Legenda Futian

Menuruni Gunung Buku



Menuruni Gunung Buku

0Di kaki Gunung Langit, terdapat sebuah pemandangan yang menakjubkan, dimana beberapa ekor naga, Gagak Emas, dan kapal-kapal perang melayang di udara. Semakin banyak orang yang tertarik pada Gunung Langit. Mereka ingin melihat para kultivator kuat yang datang dari luar Wilayah Barren Timur.     

Para pemuda yang luar biasa ini turun dari Gunung Langit pada hari itu untuk kembali ke tenda peristirahatan mereka. Mereka tidak mampu mendaki Gunung Langit. Tatapan mata semua orang kini tertuju pada sosok-sosok berwajah cantik yang berada di atas langit. Bahkan mereka tidak bisa mendaki Gunung Langit?     

"Adakah yang mampu mendaki Gunung Langit sejak lonceng itu berbunyi tahun lalu?" tanya seorang pemuda berwajah tampan dari atas naga yang sedang dikendarainya sambil melihat ke bawah.     

Banyak orang di bawahnya menatapnya dan menggelengkan kepala.     

Kedua mata sang Arhat bercahaya. Tekanan yang dipancarkan dari Gunung Langit telah meningkat sejak tahun lalu. Cukup wajar jika tidak ada seorang-pun yang mampu mendaki gunung tersebut, tidak peduli sekuat apa-pun mereka.     

"Ya," ujar seseorang. Satu sosok yang mengenakan jubah berwarna emas keluar dari kerumunan orang. Ketika melihatnya, banyak orang merasa bingung. Sosok itu adalah Qin Yu dari Dinasti Qin. Bukankah dia seharusnya sedang mempersiapkan pertempuran melawan Perguruan Tinggi Barren Timur? Kenapa dia ada disini?     

"Nama saya Qin Yu dari Dinasti Qin di Wilayah barren Timur. Salam," ujarnya, sambil melayang di udara.     

"Siapa?" Pemuda itu tidak menyapanya kembali. Qin Yu memiliki temperamen dan tingkat kultivasi yang luar biasa, tapi dia tidak peduli akan hal tersebut. Dia ingin tahu siapa yang mampu mencapai puncak Gunung Langit.     

Tatapan mata dari pasukan lainnya tertuju pada Qin Yu. Mereka juga ingin mengetahuinya.     

"Adik junior saya berhasil mencapai puncak gunung tahun lalu," ujar Qin Yu.     

"Dimana dia? Apa yang ditemukannya di puncak Gunung Langit?" tanya seorang pemuda berapi-api dari atas seekor Gagak Emas. Aura api berkobar di kedua matanya. Hal ini bisa terjadi karena teknik yang dia kultivasi. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga aura api tersebut dapat terlihat di setiap pergerakannya.     

"Dia berada di klan saya. Aura dari dua kaisar agung berada di puncak Gunung Langit. Mereka telah meninggalkan sebuah mahakarya musik berjudul Ukiyo," ujar Qin Yu. Hua Qingqing telah mengakui bahwa dia berhasil mencapai puncak Gunung Langit. Dia tidak akan berbohong.     

"Ukiyo." Semua orang membelalakkan matanya. Ukiyo adalah salah satu dari sepuluh mahakarya musik. Rumor mengatakan bahwa lagu tersebut tidak memiliki hukum di dalamnya. Rupanya, ketika Donghuang Agung memainkan lagu tersebut di puncak gunung, ia membekukan semua hukum dan waktu. Apakah lagu itu telah muncul kembali?     

"Jika kau berani berbohong, kau akan menanggung konsekuensinya. Dimana dia? Aku akan pergi menemuinya sekarang," ujar pemuda berapi-api itu.     

"Aku juga ingin menemuinya," ujar seorang gadis cantik di atas sebuah kapal perang yang melayang di udara itu.     

Semua kultivator kuat itu merasa tertarik. Mereka ingin ikut pergi dan mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan Ukiyo secara langsung.     

"Para pasukan yang terhormat, adik junior saya memiliki tingkat kultivasi yang terbatas," ujar Qin Yu, sambil menyatukan kedua tangannya di depan. "Adik Junior saya telah mendengar Ukiyo secara langsung, tetapi ia hanya mendengarnya. Dia tidak bisa memainkannya dan tidak mampu mempelajarinya. Dia tidak bisa menampilkannya untuk kalian semua."     

Ketika mendengar hal ini, semua orang merasa kecewa, tetapi hal itu sangat normal. Sebagai salah satu dari sepuluh mahakarya musik, Ukiyo tidak dapat dipelajari dengan begitu mudah. Namun, jika dia bisa mencapai puncak Gunung Langit, bakat yang dimilikinya pasti sangat mengesankan.     

"Kalau begitu, bawa dia kemari," ujar pemuda itu. Qin Yu mengangguk. Dia datang ke Gunung Langit karena dia telah mendengar berita ini. Jika dia bisa mendapatkan koneksi dengan orang-orang dari luar Wilayah Barren Timur ini, Pondok tidak akan berarti apa-apa. Dia menduga bahwa orang-orang yang telah menempuh perjalanan jauh ini mungkin berada di tingkat Sage Plane.     

Hati orang-orang di bawah berdebar ketika mereka mendengar hal ini. Mereka tidak percaya bahwa seseorang benar-benar berhasil mencapai puncak Gunung Langit dan mendengarkan Ukiyo secara langsung.     

Hati sang Arhat merasa yakin. Dia tahu siapa yang dibicarakan oleh Qin Yu. Ketika dia sedang beristirahat di Gunung Langit, kelompok Ye Futian telah menyusulnya. Hua Qingqing dari Klan Donghua berada di belakang Ye Futian dan Yu Sheng. Qin Yu mengatakan bahwa Hua Qingqing telah berhasil mencapai puncak Gunung Langit. Jika Hua Qingqing berhasil mencapai puncak, lalu mengapa Ye Futian turun dari gunung dengan selamat? Fakta ini sangat menarik.     

"Salam, Putra Mahkota." Ketika memikirkan hal ini, sang Arhat turun dari atas langit dan menyapa Qin Yu.     

Qin Yu menatapnya, merasa bingung. Mengapa anggota dari Kuil Qianqiu ingin berbicara dengannya?     

"Apakah anda membicarakan tentang Hua Qingqing dari Klan Donghua?" tanya sang Arhat.     

"Ya." Qin Yu mengangguk. Karena dia telah mengatakannya di depan semua orang, dia tidak akan menyembunyikan apa-pun. Dia berharap Hua Qingqing bisa meyakinkan orang-orang ini.     

Sang Arhat tersenyum. "Jika ucapan anda memang benar adanya, saya mengetahui sosok lainnya yang juga berhasil mencapai puncak Gunung Langit. Mungkin Hua Qingqing tidak pernah memberitahu anda."     

Qin Yu mengerutkan alisnya. "Bicaralah."     

"Ketika saya mendaki Gunung Langit, saya telah melihat Hua Qingqing," ujar sang Arhat. "Dia sedang mengejar Ye Futian—mungkin karena Ye Futian telah membunuh cucu kerajaan dari Dinasti Qin." Ketika mendengar hal ini, ekspresi Qin Yu berubah menjadi buruk. Kematian Qin Li masih sangat menyakitkan baginya.     

"Jika Hua Qingqing berhasil mencapai puncak gunung, dia pasti telah menyusul Ye Futian ketika mendaki ke puncak. Mengapa mereka berdua masih hidup saat ini? Ye Futian terluka parah pada waktu itu dan tidak bisa melawan siapa-pun," lanjut sang Arhat.     

Ketika mendengar hal ini, Qin Yu langsung mengerti apa yang ingin dikatakan oleh sang Arhat. Ekspresinya terlihat kesal. Hua Qingqing tidak mengatakan hal ini sebelumnya. Dia hanya memberi tahu ibunya, Nyonya Yuxiao, bahwa dia telah mencapai puncak gunung tetapi ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Karena status yang dimiliki oleh Hua Qingqing, tidak ada yang berani untuk bertanya lebih lanjut.     

Tapi sekarang, Qin Yu harus berpikir lebih jauh.     

"Putra Mahkota, apakah anda mengetahui tentang suara lonceng yang berbunyi setelah Ye Futian turun dari Gunung Langit?" tanya sang Arhat. Qin Yu mengangguk. Seseorang tentu saja sudah melaporkan hal ini kepadanya. Para Noble yang dikirim untuk membunuh Ye Futian malah tewas terbunuh. Sungguh ironis.     

"Jika Ye Futian berhasil mencapai puncak Gunung Langit, apakah anda berpikir bahwa hal itu hanya sebuah kebetulan?" sang Arhat semakin dekat dengan kebenaran yang ingin dia sampaikan.     

"Maksudmu Ye Futian telah menerima peninggalan dari Gunung Langit?" Tatapan mata Qin Yu terlihat sangat serius. Sang Arhat tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari Qin Yu.     

"Siapa itu Ye Futian?" tanya seorang kultivator yang mengendarai seekor naga.     

"Pondok adalah pasukan paling kuat di Wilayah Barren Timur," ujar sang Arhat, sambil membungkuk hormat. "Murid-murid mereka sangat berbakat dan tidak ada seorang-pun di Wilayah Barren Timur yang dapat menyaingi mereka. Ye Futian adalah murid mereka yang paling muda. Dia sangat berbakat. Baginya, peninggalan itu akan sangat mudah untuk didapatkan. Jika ada seseorang dari generasi muda yang bisa mengambilnya, orang itu pasti Ye Futian. "     

Sang Arhat terus menerus memuji Ye Futian. Dia mempelajari hukum Buddha dan memahami isi hati manusia. Orang-orang dari luar Wilayah Barren Timur ini telah datang kemari dengan cara mereka masing-masing. Mereka pasti memiliki status yang spesial. Dengan kesombongan dan identitas khusus mereka, mereka tidak akan berpikir bahwa kekuatan mereka berada di bawah seseorang dari Wilayah Barren Timur. Tentu saja, dia tidak bisa mengatakan hal itu di depan mereka. Hal itu sama saja seperti mencari kematian. Dia hanya membual tentang kemampuan Ye Futian untuk melengkapi kata-katanya.     

"Benarkah?" pemuda yang mengendarai Gagak Emas Berkaki Tiga menjawab dengan nada serius, seperti yang diprediksi oleh sang Arhat. Kedua matanya terlihat seperti memiliki kobaran api suci. Apakah ada tempat seperti Pondok di Wilayah Barren Timur?     

"Dimana Pondok itu berada? Bawa kami kesana," ujar seorang kultivator kuat di sebuah kapal perang yang melayang di udara.     

"Baiklah," ujar sang Arhat dengan mengatupkan kedua tangannya seperti sedang berdoa.     

"Silahkan," ujar orang tersebut. Tubuh sang Arhat bercahaya dan ia melangkah ke atas kapal perang yang melayang itu. Seorang wanita yang berada disana terlihat sangat tinggi. Kakinya yang jenjang sepertinya mengambil lebih dari setengah bagian dari tinggi tubuhnya. Dia terlihat seksi dan cantik. Sang Arhat menundukkan kepalanya, sambil mengatupkan kedua tangannya. Hati Buddha-nya tidak bisa digoyahkan dengan mudah. Gadis-gadis lainnya juga memiliki penampilan yang luar biasa. Mereka jelas memiliki penampilan diatas rata-rata.     

Semua orang berbalik, bersiap-siap untuk berangkat. Karena Ye Futian mampu mendapatkan peninggalan tersebut, mereka akan pergi kesana secara pribadi. Kalau tidak, dia harus datang sendiri menemui mereka.     

"Bawalah Hua Qingqing yang kau bicarakan sebelumnya ke Gunung Langit untuk menunggu disini," ujar kultivator kuat yang mengendarai seekor naga itu kepada Qin Yu. Sikapnya sangat sombong tapi Qin Yu mampu menahan emosinya.     

Dia mengangguk dan berkata, "Ya." Saat Qin Yu berbicara, dia melirik ke arah sang Arhat. Tampaknya Kuil Qianqiu juga bisa menjadi sekutu mereka. Tindakan sang Arhat barusan menunjukkan sikap yang tidak terlalu ramah kepada Ye Futian.     

Kapal perang itu melesat ke depan seperti sambaran kilat. Naga-naga naik ke atas langit, membentangkan sayapnya dan menutupi matahari. Burung dewa matahari berkoak... Banyak kultivator kuat berangkat bersama-sama menuju Gunung Buku, yang terletak di ibukota divine di pusat Wilayah Barren Timur.     

"Ini..." Banyak orang yang berada di bawah tampak terkejut. Mereka mengira bahwa Dinasti Qin dan Pondok akan bertempur. Mereka tidak menyangka bahwa pasukan dari wilayah luar akan datang dan mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika semua pasukan ini pergi ke Gunung Buku. Terlebih lagi, Ye Futian telah mencapai puncak Gunung Langit dan menerima peninggalan dari dua kaisar agung? Dengan reputasi yang dimiliki oleh Pondok, mereka tidak akan menyerahkannya bahkan jika Ye Futian benar-benar memiliki peninggalan tersebut.     

Perguruan Tinggi Barren Timur, Pondok, dan Klan Bulan berada di Gunung Buku. Setiap hari suasana di Gunung Buku sangat ramai karena semua murid sedang bekerja keras untuk berkultivasi untuk bersiap-siap karena pertempuran bisa terjadi kapan saja.     

Saat ini, deretan awan bergerak ke arah langit di atas Gunung Buku. Banyak orang mendongak ke arah langit dan menyaksikan seekor naga yang mengerikan turun dari atas langit. Pada saat yang sama, sebuah kapal perang berukuran besar yang indah muncul di atas mereka.     

Selanjutnya, kobaran api yang menyilaukan melesat dari atas langit. Seekor Gagak Emas datang dengan membawa sebuah kereta matahari. Perlahan-lahan, para kultivator kuat lainnya tiba dengan mengendarai monster-monster iblis dan bergegas turun ke atas tanah. Ketika melihat pemandangan yang mengejutkan ini, hati para murid berdebar kencang. Apa yang sedang terjadi?     

Ini adalah sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Mereka telah mendengar berita bahwa para kultivator kuat dari wilayah luar telah tiba di Gunung Langit, tetapi mengapa mereka malah datang ke Gunung Buku?     

Beberapa sosok muncul ke depan. Tetua gunung yang tak terhitung jumlahnya dan para kultivator kuat dari Gunung Sword Saint dan Klan Bulan melesat keluar dari kerumunan orang. Mereka menatap ke arah para pendatang baru tersebut. Bahkan sang Pemimpin Akademi memandang mereka sambil mengerutkan alisnya.     

'Mereka tidak lemah' para kultivator kuat yang naik ke atas langit bergumam dalam hati. Mereka tidak peduli. Jika bukan karena hukum yang dibuat oleh Donghuang Agung, seluruh Wilayah Barren Timur akan diperintah sebagai satu kesatuan.     

Murid-murid dari Pondok juga ikut mendongak ke arah langit. Kedua mata Zhuge Hui terlihat serius. Darimana orang-orang ini berasal? Mereka sangat tidak sopan.     

"Kau mau pergi kemana?" Tuan Du memanggilnya tepat ketika Zhuge Hui akan terbang ke udara.     

"Guru, saya ingin pergi melihatnya," jawabnya.     

"Tetaplah disini," ujar Tuan Du, sambil menatapnya dengan tegas.     

"Oh." Zhuge Hui merasa sedih, tapi dia tetap mematuhi perintah gurunya. Dia tentu saja memahami maksud baik gurunya, tetapi dia tidak peduli. Bagaimanapun juga, dia masih sangat muda ketika dia pergi kala itu!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.