Legenda Futian

Kereta yang Ditarik oleh Responding Dragon



Kereta yang Ditarik oleh Responding Dragon

Tahun 10.004 dari Kalender Prefektur Ilahi     

Di bagian belakang pegunungan di tempat Pondok berada, lautan awan menghiasi langit bersama dengan matahari terbit yang indah. Benar-benar pemandangan yang sangat indah. Di lapangan rumput, terdengar alunan musik dari sebuah guqin. Sinar matahari pertama di tahun baru menyinari wajah Ye Futian. Baik dirinya maupun musik yang sedang dimainkannya penuh dengan semangat. Di sebelahnya, Hua Jieyu duduk dengan tenang. Ketika alunan musik terus mengalir, dia duduk disana sambil menyaksikan matahari terbit yang indah. Semuanya tampak sempurna. Kalau saja hidup selalu seperti ini.     

Sambil melihat ke sekelilingnya, Spiritual Qi terbentuk dan terus menerus berjatuhan dari atas langit. Semua Spiritual Qi itu tampak seperti percikan berwarna emas berukuran kecil di udara. Setiap bagian dari Spiritual Qi itu terlihat begitu jelas oleh mereka saat memenuhi area sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh suara guqin tersebut. Ketika Ye Futian menggunakan energi spiritualnya untuk menciptakan harmoni antara musiknya dengan langit dan bumi, semua Spiritual Qi yang berada di udara langsung berhenti bergerak.     

Sinar pertama dari cahaya matahari menyinari wajah tampan Ye Futian. Sebuah aura yang aneh terpancar darinya. Seolah-olah dia mengendalikan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Semua energi spiritual muncul dalam pikirannya. Spiritual Qi dari semua elemen berkumpul dengan konsepsi artistik yang diciptakan oleh suara guqin tersebut dan bersatu ke dalam auranya.     

Saat itu, jari-jari dari tangan kanan Ye Futian memetik senar-senar guqin. Saat alunan musik terdengar, Spiritual Qi di sekitarnya berubah menjadi sulur-sulur tanaman yang memancarkan cahaya berwarna emas. Sulur-sulur tanaman itu terus bermunculan dan ketika Spiritual Qi yang terkumpul tumbuh semakin kuat, sulur-sulur tanaman emas itu melesat ke atas langit seperti sambaran petir dengan kecepatan yang luar biasa.     

Ketika melihat pemandangan ini, ekspresi terkejut muncul di wajah Hua Jieyu. Ye Futian telah berhasil. Ye Futian benar-benar berhasil mengkultivasi sebuah sihir yang diberikan oleh gurunya dalam kurun waktu sehari.     

Alunan musik berhenti dan Ye Futian membuka matanya. Meskipun cahaya matahari menyinari dirinya, cahaya itu tidak begitu menyilaukan. Tatapan matanya terlihat murni dan sebuah senyuman terlintas di kedua matanya.     

Tiga elemen yang berbeda berhasil dimasukkan ke dalam sebuah sihir. Sihir baru ini memiliki kekokohan dari elemen kayu, ketajaman dan pertahanan dari elemen logam, dan kecepatan dari elemen angin. Sihir ini sangat kuat, jauh lebih kuat daripada Lock of a Thousand Vines. Nama dari sihir ini adalah, Fatal Entanglement.     

"Tidak buruk." Hua Jieyu tersenyum.     

"Tentu saja! Karena aku adalah kekasihmu," ujar Ye Futian dengan bangga.     

Hua Jieyu mendengus.     

"Apakah menurutmu lelaki tua itu menyimpan sihir-sihir seperti ini untuk dirinya sendiri?" gumam Ye Futian. Jika gurunya menyimpan sihir-sihir dengan tingkat seperti ini, dia pasti akan bisa mengalahkan serangan biasa dari setiap kultivator yang berada di tingkat Plane yang sama dengannya. Dia juga tidak perlu lagi mengandalkan teknik Nine Heavenly Attacks selama bertarung. Seni bela diri yang kuat dan kemampuan sihirnya saling melengkapi satu sama lain, menjadikan kemampuan bertarungnya ke tingkat yang tidak pernah dia capai sebelumnya.     

Dengan cara ini, bahkan jika dia masuk ke Arcana Plane, dia tidak perlu khawatir jika melawan para kultivator dari tingkat Plane lainnya. Bagaimanapun juga, saat tingkat kultivasi meningkat, perbedaan antara setiap Plane juga meningkat. Orang-orang selalu mencari alternatif baru dan mengambil taktik yang lebih kuat. Karena itu, efek dari beberapa kemampuannya menjadi berkurang. Ye Futian harus mengkultivasi sihir lebih banyak jika dia ingin memiliki kemampuan bertarung yang sama diantara tingkat Plane yang berbeda seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya.     

"Benar-benar serakah," Hua Jieyu menggodanya.     

"Hal ini bukan serakah. Bagaimana bisa kau menyebut ini sebagai keserakahan? Aku ingin setiap hari menjadi sama persis seperti hari ini sehingga kau adalah orang pertama yang aku lihat di pagi hari." Ye Futian terkekeh.     

Jelas, Hua Jieyu tahu apa yang sedang dilakukan oleh Ye Futian. Dia tersenyum dengan lembut. "Apa yang sedang kau pikirkan? Apakah kau mampu mengeluarkan Fatal Entanglement tanpa bantuan dari alunan musikmu? Fokuslah berkultivasi. Apa kau tidak ingin menyombongkan diri di depan Tuan Du jika kau berhasil melakukannya nanti?"     

"Ucapanmu ada benarnya. Memang, rubahku adalah satu-satunya orang yang memahamiku," Ye Futian mengangguk. Kemudian, dia menutup matanya lagi. Sebelumnya, ia telah memasuki sebuah dunia misterius melalui musiknya dan bergabung dengan Spiritual Qi di dunia ini dengan menggunakan energi spiritual. Begitulah cara Ye Futian mengeluarkan sihir tersebut. Tanpa bantuan dari lagu Ukiyo, sulit untuk melakukannya. Ye Futian melanjutkan perjalanannya untuk mendapatkan pencerahan melalui berkultivasi.     

Beberapa jam kemudian, sang guru berjalan masuk sambil meregangkan badannya. Dia tersenyum saat melihat Ye Futian dan Hua Jieyu berkultivasi bersama-sama. 'Bocah baj*ngan satu ini memang sangat rajin. Sepertinya aku harus menegurnya sekali lagi…'     

Akankah Ye Futian meluapkan kemarahannya jika dia mengetahui apa yang sedang dipikirkan gurunya saat ini? Perlu ditegur karena rajin berkultivasi?     

"Guru." Hua Jieyu berbalik untuk menyapanya.     

"Selamat pagi, Jieyu." Tuan Du tersenyum padanya. Ye Futian juga ikut berdiri. Kedua matanya berbinar saat dia mengucapkan salam. "Guru, sihir yang anda berikan kemarin sama sekali tidak menantang, saya sudah menguasainya."     

"Oh, benarkah? Tunjukkan padaku." Lelaki tua itu menempatkan kedua tangannya di punggung dan tersenyum pada Ye Futian.     

Ye Futian mengangguk sebagai jawaban lalu menutup kedua matanya. Sebuah kekuatan aura yang aneh terpancar dari tubuhnya sementara itu energi spiritualnya beresonansi dengan Spiritual Qi di sekitarnya. Tidak lama kemudian, langit dipenuhi dengan sulur-sulur tanaman emas yang menghalangi matahari. Sulur-sulur tanaman itu tumbuh sangat cepat dan membentuk sebuah kurungan di area tersebut hanya dalam hitungan detik.     

Sambil menyaksikan sihir yang dikeluarkan di depan matanya itu, Tetua itu menatap ke arah Ye Futian. Dia telah meremehkan kemampuan Ye Futian. "Kau butuh waktu satu hari penuh untuk mempelajarinya dan butuh waktu selama itu untuk mengeluarkan sihir tersebut? Siapa yang akan menunggu selama itu di pertarungan? Jika kau bertemu lawan yang kuat, kau akan mati sebelum sihirmu dikeluarkan."     

Eh... Ye Futian mengedipkan matanya. Menurut prediksinya, bukankah seharusnya gurunya langsung terkejut dan terkagum-kagum oleh bakatnya yang luar biasa? Namun, kata-katanya memang benar.     

"Kenapa aku bisa mempunyai murid yang tidak kompeten seperti dirimu?" Tetua itu menghela napas. "Kuberikan beberapa sihir lagi padamu. Simpan dengan baik dan fokuslah berkultivasi. Jangan berpikir untuk pergi kemana-pun sebelum kau mempelajari semuanya. Aku tidak mampu menahan malu jika kau meninggalkan Gunung Buku dengan kemampuanmu yang seperti ini." Setelah selesai berbicara, Tetua itu melemparkan beberapa buku ke depan Ye Futian dan berbalik untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Dia berjalan dengan santai, dengan kedua tangannya berada di belakang punggungnya.     

"Aku..." Ye Futian ingin mengumpat tetapi ia berusaha menahan emosinya ketika dia melihat buku-buku di tangannya.     

Hua Jieyu tertawa. Ye Futian akhirnya bertemu lawan yang sepadan. Tuan Du memang seorang pria yang aneh. Bahkan ayahnya tidak bisa membuat Ye Futian tidak bisa berkata-kata seperti itu.     

Dan dengan begitu mudahnya, Ye Futian terkurung di dalam Pondok. Sejak hari pertama di tahun baru, ia dilarang meninggalkan Gunung Buku agar fokus berkultivasi. Sungguh menyedihkan. Ye Futian mulai merindukan hari-hari sebelum gurunya kembali ke Pondok.     

…     

Hari-hari terus berlalu dan Wilayah Barren Timur tetap damai tanpa hujan maupun badai. Orang-orang dari aliansi Dinasti Qin masih fokus berkultivasi. Semua orang di Wilayah Barren Timur mengetahui bahwa mereka sedang bersiap-siap menghadapi pertempuran terakhir.     

Permasalahan mereka sudah berkembang hingga ke titik ini. Peperangan di Wilayah Barren Timur tidak bisa dihindari. Ditambah lagi, Dinasti Qin sudah tidak sabar untuk memulai perang ini. Tuan Du telah kembali ke Pondok dan seluruh penjuru Wilayah Barren Timur sudah mengetahui betapa terampil dirinya dalam membesarkan murid-muridnya. Dinasti Qin tidak mungkin memberinya lebih banyak waktu untuk meningkatkan kemampuan murid-murid dari Pondok.     

Setelah suara lonceng terdengar di Gunung Langit pada tahun sebelumnya, salju tidak pernah berhenti turun dari atas langit. Gunung tertinggi di Wilayah Barren Timur itu sekarang bisa disebut sebagai gunung salju, seluruh bagian gunung ditutupi dengan lapisan salju yang lembut dan halus. Setelah sekian lama, lonceng itu tidak pernah berbunyi lagi. Keributan di kaki gunung juga sudah mereda. Namun, masih ada beberapa orang yang tinggal disana. Misalnya, Kuil Qianqiu yang terletak di Wilayah Barat dari Wilayah Barren Timur. Setelah orang-orang dari Gunung Sword Saint telah pindah ke Gunung Buku, Kuil Qianqiu sekarang berada di puncak kekuatan di seluruh Wilayah Barat.     

Namun, kuil itu masih menyimpan kekhawatiran.     

Jika perang besar terjadi di Wilayah Barren Timur, era dimana para pasukan besar saling memperebutkan kekuasaan akan berakhir. Begitu kemenangan telah ditentukan, semua pasukan di Wilayah Barren Timur akan jatuh ke tangan satu pasukan. Orang-orang harus berdoa untuk terjadinya perubahan, agar mereka menjadi lebih kuat.     

Di kaki Gunung Langit, sang Arhat sedang menatap ke arah gunung yang mengagumkan di depannya tersebut. Dia mengingat kembali situasi ketika dia mendaki gunung itu tahun lalu. Kala itu adalah pertama kalinya dia melangkahkan kaki ke Gunung Langit dan dia telah berhasil mencapai puncak gunung. Setelah itu, dia telah mencoba mendakinya berkali-kali, tetapi tidak sekali-pun dia mencapai ketinggian seperti itu lagi.     

"Kekuatan jahat dari Gunung Langit semakin kuat," ujar salah satu biksu Kuil Qianqiu di samping sang Arhat. Dia sedang memegang seuntai manik-manik Buddha di tangannya sementara tatapan matanya tertuju pada gunung yang berada di depannya.     

"Situasi sudah menjadi seperti ini sejak lonceng itu berbunyi. Selain itu, kekuatan yang menekan juga semakin kuat. Kedua energi itu tampaknya menjaga keseimbangan satu sama lain, mencegah salah satu kekuatan berkembang lebih kuat dari kekuatan yang lain," ujar biksu lainnya.     

"Mungkinkah suara lonceng itu benar-benar panggilan untuk Kaisar Agung dan seseorang telah berhasil mencapai puncak gunung?" seseorang bergumam.     

"Hal itu sangat mungkin terjadi. Jangka waktu setelah suara lonceng pertama akan menjadi kesempatan yang sempurna."     

Kata-kata para Tetua itu mengingatkan sang Arhat saat ia pertama kali melangkahkan kaki ke Gunung Langit. Pada saat itu, seseorang menyerangnya dan menggunakan Spiritual Qi dari Gunung Langit untuk memaksanya turun dari gunung. Jika seseorang benar-benar berhasil mencapai puncak Gunung Langit, mungkinkah orang itu juga yang menyerangnya? Lalu, lonceng itu kembali berbunyi begitu dia sudah berada di kaki gunung. Saat itulah Ye Futian turun dari gunung. Para Noble dari Dinasti Qin ingin menyerang Ye Futian ketika lonceng itu berbunyi lagi. Mungkinkah semua itu hanya kebetulan semata?     

Kedua mata sang Arhat terlihat serius. Dia memiliki sebuah firasat. Jika seseorang benar-benar berhasil mencapai puncak Gunung Langit, sangat mungkin orang itu adalah Ye Futian.     

Saat itu, suara raungan naga terdengar dari atas langit. Para kultivator dari Kuil Qianqiu tampak terkejut. Raungan itu tidak datang dari Gunung Langit. Suara raungan itu menuju ke arah Gunung Langit.     

Suara raungan itu langsung mengalihkan perhatian semua orang, membuat mereka melihat ke atas langit. Salju mulai melayang turun, sambil tertiup angin. Di atas langit yang tinggi, muncul seekor naga. Naga ini memiliki sepasang sayap. Naga itu adalah 'Responding Dragon' yang juga dikenal sebagai sang penguasa langit.     

Naga itu turun ke arah mereka. Orang-orang dari Kuil Qianqiu merasa terkejut ketika mereka menyaksikan pemandangan yang sedang berlangsung di atas mereka. Bukan hanya karena mereka melihat Responding Dragon secara langsung, tetapi juga karena ada beberapa sosok yang berdiri di punggung naga tersebut. Hal yang paling mengejutkan adalah naga itu sedang menarik sebuah kereta.     

Seseorang telah tiba dengan menggunakan sebuah kereta yang ditarik oleh seekor naga. Sebuah kereta yang ditarik oleh seekor Responding Dragon.     

Bahkan mereka yang berasal dari Kuil Qianqiu tampak terkejut, jadi sudah dapat ditebak bagaimana ekspresi orang-orang selain mereka. Banyak orang di kaki gunung memandang ke atas langit dan gemetar ketakutan. Siapa sebenarnya orang ini?     

Di seluruh penjuru Wilayah Barren Timur, mereka hanya pernah mendengar tentang Pasukan Naga yang kuat dari Dinasti Qin dan bahkan mereka tidak bisa dibandingkan dengan sosok-sosok yang berada di atas langit saat ini.     

Kereta naga itu berhenti di atas Gunung Langit. Di punggungnya, sekelompok orang memandang ke arah kerumunan orang di bawah mereka dengan tatapan mata yang serius, tidak menunjukkan ekspresi apa-pun. Kemudian, beberapa pemuda keluar dari kereta tersebut. Terdapat aura yang tak terlukiskan terpancar dari tubuh mereka. Mereka tidak melihat ke bawah, tetapi sebaliknya, memusatkan semua perhatian mereka pada Gunung Langit. Apakah gunung ini merupakan tempat dimana Donghuang Agung dan Kaisar Ye Qing meninggalkan tanda mereka?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.