Legenda Futian

Kaisar Luo



Kaisar Luo

0Di Kota Donghai, kondisi Akademi Donghai sedang kacau. Kini, akademi tidak lagi seperti biasanya. Banyak orang mulai meninggalkan akademi. Tidak hanya para murid, tetapi keluarga serta petugas yang bekerja di akademi juga pergi meninggalkan Akademi Donghai. Namun, masih ada yang tetap memutuskan untuk tinggal.     
0

Tahun 10000 dari Kalender Prefektur Ilahi merupakan tahun yang melambangkan kebangkitan. Sekolah Emperor Star kini memegang kekuasaan, sementara Sekolah Treasury Star membantunya. Masa dimana tujuh sekolah berada pada kedudukan yang sama telah berlalu. Tapi tak ada yang tahu, apakah perubahan ini akan membawa akademi menuju kejayaan atau malah menuju jurang kehancuran.     

Di tahun ini, Akademi Donghai merupakan rumah bagi seorang murid yang tiba-tiba datang seperti bintang jatuh dari langit. Dia mampu menciptakan reputasi bagi dirinya dengan begitu cepat di seluruh akademi. Tetapi, dia pergi meninggalkan akademi bersama kepala Sekolah Finance Star dan gurunya, Hua Fengliu, bahkan sebelum ia menghabiskan satu tahun di akademi tersebut.     

Saat ini, tidak ada yang bisa menebak masa depan yang dimiliki oleh pemuda itu, yang sangat terkenal di akademi. Tetapi, penonton yang hadir saat Pertemuan Tujuh Sekolah pasti paham, apabila ia terus melanjutkan kultivasi di Akademi Donghai, ia akan menjadi tokoh penting di Negeri Nandou. Tidak perlu dipertanyakan lagi.     

Tahun baru semakin dekat, dan Negeri Nandou dipenuhi dengan suasana gembira. Banyak orang kembali dari perantauan setelah sekian lama. Setiap prefektur dan kota menjadi begitu meriah untuk menyambut datangnya tahun baru.     

Hal yang sama juga terjadi di Kota Kekaisaran. Banyak orang mulai merayakan datangnya tahun baru. Setiap rumah dihiasi dengan pernak-pernik tahun baru. Suasana gembira juga memenuhi gedung paling megah di Kota Kekaisaran, yaitu Istana Kekaisaran. Walaupun jika dibandingkan dengan suasana di luar, suasana dalam istana masih terasa suram dan tidak menarik. Aura yang dimiliki Istana Kekaisaran sangat sesuai dengan keluarga kerajaan.     

Saat ini, seseorang sedang duduk di kursi singgasana di dalam aula besar Istana Kekaisaran. Dia mengenakan sebuah mahkota di kepalanya dan jubah berwarna kombinasi ungu-emas. Orang ini merupakan tokoh paling penting di Negeri Nandou. Dia adalah sang kaisar, Kaisar Luo, dan seseorang yang berdiri di hadapannya adalah Menteri Zuo.     

"Apakah kau tahu kenapa aku memanggilmu hari ini?" tanya Kaisar Luo pada Menteri Zuo.     

"Tidak, Yang Mulia." Menteri Zuo menggelengkan kepala.     

"Putra Mahkota mendengar bahwa kau telah menganugerahi Lencana Menteri pada seorang pemuda dan dia ingin bertemu langsung dengannya. Sang Putra Mahkota bahkan secara khusus pergi ke Kota Donghai untuk bertemu dengannya. Kau memang pandai memilih orang. Seperti biasa, pemuda yang kau temukan sangatlah berbakat, yang terbaik dari semuanya," ujar Kaisar Luo.     

Menteri Zuo merasa ada sesuatu yang aneh. Sang Putra Mahkota secara pribadi pergi ke Kota Donghai hanya karena ia mengetahui perihal pemuda yang saat ini menarik perhatiannya?     

"Tentu saja, ia adalah pemuda yang luar biasa, tapi bukankah terlalu berlebihan bagi Putra Mahkota pergi mengunjungi Kota Donghai hanya untuk melakukan hal itu? Yang Mulia harus meyakinkan Putra Mahkota untuk tidak menghabiskan waktu mengenai masalah ini," Menteri Zuo memberi saran. Dia mencoba meredakan situasi saat ini.     

"Sepertinya dia belajar tentang sesuatu setelah perjalanannya ke Kota Donghai. Mungkin tidak buruk juga membiarkannya untuk menjelajah ke luar. Ngomong-ngomong, bagaimana hasil ramalan milik pemuda itu?" Kaisar Luo bertanya dengan santai.     

"Yang Mulia, anda perlu tahu bahwa saya tidak lagi menyampaikan ramalan ke orang lain begitu saja. Membiarkan orang mengetahui ramalan miliknya akan mempengaruhi tindakannya, dan akibatnya, takdir mereka berubah. Itu akan bertentangan dengan ketentuan langit, dan saya akan menerima hukuman atas tindakan tersebut." Menteri Zuo membungkuk hormat sambil meminta maaf. Apa yang dia katakan bukanlah sepenuhnya kebohongan. Dia tidak berani memberitahu sang kaisar bahwa ia telah melihat ramalan milik Ye Futian. Apabila ramalan Ye Futian tersebar luas, itu akan mempengaruhi takdirnya dan akan merubah takdirnya. Hal itu tentu saja bukanlah hal yang bagus. Ini juga alasan mengapa seorang peramal tidak memiliki hidup yang panjang.     

"Berandal seperti kau terlalu banyak alasan. Bukankah kau pernah bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja apabila kita tetap mengikuti aliran yang ada?" Kaisar Luo berdiri dan tertawa. "Lalu, bagaimana dengan nona muda dari klan Nandou? Bagaimana isi ramalannya? Setelah kau kembali ke Kota Kekaisaran, kau terlihat cukup sibuk. Aku tahu bahwa diriku tidak berhak bertanya tapi aku sangat penasaran."     

Jantung Menteri Zuo berdegup kencang. Dia tidak pernah menyangka bahwa sang Kaisar dan sang Putra Mahkota mengawasi setiap pergerakannya. Karena pemikiran tersebut, dia mulai menyesali keputusannya menyetujui permintaan Nandou Tai untuk melihat ramalan milik Hua Jieyu. Tentu saja ketika ia menyetujuinya, dia tidak pernah mengira bahwa ramalannya begitu mengejutkan, dan ia tidak menduga bahwa Hua Jieyu memiliki hubungan dengan Ye Futian.     

"Yang Mulia," Menteri Zuo meletakkan kedua tangannya di depan badannya dan membungkuk hormat ke sang Kaisar, "Saya sangat bersyukur telah mengenal anda dan mengikuti kepemimpinan anda selama bertahun-tahun. Saya tidak pernah berani untuk bermalas-malasan dan selalu berusaha menemukan bakat baru untuk negeri kita."     

"Tentu saja, aku tahu semua itu, dasar berandal." Sambil melihat ke arah Menteri Zuo, Kaisar Luo menggelengkan kepalanya dan mulai tertawa. Saat ini, dia tidak terlihat seperti seorang kaisar, melainkan seorang kakak.     

"Setiap tahun, saya semakin berhati-hati dalam menggunakan kemampuan saya sebagai peramal dan saya sudah menjelaskan alasannya berkali-kali pada anda. Dalam perjalanan saya ke Kota Qingzhou beberapa waktu yang lalu, saya melewati prefektur Laut Timur dan bertemu dengan seorang pemuda yang sangat menarik dan menyampaikan ramalan untuk seseorang. Kedua orang ini sangat beruntung dan akan mempengaruhi keberuntungan negeri ini. Karena itulah saya sibuk membukakan jalan bagi mereka berdua, saya ingin melakukan sesuatu untuk mereka berdua," Menteri Zuo menjelaskan.     

Kaisar Luo mengangguk pelan dan tersenyum. "Aku menghargai perhatianmu dan sama sekali tak khawatir padamu. Lalu, gadis itu terlalu nakal, jadi bersabarlah dalam menghadapinya. Jika dia melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu, jangan takut untuk menghukumnya. Tidak perlu menahan diri demi diriku."     

"Meskipun sang puteri sedikit keras kepala, bakat dan kepribadiannya sangatlah baik." ujar Menteri Zuo.     

"Baiklah, kau boleh pergi," ujar Kaisar Luo, lalu menepuk pundak Menteri Zuo. Menteri Zuo menurunkan kedua tangannya dan mundur perlahan meninggalkan aula. Baru ketika ia sudah benar-benar di luar aula, ia berbalik memunggungi sang kaisar.     

Bulir keringat membasahi dahi Menteri Zuo. Sebagai seorang peramal, dia harus bertindak dengan hati-hati. Banyak hal yang tidak boleh ia bicarakan sembarangan. Jika ia mengungkapkan sesuatu, hal itu bisa menjadi mimpi buruk baginya. Contohnya, takdir Negeri Nandou atau ramalan milik sang Putra Mahkota.     

Menteri Zuo berharap apa yang telah ia usahakan berbuah manis nantinya.     

Yang tidak diketahui Menteri Zuo adalah, setelah ia pergi, terdapat dua orang memasuki aula. Mereka adalah Luo Junlin dan Menteri Hua.     

Kaisar Luo sedang menulis sesuatu di mejanya. Sembari menulis, dia berbicara, "Menteri Zuo bilang bahwa dua orang itu memiliki keberuntungan yang luar biasa dan dapat merubah takdir dari Negeri Nandou. Jika itu benar, maka aku akan mengikuti rencananya."     

Menteri Hua dan sang Putra Mahkota tidak mengatakan apapun. Mereka menunggu dengan tenang. Mereka tahu bahwa Kaisar Luo sedang menulis perintah kaisar.     

Beberapa saat kemudian, dia meletakkan penanya. Dengan lambaian tangan, sebuah gulungan emas melayang ke arah Menteri Hua.     

"Ambilah ini," Kaisar Luo memberikan perintah. Menteri Hua maju untuk mengambil gulungan tersebut. Dia melihat isi gulungan itu sekilas dan tampak terkejut. Yang Mulia memang seorang Kaisar dari Negeri ini. Perintah yang ia keluarkan akan membuat Menteri Zuo tetap mempertahankan harga dirinya, tapi di waktu yang sama, akan menghilangkan segala hal yang telah mereka khawatirkan.     

"Walaupun aku percaya mengenai ramalan, tapi itu tidak dapat dipercaya sepenuhnya. Takdir dapat diubah, tapi satu hal aku yakin tidak dapat berubah. Di bawah langit ini dan Negeri Nandou, keputusanku adalah keputusan mutlak dari langit," ujar Kaisar Luo. "Menteri Hua, selesaikan masalah ini sendiri. Aku tahu sekarang sudah mendekati akhir tahun tapi aku tetap memerintahkanmu untuk pergi melaksanakan tugas ini. Lalu untuk Putra Mahkota, sebaiknya kau tetap tinggal di istana dan fokus pada latihan kultivasimu. Satu hal yang dikatakan Menteri Zuo memang benar. Selain takhta kaisar ini, semuanya tidak penting bagimu."     

"Baik, Ayah," Luo Junlin mengangguk.     

"Saya akan segera berangkat menuju Kota Donghai, tetapi Yang Mulia, apa yang harus saya lakukan apabila seseorang menolak perintah kaisar?" tanya Menteri Hua.     

"Aku sudah menyuruhmu untuk menyelesaikan masalah ini dengan caramu, apa perlu penjelasan lebih lanjut?" tanya Kaisar Luo. Menteri Hua menyadari sesuatu. Dia kini mengerti apa yang dimaksud oleh Kaisar Hua. Jika hanya sekedar mengirimkan perintah kaisar, ia bisa mengirimkan sembarang orang. Itulah alasan kenapa Kaisar Hua secara pribadi menyuruhnya melaksanakan tugas ini—untuk mencegah siapapun melawan perintah kaisar. Siapa yang berani menolak perintah kaisar dengan kehadiran seorang menteri dihadapannya?     

'Di bawah langit ini dan Negeri Nandou, keputusanku adalah keputusan mutlak dari langit'. Maksud dari perkataan tersebut sangatlah jelas.     

"Saya pamit pergi terlebih dahulu," ujar Menteri Hua sambil membungkuk hormat sebelum pergi meninggalkan aula.     

...     

Ye Futian tidak mengetahui apa yang terjadi di Istana Kekaisaran yang terletak ribuan mil dari tempatnya sekarang. Tinggal dua hari sebelum akhir tahun, dan dia masih belum tahu dimana keberadaan orang tuanya saat ini. Apakah bibi dan paman baik-baik saja? Bagaimana dengan Ye Xiaoqin dan Ye Mo, apa mereka sehat? Setelah tahun ini berakhir, dia akan pergi meninggalkan Kota Donghai dan pergi menuju Kota Kekaisaran. Hari-harinya menjelajahi dunia dengan Hua Jieyu akan sangat menarik.     

Di lapangan, Ye Futian melihat Yu Sheng dan Yi Qingxuan yang selalu bersama seperti lem. Dia merasa sakit hati.     

"Yu Sheng," panggil Ye Futian. Yu Sheng mengangkat kepalanya dengan tatapan bingung.     

"Kultivasi yang benar! Berhenti bermain-main dengan kekasihmu setiap hari." Ye Futian terdengar sangat serius.     

Yu Sheng tercengang. Yi Qingxuan tertawa dan berkata padanya, "Yu Sheng, seseorang merasa cemburu karena Hua Jieyu tidak ada disini."     

"Ya. Saat di Kota Qingzhou, aku berkultivasi sementara dia dan Hua Jieyu selalu bersama setiap hari hingga mereka akhirnya menjadi sepasang kekasih." Yu Sheng mengangguk.     

Di sampingnya, Ye Futian berdiri setelah dia merasa diabaikan. "Kalian berdua sangat jahat." Dia segera berbalik dan pergi. Tak lama, Ye Futian tiba di bagian lain rumah tersebut. Tidak jauh darinya, ada kakek berambut putih sedang menyapu halaman.     

"Kakek Yu!" Ye Futian maju ke depan. Sang kakek mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Tuan Muda Ye."     

"Kakek Yu, sekarang sudah mendekati akhir tahun, anda tidak pulang untuk merayakan tahun baru?" tanya Ye Futian. Akhir-akhir ini dia sering mengobrol dengan Kakek Yu.     

"Saya tidak punya tempat untuk kembali." Kakek Yu menggelengkan kepala, terlihat sangat sedih.     

"Apa maksud anda tidak punya tempat untuk kembali? Darimana anda berasal?" Ye Futian terus bertanya.     

"Saya sempat tinggal di sebuah Pulau di Laut Timur. Anda mungkin tidak pernah mendengar namanya. Hingga akhirnya saya sampai disini, di Kota Donghai. Saya tidak bisa kembali ke sana lagi," ujar Kakek Yu, terlihat murung.     

"Kakek Yu, di umur anda saat ini pasti anda sudah memiliki banyak pengalaman. Maukah anda berbagi beberapa cerita pada saya ?" tanya Ye Futian sambil tersenyum.     

"Cerita apa yang dimiliki oleh orang seperti saya? Saya menghabiskan hidup untuk melayani orang lain. Dulu, saya memiliki seorang majikan yang sangat baik dalam memperlakukan saya, tapi datang sebuah masalah. Tapi satu hal yang pasti, Tuan Muda Ye, anda juga memperlakukan saya dengan sangat baik." Kakek Yu berkata pada Ye Futian, ia merasa sangat bersyukur.     

"Terima kasih kembali. Kakek Yu, anda harus menjaga kesehatan di umur anda saat ini," ujar Ye Futian.     

"Baik, Baik. Tuan Muda Ye, silahkan anda melanjutkan kembali rutinitas anda. Tidak perlu menemani pria tua seperti saya," Kakek Yu tertawa.     

"Baiklah, saya pergi sekarang. Saya akan mengunjungi anda jika ada waktu," ujar Ye Futian. Dia berbalik untuk pergi. Namun, mata Ye Futian terlihat bingung, seolah ia memikirkan sesuatu yang penting.     

Apakah hanya imajinasinya saja? Bagaimana ia merasa asing tapi dalam waktu yang sama juga merasa akrab setiap ia mengobrol dengan sang kakek? Sangat sulit mengartikan perasaan ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.