementara Beitang Xing'er juga melayani guru mereka.     

Setelah mendengar percakapan antara guru dan kakak ketiga, Ye Futian memikirkan banyak hal di benaknya. Dinasti Qin bertindak seperti ini karena orang-orang yang menetapkan peraturan dalam Dinasti Qin juga melakukan hal yang sama.     

Menurut kitab-kitab kuno, 300 tahun yang lalu Prefektur Divine dari Timur benar-benar berada dalam kekacauan. Perdamaian akhirnya kembali setelah Donghuang Agung dan Kaisar Ye Qing menyatukan dunia. Banyak sekolah dan akademi dibangun di berbagai tempat. Itulah sebabnya kampung halamannya, Kota Qingzhou, memiliki Akademi Qingzhou. Namun, meski begitu, Akademi Qingzhou dan Akademi Donghai dipenuhi oleh orang-orang dengan berbagai ambisi yang egois. Gu Mu dari Akademi Qingzhou dan Sekolah Emperor Star di Akademi Donghai semuanya seperti ini.     

Bagaimanapun juga, para kaisar sejati tetaplah orang-orang yang dapat mempengaruhi dunia ini. Sekarang, sang guru telah mendirikan Pondok di Wilayah Barren Timur yang hanya memiliki beberapa orang murid. Mungkin, dia mencoba untuk mendirikan sebuah tempat yang berbeda dari yang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.