Legenda Futian

Istri



Istri

0 Gunung Buku, Pondok Perguruan Tinggi Barren Timur.     
0

Di puncak gunung yang dikelilingi oleh deretan awan, terdapat sepetak rumput berwarna hijau zamrud, dimana satu sosok berwajah tampan duduk dengan tenang disana. Disampingnya, terdapat tumpukan buku. Saat ini, sosok itu sedang membaca buku dengan tenang.     

Di atas sebongkah batu berukuran besar tidak jauh di belakangnya, seorang Tetua sedang berbaring dengan tenang. Dia sedang memegang botol anggur di tangannya, yang sesekali dia minum. Dia terlihat sangat santai. Sudah jelas, dua orang itu adalah Ye Futian dan gurunya, Tuan Du. Setelah selesai membaca buku tersebut, Ye Futian menutup matanya. Tidak lama kemudian, Spiritual Qi di sekitarnya beresonansi. Hembusan angin bertiup di atas langit dan suasana menjadi tegang. Diiringi oleh suara-suara yang menusuk telinga, beberapa pedang angin yang tajam muncul di atas langit dan terjalin secara berantakan. Pedang-pedang itu melesat ke depan dan bahkan langit itu sendiri tampaknya ikut terjerat. Lebih menakjubkan lagi, pedang-pedang angin yang menerjang ke depan perlahan-lahan bergabung, pada akhirnya membentuk sebuah garis lurus.     

*Boom* Terdengar sebuah suara yang keras. Sebuah gunung di kejauhan terbelah menjadi dua bagian tepat di bagian tengah. Retakan yang terbentuk sangat tipis dan hampir tidak terlihat. Sihir elemen angin barusan memiliki serangan setajam pedang.     

Ye Futian membuka matanya, setelah itu dia mulai membaca buku yang lain.     

"Guru, adik junior, waktunya makan!" seseorang berteriak dari kejauhan. Ye Futian meletakkan buku tersebut dan menoleh. Dia melihat Beitang Xing'er berjalan ke arahnya dengan membawa bekal makan siang. Lelaki tua di atas batu berukuran besar itu berdiri. Sambil tersenyum, dia berkata, "Enam, makanan enak seperti apa yang kau bawa hari ini?"     

"Guru, sebaiknya anda melihatnya sendiri." Beitang Xing'er melompat ke atas batu tersebut dan membuka bekal makan siang mereka. Kemudian, dia mengeluarkan nasi dan hidangan makan siang yang dibawanya. Dalam sekejap, aroma makanan langsung menyebar kemana-mana. Ye Futian juga berdiri dari tempatnya dan mendekati Beitang Xing'er, ia merasa lapar.     

Lelaki tua itu melirik ke arah Ye Futian dan berkata dengan nada malas, "Siapa yang menyuruhmu untuk berhenti?"     

"Guru, saya sudah berlatih cukup lama dan saat ini saya merasa sangat lapar," ujar Ye Futian, merasa diperlakukan tidak adil oleh gurunya. "Selain itu, saya hampir selesai mempelajari semua sihir dari buku-buku tersebut."     

"Oh, Xing'er, setelah makan siang pergilah ke Gua Buku dan ambil beberapa buku sihir lagi untuk kultivasi adik juniormu," ujar lelaki tua itu, sambil menyeringai.     

"Ditambah lagi?" Ye Futian berbicara dengan wajah cemberut. "Guru, sihir-sihir ini sangat biasa dan tidak terlalu berguna. Selain itu, mereka tidak terlalu sulit untuk dipelajari."     

"Hei bocah, memangnya kau tahu apa? Membaca buku adalah salah satu cara untuk berkultivasi. Cara ini bisa membuatmu menemukan jati dirimu yang sebenarnya. Seperti kata pepatah, makna dari sebuah buku akan menjadi jelas jika kau membacanya ratusan kali. Kau hanya mengetahui beberapa jenis sihir sejauh ini, namun kau mengatakan bahwa sihir-sihir ini tidak berguna. Karena kau telah memutuskan untuk menjadi seorang penyihir, setidaknya kau harus menguasai 3.000 jenis sihir. Jika tidak, jangan menyebut dirimu sendiri sebagai murid dari Pondok," ujar Tuan Du tanpa ekspresi, tetapi tangannya sudah mulai bergerak.     

Saat dia makan dan minum, dia kembali melanjutkan kata-katanya, "Ini adalah kesempatan langka bahwa aku memutuskan kembali ke Pondok, dan aku malah menggunakan seluruh waktuku untuk membantumu berkultivasi. Kau tidak tahu betapa iri-nya kakak-kakak seniormu."     

"Guru, saya bersedia memberikan kesempatan ini kepada mereka." Ye Futian seperti akan menangis. 3.000 sihir? Lebih baik aku mati saja! Apakah lelaki tua ini akan menyuruhku untuk mengkultivasi semua sihir yang ada di Gua Buku?     

Aku akan mati.     

Balas dendam... ini pasti balas dendam!     

"Tidak bisa. Kau adalah murid yang paling muda. Aku telah mengajari semua kakak seniormu sebelumnya, jadi aku tidak boleh pilih kasih. Aku adalah seorang pria yang memiliki prinsip," ujar lelaki tua itu dengan nada serius.     

"Tidak apa-apa Guru. Saya tidak keberatan," ujar Ye Futian.     

"Baiklah kalau begitu. Enam, di masa depan kau akan menyalin buku dengannya. Setelah kakak keempatmu mulai menyalin buku, dia telah mempelajari berbagai macam sihir. Kupikir itu sangat berguna," ujar lelaki tua itu dengan santai.     

"Guru, saya mengaku salah. Saya akan terus mengkultivasi sihir," Ye Futian memelas. Beitang Xing'er terkekeh, terlihat sangat menawan. Dia memandang ke arah Ye Futian dan berkata, "Adik junior, kemarilah dan makan bersama kami. Makananmu mulai dingin.     

"Terima kasih, kakak Xing'er." Ye Futian merasa terharu. Dua kakak perempuannya itu sangat baik padanya.     

"Adik junior, kau harus berhenti mengeluh. Kakak kedua dan kakak ketiga berharap bahwa guru dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengajari mereka." Beitang Xing'er berbicara sambil menyajikan makan siang milik Ye Futian. Sambil tersenyum lembut, dia melanjutkan, "Kau hanya bisa menjadi penyihir sejati setelah mempelajari berbagai macam sihir sehingga kau dapat menggabungkan mereka menjadi sebuah sihir yang kuat. Kau sangat berbakat dalam semua elemen, jadi kau harus memanfaatkan bakatmu dengan baik. Ketika kau berhasil memahami semua jenis sihir, kau dapat melakukan apa-pun yang kau inginkan. Kau bisa mengeluarkan sihir hanya dengan menggunakan pikiran."     

"Dengarkan nasihat kakakmu. Kau tidak lagi muda. Aku benar-benar penasaran bagaimana caramu berkultivasi di masa lalu. Xing'er berusia lebih muda darimu tetapi dia mengetahui lebih banyak hal. Kau benar-benar menyedihkan. Untungnya, kau telah bertemu denganku," ujar Tuan Du sambil meneruskan makan siangnya. Ye Futian tidak bisa berkata-kata. Baru saja, Tuan Du memanggilnya 'bocah', dan sekarang dia berkata bahwa Ye Futian tidak lagi muda.     

"Saya hanya mengulangi apa yang telah anda ajarkan pada saya," ujar Beitang Xing'er.     

Ye Futian menghela napas. Dia merasa tidak beruntung karena dia memiliki guru seperti ini.     

"Guru." Dari kejauhan, Yi Xiaoshi juga berjalan mendekat. Ketika menyadari bahwa Ye Futian dan guru mereka sedang makan bersama, dia memandang ke arah Ye Futian dengan tatapan iri. Tampaknya memang benar bahwa orang-orang gemuk selalu dikucilkan.     

"Bocah gemuk, ada apa?" lelaki tua itu bertanya.     

*Uhuk* *uhuk* Ye Futian batuk-batuk dan melirik ke arah Yi Xiaoshi. Julukan ini sangat menarik.     

Yi Xiaoshi membelalakkan matanya ke arah Ye Futian. Dia telah dibawa ke Pondok ketika dia masih muda, dan sejak itu sang guru memanggilnya dengan sebutan 'bocah gemuk'. Apa yang bisa dia lakukan? Apakah itu salahnya jika dia menjadi gemuk?     

"Guru, Dewi Wangyue telah membawa murid-murid dari Klan Bulan kemari. Dia ingin bertemu dengan anda," ujar Yi Xiaoshi.     

"Bukankah kakak tertuamu juga datang kemari?" lelaki tua itu bertanya.     

"Tidak. Sepertinya kakak pertama telah kembali ke Gunung Sword Saint untuk bersiap-siap," jawab Yi Xiaoshi. Pada saat ini, situasi di Wilayah Barren Timur sangat tidak stabil, bahkan Gunung Sword Saint menjadi tidak aman. Karena itu, ia tentu saja harus mengumpulkan semua anggotanya. Gunung Buku tidak diragukan lagi adalah tempat yang paling aman. Baik Pondok maupun Perguruan Tinggi Barren Timur berada di gunung ini. Satu-satunya tempat yang tidak berani diserang oleh Dinasti Qin adalah Gunung Buku. Kalau tidak, mereka sudah melakukan serangan sejak lama. Mereka jelas tidak begitu percaya diri untuk menyerang Gunung Buku secara langsung.     

Di samping mereka, kedua mata Ye Futian berbinar. Dewi Wangyue telah membawa semua murid dari Klan Bulan kemari, jadi sesuatu yang buruk pasti telah terjadi di Klan Bulan. Guru mereka itu memang memiliki prediksi yang akurat; Dinasti Qin benar-benar menyerang Klan Bulan. Namun, karena kakak pertama telah menyerang secara tiba-tiba disana, Dinasti Qin pasti telah menderita kerugian besar kali ini. Klan Bulan sudah hadir disini, jadi dapat dipastikan bahwa Jieyu juga datang.     

"Saya sudah kenyang. Guru, saya akan pergi kesana dan melihat kondisi mereka." Ye Futian bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.     

"Apakah kultivasimu sudah selesai?" lelaki tua itu berteriak.     

"Guru, anda mengatakan sesuatu?" Ye Futian menjawab, tapi dia sudah pergi sangat jauh.     

'Huh, ternyata cukup mudah. Bukankah anda sendiri yang mengatakan bahwa anda tidak tahu cara berkultivasi? Kalau begitu kejar aku kalau bisa!'     

"Lihatlah betapa dia lebih mementingkan kekasihnya daripada gurunya. Mengapa kakak ketigamu merekrut murid seperti itu untukku?" ujar lelaki tua itu, tak mampu berkata-kata.     

"Saya setuju dengan pendapat anda. Saya rasa adik junior harus mendapat hukuman." Yi Xiaoshi semakin memperburuk suasana.     

"Baiklah. Bocah gemuk, kau bisa berkultivasi bersamanya," ujar lelaki tua itu dengan santai. Yi Xiaoshi langsung berhenti berbicara.     

"Suruh kakak keduamu untuk pergi menemui mereka. Aku akan pergi mengobrol dengan seniorku," ujar lelaki tua itu, kemudian dia berbalik dan pergi. Yi Xiaoshi mengangguk dan kembali ke tempatnya.     

Di pintu masuk Gunung Buku, alun-alun itu dipenuhi dengan banyak wanita cantik. Terdapat begitu banyak wanita cantik yang menawan, bahkan pintu masuk ke Gunung Buku terhalang oleh wanita-wanita cantik ini. Pemandangan ini menjadi hiburan di mata para murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur. Begitu banyak orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur yang datang kemari setelah mendengar berita tersebut dan menikmati pemandangan di depan mereka itu.     

"Mereka semua sangat cantik."     

"Aku mendengar kabar bahwa di masa depan, semua anggota dari Klan Bulan akan berkultivasi di Gunung Buku?"     

"Kurasa begitu. Aku ingin tahu apakah pemimpin akademi akan menyetujuinya."     

"Sudah jelas dia akan menyetujuinya. Gunungku masih memiliki banyak tempat yang kosong dan dapat menampung sebagian besar dari mereka."     

"Begitu juga gunungku."     

Suasana di pintu masuk Gunung Buku menjadi sangat ramai. Para murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur begitu terpesona oleh wanita-wanita cantik itu. Pemandangan di depan mereka ini terlalu indah dan mempesona. Di Perguruan Tinggi Barren Timur, mereka memiliki jumlah murid laki-laki yang lebih banyak daripada murid perempuan, jadi mereka belum pernah melihat wanita cantik sebanyak ini. Mereka merasa seolah-olah sudah berada di surga.     

"Ini pertama kalinya aku melihat Dewi Wangyue secara langsung. Dia memang pantas mendapatkan julukan sebagai seorang 'dewi', dia begitu murni dan mempesona."     

"Itu sang Virgin dari Klan Bulan, Chu Yaoyao. Dia adalah salah satu dari tiga wanita tercantik di Wilayah Barren Timur."     

"Dan disana, mereka semua sangat cantik. Siapa itu?" Semua orang berpaling untuk melihat ke satu arah tertentu. Tidak jauh di belakang Dewi Wangyue, terdapat seorang wanita berusia sekitar sembilan belas tahun. Dia bahkan lebih cantik dari Chu Yaoyao. Wajahnya begitu menakjubkan dan sempurna, kulitnya sehalus batu giok. Dia sangat cantik seperti seorang peri.     

"Ya, siapa itu? Mengapa aku belum pernah mendengar tentang wanita itu sebelumnya? Dia bahkan lebih cantik dari Chu Yaoyao, jadi mengapa wanita itu tidak termasuk dalam tiga wanita tercantik di Wilayah Barren Timur?"     

Banyak orang mulai berdiskusi satu sama lain. Tang Ye, yang merupakan murid Perguruan Tinggi Barren Timur juga berada di antara kerumunan orang tersebut. Karena ia mengetahui dengan jelas siapa identitas dari wanita itu, dia berkata, "Dia adalah Hua Jieyu." Hua Jieyu jarang muncul di Wilayah Barren Timur sehingga tidak banyak orang yang mengenalnya. Karena itu, walaupun penampilannya sangat cantik, dia tidak setenar tiga wanita tercantik di Wilayah Barren Timur.     

"Hua Jieyu," gumam banyak orang. Kemudian, mereka tiba-tiba memikirkan seseorang: Hua Jieyu, kekasih dari Ye Futian. Tampaknya mereka tidak akan mendapat kesempatan untuk mendekati Hua Jieyu.     

Tiba-tiba, seseorang tiba di tempat itu dari kejauhan. Ye Futian mendarat di atas tanah dan ia juga merasa terpesona ketika melihat pemandangan di depannya itu.     

"Salam, dewi." Ye Futian membungkuk hormat pada Dewi Wangyue yang berada di depan murid-murid dari Klan Bulan.     

"Aku sudah sering mendengar namamu. Kau memang terlihat luar biasa," ujar Dewi Wangyue, sambil tersenyum. Dia berkata jujur. Setiap murid dari Pondok sangatlah berbakat. Ye Futian belum berusia dua puluh tahun, dan namanya telah menyebar ke setiap sudut di Wilayah Barren Timur. Bahkan dia mampu membunuh Qin Li. Masa depannya tentu akan gemilang dan luar biasa.     

"Dewi, anda terlalu berlebihan." Ye Futian menggaruk kepalanya seolah-olah dia merasa malu. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Saya datang kemari untuk menemui istri saya."     

"Istri..." Dewi Wangyue mengedipkan matanya. Kemudian, dia tersenyum dan berbalik untuk melihat Hua Jieyu. Wajah Hua Jieyu langsung tersipu malu ketika dia menyadari bahwa banyak orang di sekitarnya sedang menatapnya. Dia membelalakkan matanya pada Ye Futian. Tidak bisakah orang ini bersikap biasa-biasa saja?     

Ye Futian berjalan ke arah kerumunan orang di depannya dan mendekati Hua Jieyu. Sambil tersenyum, dia berkata, "Jieyu, aku sangat merindukanmu."     

"Hei, apa kau menganggap kami semua tidak ada disini?" Yun Rou, yang dikenal oleh Ye Futian, berbicara, sambil tersenyum.     

"Kakak senior, di masa depan kita akan menjadi satu keluarga." Ye Futian menyeringai dan menatapnya, menyebabkan banyak anggota dari Klan Bulan tertawa. Kemudian, dia mengulurkan tangannya ke arah tangan Hua Jieyu. Hua Jieyu sedikit menghindar, namun pada akhirnya dia membiarkan Ye Futian meraih tangannya. Kehebohan dan gelak tawa dari kerumunan orang itu kembali terdengar ketika mereka melihat tingkah sepasang kekasih itu.     

"Benar-benar tak tahu malu..." Ketika melihat pemandangan itu, murid-murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur yang tak terhitung jumlahnya merasa sakit hati.     

Tiba-tiba, sekelompok orang tiba di tempat itu. Mereka adalah Zhuge Hui dan murid-murid lainnya. Zhuge Hui melirik ke arah Ye Futian dan tersenyum. Pemuda ini benar-benar tidak bisa menjaga sikapnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.