Legenda Futian

Giliranku



Giliranku

0Ye Futian menatap dua orang yang sedang bertarung itu. River Sunset merupakan sebuah sihir berupa sungai api berkelok yang menghubungkan langit dengan tanah. Salah satu matahari terjatuh dan bayangan Gagak Emas terus menerus bermunculan. Seluruh panggung seni bela diri berubah menjadi dunia api.     
0

Ini adalah kemampuan dari seorang Noble tingkat atas. Jika bukan karena matriks yang menyegel panggung seni bela diri itu, seorang Noble yang memiliki keinginan membunuh bisa menghancurkan segalanya. Dia tidak bisa dikalahkan dengan menggunakan pasukan yang besar. Ye Futian samar-samar mengingat kekhawatiran yang dialami Kaisar Ye dan Kaisar Luo. Mereka benar-benar takut akan terjadinya peperangan.     

"Sihir ini cocok dengan kemampuan Lu Nantian. Dia mungkin tidak mendapatkannya hanya dari berkultivasi," gumam Ye Futian.     

"Tentu saja," ujar Luo Fan, sambil mengangguk. "Jelas ini adalah sebuah sihir yang dimodifikasi. Sihir ini sangat cocok dengan bakat Lu Nantian, itulah sebabnya dia bisa mengeluarkan kekuatan sebesar itu. Dia yang menciptakannya. Terdapat ribuan jenis sihir di dunia ini. Namun, mereka semua diciptakan oleh para pendahulu kita. Mereka dapat digunakan secara langsung untuk berkultivasi tetapi mereka mungkin tidak cocok untuk semua orang. Seorang jenius dapat membuat sebuah sihir milik mereka sendiri dan metode seni bela diri yang sesuai dengan diri mereka sendiri."     

Ye Futian mengangguk. Kakak seniornya secara tidak sadar mengajarinya sesuatu.     

Di atas panggung seni bela diri, kini matahari kedua terjatuh. Matahari itu bahkan lebih kuat dari yang sebelumnya.     

Gu Dongliu masih berdiri dengan tenang. Di hadapannya, sembilan dewa perang yang dipanggil olehnya sedang berdiri di depannya membentuk sebuah formasi. Setelah itu, Gu Dongliu menciptakan berbagai macam segel dengan kedua tangannya. Sembilan kata kuno berukuran besar muncul dari tangannya dan tertuju pada sembilan dewa perang di depannya. Seketika, sebuah kekuatan yang mengerikan datang dari mereka.     

Sembilan kata ini adalah Kuji-in, Sembilan Segel Kekuatan Spiritual. Jika disatukan, kata-kata itu memiliki arti: 'wahai para dewa perang, jadilah pelindung kami dalam pertempuran.'     

Muncul sebuah kekuatan yang mengerikan. Kuji-in terus bermunculan dalam tubuh sembilan dewa perang tersebut. Mereka menciptakan segel itu bersama-sama dan beresonansi dengan langit dan bumi. Spiritual Qi menjadi tak terkendali. Setiap segel yang mereka buat berbeda-beda.     

Berbagai macam matahari memberikan tekanan. Tekanan itu terus menyerang ke arah Gu Dongliu tetapi serangan itu tidak bisa menembus pertahanan sembilan dewa perang.     

"Kakak Ketiga pasti telah mengkultivasi banyak segel seni bela diri," gumam Ye Futian. Sembilan dewa perang itu membentuk segel yang berbeda dan mereka tentu saja dikendalikan oleh Gu Dongliu. Dia menggunakan kultivasinya melalui para dewa perang untuk bertarung melawan Sunset River.     

"Ini masih terlalu dini. Aku bahkan tidak tahu berapa banyak kemampuan yang dia miliki," ujar Luo Fan, sambil tertawa. Siapa yang bisa menyaingi kemampuan dari kakak ketiga di Pondok?     

Orang-orang yang telah mencoba bertarung dengannya telah dikalahkan dan menjadi patuh padanya. Adapun mengenai kemampuan Kakak Ketiga, mungkin hanya Kakak Pertama yang tahu lebih jelas.     

Rupanya, Gu Dongliu telah pergi ke Gunung Sword Saint berkali-kali untuk melakukan pertarungan persahabatan dengan Kakak Pertama dan untuk berlatih seni bela diri. Ini mungkin apa yang dimaksud dengan "para ahli selalu kesepian". Dia jarang memiliki pesaing.     

Sekarang, Lu Nantian dari Klan Donghua telah menjadi pesaingnya.     

Tentu saja, seseorang yang bisa menyulitkan Gu Dongliu juga ada di Pondok. Dia adalah Kakak Kedua.     

Sembilan matahari turun di sepanjang sungai yang membara. Pada saat ini, sembilan matahari di Sunset River itu hendak membakar langit. Mereka membungkus seluruh langit dalam kobaran api. Gu Dongliu dan sembilan dewa perang berada di titik pusatnya.     

Sembilan ekor Gagak Emas terbang keluar. Warna merah tua yang gelap pada tubuh mereka begitu mengejutkan.     

Pada saat yang hampir bersamaan, sembilan kata-kata pada tubuh sembilan dewa perang itu meledak dengan keras. Segel itu melesat ke depan. Sembilan dewa perang masing-masing menyerang satu buah matahari. Secara bersamaan, mereka tampak berubah menjadi satu tubuh yang utuh. Langit dan bumi beresonansi dan semburan kekuatan yang tak terlihat menghancurkan segalanya.     

Semua orang melihat daerah itu menjadi tak terkendali. Mereka seperti bertarung tanpa aturan yang jelas. Sembilan dewa perang berjalan menuju matahari, menghancurkan para Gagak Emas dan menerjang ke arah matahari di langit.     

Sembilan matahari dan para dewa perang bersinar dengan cahaya mengerikan pada saat yang sama, kemudian melesat ke segala arah. Sebuah cahaya yang sangat kuat melesat ke arah tirai cahaya di atas panggung seni bela diri. Tirai cahaya itu bergetar dan seluruh panggung juga ikut bergetar. Matriksnya menjadi sangat tidak stabil dan seperti akan runtuh.     

Matriks itu telah dibuat oleh para kultivator terbaik dari Dinasti Qin dan Klan Donghua. Semestinya matriks itu sangat kokoh. Namun, pertarungan antara keduanya bisa mengguncang matriks itu hingga seperti ini. Siapa-pun bisa membayangkan betapa luar biasanya pertarungan itu.     

Berikutnya. Hati semua orang berdebar ketika mereka fokus pada pertarungan yang terjadi di panggung tersebut.     

Sunset River telah menghilang, dan matahari mulai menghilang. Para dewa perang yang dipanggil oleh Gu Dongliu juga telah menghilang. Di dunia api itu, Gu Dongliu berdiri tegak seolah-olah tidak ada yang bisa menggoyahkannya.     

Bahkan sihir Sunset River yang menghebohkan dunia milik Lu Nantian sama sekali tidak bisa mempermalukannya.     

Lu Nantian melayang di udara dengan sikap sombong. Dia tampak seperti seorang dewa matahari. Sihir Sunset River-nya telah mampu diatasi tetapi dia tidak tampak terkejut. Kemampuan dari murid ketiga Pondok sesuai dengan reputasinya yang begitu terkenal.     

Di belakangnya, bilah-bilah pedang yang terbuat dari kobaran api emas ditembakkan dari Realisasi Dharma-nya yang berbentuk matahari. Semua pedang itu berubah menjadi sebuah hujan matahari yang menyerang ke arah Gu Dongliu. Mereka begitu cepat sehingga tampak seperti sebuah hujan pedang matahari. Jika yang berhadapan dengannya itu adalah sekelompok Noble, bukan Gu Dongliu, Lu Nantian mungkin bisa membunuh mereka semua.     

Gu Dongliu berdiri dengan tenang. Sebuah aura yang mengerikan meledak dari tubuhnya dan huruf-huruf kuno bersinar samar di tubuhnya. Sebuah energi spiritual yang mengejutkan mengelilinginya. Ketika pedang matahari itu menyerangnya, mereka berhenti secara tiba-tiba di depannya.     

*Whoosh, whoosh, whoosh* Diikuti dengan banyak suara tusukan, pedang-pedang matahari itu menghujani Gu Dongliu, bergetar dengan kekuatan yang tak terlihat.     

Gu Dongliu melangkah ke depan. Pakaiannya yang serba putih tertiup oleh angin dan tatapan matanya yang tajam menatap ke arah hujan pedang yang tak ada habisnya. Dengan nada suara yang dingin, dia berkata, "Hancurkan."     

Suaranya seperti pembuka jalan. Begitu dia berbicara, hujan yang tak ada habisnya itu hancur. Sebuah jalan terbuka di manapun suaranya bergema.     

Ketika hujan pedang itu telah dihancurkan, seekor burung Gagak Emas tiba-tiba turun dari langit. Pergerakan burung gagak itu sangat cepat sehingga mampu menembus perisai Energi Spiritual milik Gu Dongliu yang tak berbentuk. Burung gagak yang menakutkan ini mencengkeram Pedang Matahari dengan cakarnya dan menembakkannya ke arah Gu Dongliu.     

Pedang itu begitu kuat sehingga bisa membunuh siapa-pun yang menghalangi jalannya. Sebuah bayangan berwarna putih melintas. Gagak Emas itu terbang dan melintas sangat cepat, namun pedang itu hanya menusuk udara.     

Gu Dongliu muncul di tempat lain, masih berdiri di atas panggung seni bela diri.     

Sangat cepat. Semua orang gemetar ketakutan dalam hati. Kecepatan dari Gagak Emas berkaki tiga itu sangat luar biasa. Tapi begitu burung gagak itu tiba di tempat Gu Dongliu, dia tampaknya telah berpindah tempat. Sangat sulit untuk melihatnya dengan mata telanjang.     

Lu Nantian masih berdiri disana. Burung Gagak Emas itu adalah Realisasi Dharma-nya, yang saat ini telah berkembang menjadi seekor raja iblis tingkat atas.     

Dimana Realisasi Dharma milik Gu Dongliu? Orang-orang akhirnya menyadari bahwa Gu Dongliu masih belum mengeluarkan roh kehidupannya atau Realisasi Dharma miliknya. Hal ini membingungkan banyak orang. Apakah pria itu masih menyembunyikan kemampuannya sekarang?     

Orang lain mungkin akan mengabaikan hal ini tetapi Lu Nantian jelas tidak akan mengabaikannya. Dia telah memperhatikan sebelumnya bahwa Gu Dongliu masih belum mengeluarkan roh kehidupannya atau Realisasi Dharma miliknya. Namun, dia masih terlihat tenang. Pedang matahari kembali menghujani Gu Dongliu. Pada saat yang sama, Gagak Emas dengan membawa sebilah pedang suci terus menerjang ke arahnya.     

Lu Nantian ingin melihat seberapa jauh Gu Dongliu bisa bertarung tanpa menggunakan Realisasi Dharma-nya.     

Gu Dongliu kembali menghilang dan bergerak secepat kilat. Aura pedang yang mengejutkan terpancar darinya. Dia tampak berubah menjadi sebuah peralatan ritual atau seorang prajurit paling mengerikan di dunia ini. Dia seolah memegang hukum di kedua tangannya. Aura pedang yang mengerikan mengeluarkan suara siulan di udara saat Gu Dongliu menunjuk ke depan.     

Dia menunjuk ke atas tanah dan seketika muncul sebuah matriks pedang. Matriks itu tampaknya dibentuk oleh huruf-huruf kuno. Matriks itu berputar tak terkendali dan huruf-huruf kuno di dalamnya bercahaya.     

Ketika Gagak Emas dan pedang matahari tiba di dekat Gu Dongliu, dia menunjuk ke bawah. Semuanya tiba-tiba menjadi kacau.     

Pedang Dewa Matahari itu bertabrakan dengan matriks pedang dan kemudian kembali ke sisi Lu Nantian. Adapun hujan pedang matahari yang sebelumnya mencoba menyerang Gu Dongliu, mereka sama sekali tidak bisa mendekati Gu Dongliu.     

"Kakak Ketiga memiliki banyak trik." Ye Futian tercengang. Terdapat banyak Penyihir Mandate di dunia ini yang berlatih seni bela diri dan ilmu sihir. Mereka begitu terampil dalam penggunaan setiap elemen. Namun, para jenius seperti Gu Dongliu berbeda. Dia bisa memanggil para dewa perang untuk bertarung dan dia bisa menggunakan segel Kuji-in untuk mengeluarkan kekuatannya. Dia terampil dalam semua jenis serangan dan serangan spiritualnya juga memiliki tingkat yang sama. Sekarang, dia juga mampu menggunakan matriks pedang.     

Mereka memiliki keterampilan yang sangat berbeda, tetapi Gu Dongliu sangat menguasai semua keterampilan tersebut.     

"Kau harus lebih banyak membaca." Xue Ye melirik ke arah Ye Futian dan terkekeh. "Apakah kau ingin menyalin buku denganku?"     

"Kakak bisa melakukannya sendiri." Ye Futian bergidik ngeri. Dia tidak akan melakukan hal itu bahkan jika hidupnya bergantung padanya.     

"Hei, aku akan menyarankannya ke Kakak Kedua dan Kakak Ketiga," ujar Xue Ye. "Kakak Ketiga berkata bahwa orang-orang yang memiliki banyak bakat harus lebih sering membaca. Bagi seorang jenius sepertimu, menyalin buku adalah metode kultivasi yang terbaik."     

"Kakak Keempat, aku pasti akan menyarankan pada Kakak Kedua untuk membiarkanmu pergi dari gunung di masa depan," ujar Ye Futian.     

Kedua mata Xue Ye berbinar dan dia cepat-cepat tersenyum. "Kalau begitu, metode kultivasi terbaik untukmu adalah melakukan apa-pun yang kau inginkan."     

"Tidak bisakah kalian berdua bersikap lebih serius?" Luo Fan menatap ke arah mereka.     

"Tidak peduli bagaimana sikap kita nantinya, Kakak Ketiga akan menang," ujar Xue Ye dengan acuh tak acuh. Dia sangat percaya diri pada kemampuan Gu Dongliu.     

Banyak orang di sekitar panggung seni bela diri menatap ke arah medan pertarungan. Mereka terpana oleh kekuatan yang ditampilkan oleh keduanya.     

Gu Dongliu telah memiliki reputasi sebelumnya, tetapi sangat sedikit yang pernah menyaksikan kekuatannya secara langsung. Mereka tahu bahwa Gu Dongliu memang kuat tetapi mereka tidak tahu persis seberapa kuat dia sebenarnya. Sekarang, mereka akhirnya memiliki kesempatan untuk melihat kemampuan bertarung dari murid ketiga Pondok.     

Dua sosok di atas panggung seni bela diri berdiri berjauhan, satu berada di udara dan yang lainnya di atas tanah. Mereka saling menatap dan berhenti menyerang.     

Gu Dongliu menatap ke arah Lu Nantian. Aura pedang terpancar dari hawa kehadirannya yang seperti orang terpelajar. Kemudian, dia mengucapkan kalimat pertamanya kepada Lu Nantian.     

"Giliranku." Setelah itu, dia mengangkat kakinya dan berjalan ke depan. Seketika, dia menghilang.     

Dia muncul kembali di hadapan Lu Nantian.     

Sebuah badai spiritual yang mengerikan dan tidak terlihat langsung menyerangnya. Lu Nantian tampak tenggelam dalam sepasang tatapan mata yang mengerikan. Kemudian Gu Dongliu menunjuk ke depan, sambil menghunus pedangnya. Pergerakannya benar-benar secepat kilat!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.