Legenda Futian

Aku Ditakdirkan Menjadi Kaisar



Aku Ditakdirkan Menjadi Kaisar

0Dalam hitungan detik, Hua Jieyu merasa seperti hidupnya hancur. Wajahnya pucat pasi layaknya hantu.     
0

Yang Mulia telah memberikan gelar sang Putri Mahkota padanya, dan dia harus pergi pada hari pertama di tahun baru. Sebelum menerima kabar ini, ia sedang mengobrol dengan ibunya mengenai acara yang dilaksanakan besok, saat ayahnya dan Ye Futian akan datang berkunjung. Lalu, tanpa ada peringatan apapun, dia menerima berita ini.     

Nandou Wenyin, Nandou Tai dan semua yang hadir merasa terkejut, tak mampu berkata-kata.     

Ini...Apakah ini yang disebut dengan takdir? Nandou Tai bertanya pada dirinya sendiri. Sejujurnya, Nandou Tai tidak begitu paham apa yang dimaksud oleh Menteri Zuo saat ia berkata bahwa Hua Jieyu ditakdirkan menjadi seorang permaisuri, 'ibu' dari negeri ini. Tapi sekarang dia mengerti. Yang dimaksud Menteri Zuo adalah seorang permaisuri dari sang Kaisar, Kaisar dari Negeri Nandou.     

"Tidak..." ujar Hua Jieyu. Dia akhirnya tersadar dari lamunannya. Matanya menunjukkan keyakinan serta keteguhan hati ketika ia berkata pada Menteri Hua, "Saya menolak."     

Menteri Hua mengerutkan keningnya. "Tak masuk akal, ini adalah perintah kaisar, ditulis langsung oleh sang Kaisar."     

"Saya menolak," Hua Jieyu mengulanginya dengan nada dingin. Dia masih menatap ke arah Menteri Hua. Tatapan Menteri Hua terlihat setajam pisau, tetapi gadis di hadapannya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.     

"Kakak Nandou, apa klan Nandou berniat untuk menentang perintah kaisar?" tanya Menteri Hua.     

"Tolong maafkan dia Menteri Hua. Dia hanya bersikap keras kepala. Izinkan saya untuk meyakinkan Hua Jieyu terlebih dahulu," ujar Nandou Tai. Ekspresi Nandou Tai berubah. Klan Nandou bukan lagi kaum bangsawan; mereka tidak berhak melawan keputusan seorang kaisar.     

"Baiklah, aku memberimu waktu dua hari. Selama dua hari, aku akan tinggal disini dan saat hari pertama di tahun baru, kita segera berangkat menuju Kota Kekaisaran." ujar Menteri Hua. Ketika ia berbalik, ia tersenyum mengejek. Menolak perintah kaisar? Siapa yang berani melakukan hal tersebut di hadapan Menteri Hua?     

Setelah Nandou Tai melihat Menteri Hua pergi, perhatiannya kini beralih ke Hua Jieyu. Dia berkata, "Jieyu, sang Putra Mahkota terlahir untuk menjadi seorang kaisar. Dia adalah pemuda yang luar biasa. Ia kini dalam rentang usia dua puluh tahun dan belum menikah. Ini seharusnya membuatmu mengerti pribadi seperti apa sang Putra Mahkota. Kesempatan ini hanya akan diberikan pada satu orang di seluruh Negeri Nandou dan takdir telah memilihmu. Kau akan menjadi 'ibu' dari negeri ini.     

"Aku tidak menginginkan takdir seperti ini," ujar Hua Jieyu pada Nandou Tai.     

Dia melihat keyakinan di mata Hua Jieyu dan mencoba meyakinkannya kembali, "Jieyu, kau masih tujuh belas tahun, perasaanmu pada Ye Futian hanyalah sementara. Suatu hari, ketika kalian berdua berada di dunia yang berbeda, kau akan melupakan semuanya. Karena itu kumohon, selama kau setuju akan tawaran ini, aku akan mengizinkan ayahmu untuk tinggal di Istana Nandou dan keluargamu akan bersatu kembali.     

Hua Jieyu melihat ke arah Nandou Tai dengan tatapan mata yang dingin. "Aku tidak akan pernah setuju, begitu pula ayahku."     

"Wenyin, tolong nasehati dia." Nandou Tai melihat ke arah Nandou Wenyin yang sedang berdiri di belakang putrinya.     

"Sekarang begitu kau akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, kau akan membiarkan Hua Fengliu kembali?" Nandou Wenyin menatap tajam ke arah Nandou Tai, "Kau pikir kami akan senang dengan kembalinya keluarga kami dengan cara mengorbankan putri kami? Aku tidak akan menyetujui hal ini."     

Ekspresi Nandou Tai tidak terlihat bagus. Dengan nada dingin, ia berkata, "Walaupun kalian menolak, ini merupakan perintah kaisar. Siapa yang mampu menentang perintah kaisar? Kalian masih punya waktu satu hari untuk berpikir kembali mengenai hal ini." Setelah itu, Nandou Tai pergi dengan wajah yang terlihat muram.     

Setelah Nandou Tai pergi meninggalkan mereka berdua, Hua Jieyu mulai menangis ketika ia berbalik untuk melihat ibunya. "Ibu!" suaranya terdengar begitu sedih. Dia terlihat tak berdaya saat ini, tidak seperti Hua Jieyu biasanya.     

"Putriku yang malang," ujar Nandou Wenyin. Dia maju menghampiri putrinya dan menyentuh wajah Hua Jieyu yang penuh bekas tangisan. Hatinya terasa sakit melihat kondisi putrinya saat ini.     

Bagaimana bisa hidup keduanya sama-sama berakhir seperti ini? Mengapa mereka tidak bisa bersama seseorang yang mereka cintai?     

Nandou Wenyin merupakan satu-satunya orang yang bisa mengerti perasaan Hua Jieyu saat ini karena ia sudah pernah mengalaminya. Mereka tidak peduli dengan status bangsawan, mereka hanya ingin bersama seseorang yang mereka cintai.     

Tak lama, seseorang terlihat datang sambil berlari. Dia adalah Nandou Wenshan yang baru saja mendengar berita tentang Hua Jieyu. Melihat pemandangan ibu dan anak tersebut, hatinya seolah tersayat. Hua Jieyu bahkan jauh lebih luar biasa daripada ibunya. Dia ditakdirkan untuk menjalani hidup yang berbeda. Sekarang, dia telah menyandang gelar Putri Mahkota. Apakah ini yang dilihat oleh Menteri Zuo dalam ramalan Hua Jieyu? Apakah ini takdir Hua Jieyu?     

"Ibu, aku rindu padanya. Aku ingin bertemu dengannya," ujar Hua Jieyu sambil menangis.     

"Gadis bodoh, mereka tidak akan mengizinkanmu keluar." Nandou Wenyin menggelengkan kepalanya. Nandou Wenyin telah mengalami ini sebelumnya, tetapi Hua Jieyu sepertinya tidak mendengarkan perkataan ibunya. Dia berbalik dan berusaha untuk meninggalkan rumahnya. Tapi, tiba-tiba muncul banyak orang di lapangan. Mereka merupakan kultivator hebat dari klan Nandou. Perintah kaisar telah ditujukan pada klan Nandou, dan Hua Jieyu menolaknya. Di situasi seperti ini, mana mungkin mereka membiarkannya pergi? Bahkan jika anggota klan Nandou membiarkan tindakannya, Menteri Hua akan segera turun tangan. Keluar dari Istana Nandou merupakan hal yang mustahil bagi Hua Jieyu.     

Hua Jieyu melihat pasukan yang berjaga di lapangan, perlahan tatapan matanya mulai tenang. Kemudian ia berbalik dan kembali ke arah rumahnya.     

"Jieyu, terkadang manusia tidak bisa melawan takdir," ujar Nandou Wenshan sambil menghela napas. Dia juga merasa sedih. Dalam situasi ini, tidak ada jalan keluar ataupun cara untuk melawan.     

Kali ini, semakin sulit untuk memberikan perlawanan, dibandingkan dengan situasi Nandou Wenyin bertahun-tahun yang lalu. Lawan yang mereka hadapi saat itu 'hanya' Art Saint. Meskipun saat itu klan Nandou ingin memiliki relasi dengan Menteri Hua—yang memiliki relasi dengan Art Saint; klan Nandou masih memiliki status bangsawan dan tidak ada keharusan untuk menjodohkan Nandou Wenyin dengan Art Saint hanya untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, Art Saint tidak berhak untuk datang dan memaksa Nandou Wenyin menikah dengannya. Tapi kali ini berbeda. Sekarang, yang menjadi taruhan adalah gelar Putri Mahkota. Yang Mulia bahkan menulis perintah kaisar dengan tangannya sendiri. Tidak ada seorangpun, di Negeri Nandou, yang dapat menolak perintahnya.     

"Tidak, aku telah mengatakan ini sebelumnya, aku tidak percaya pada takdir." Hua Jieyu melihat ke arah pamannya dan menggelengkan kepalanya. Aku tidak akan pergi ke Istana Kekaisaran dan tidak akan menjadi seorang Putri Mahkota. Tidak sekarang, dan selamanya."     

"Jieyu, jangan berpikiran seperti itu." Ekspresi Nandou Wenshan berubah. Hua Jieyu terlihat sangat yakin akan keputusannya, hingga membuat Nandou Wenshan menjadi takut. Jika Hua Jieyu ingin menentang perintah kaisar, hanya ada satu jalan, dan dia tidak ingin melihat Hua Jieyu melalui jalan itu.     

"Paman, bisakah paman mampir ke Taman Guqin untukku?" Hua Jieyu tidak merespon perkataan pamannya. Malah, ia mengajukan permohonan, dengan air mata mengalir di wajahnya.     

"Apa yang kau inginkan?" tanya Nandou Wenshan.     

"Bisakah kau sampaikan pada Ye Futian agar tidak datang berkunjung besok? Bilang saja bahwa anggota klan tidak akan mengizinkannya masuk." Suaranya dipenuhi dengan kesedihan. Air matanya terus mengalir saat ia berbicara. Tentu saja, sebenarnya ia sangat ingin Ye Futian datang, tapi dia juga sadar, batinnya berkata, bahwa ia tidak mungkin menentang perintah kaisar. Jika Ye Futian tetap memaksa untuk datang, itu hanya akan membahayakannya. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Ye Futian.     

"Bagaimana kalau ia mengetahui apa yang terjadi saat ini?" tanya Nandou Wenshan.     

"Katakan padanya aku tidak lagi mencintainya dan aku memang ingin menjadi Putri Mahkota. Katakan padanya untuk melupakanku dan jangan pernah mencariku lagi," ujar Hua Jieyu. Air mata terus mengalir di wajahnya dan setiap kata yang ia ucapkan melukai perasaanya sendiri.     

Mendengar perkataan Hua Jieyu, Nandou Wenshan juga merasakan sakitnya. Dia ikut sedih dengan takdir yang menimpa keponakannya.     

"Kau yakin bahwa itu yang ingin kau sampaikan padanya?" Nandou Wenshan bertanya.     

Hua Jieyu mengangguk sebagai jawaban.     

"Baiklah." Nandou Wenshan juga ikut mengangguk. "Aku akan berangkat sekarang." Kemudian ia berbalik untuk pergi.     

Melihat pamannya pergi, Hua Jieyu tiba-tiba meringkuk di atas tanah. Kedua tangannya memeluk lutut sambil menangis tersedu-sedu.     

Nandou Wenyin tidak menyadari sejak kapan, tapi air mata juga mengalir di pipinya. Dia berjalan ke sebelah Hua Jieyu dan memeluknya pelan.     

"Ibu, aku tidak tahu kenapa, tapi hatiku terasa sangat sakit." ujar Hua Jieyu. Nada suara yang ia keluarkan sungguh menyayat hati.     

"Hati ibu juga terasa sakit, putriku." Nandou Wenyin benci pada dirinya sendiri yang tidak berguna di saat seperti ini..     

"Ibu, jika sesuatu terjadi padaku, Ibu harus menjaga diri," ujar Hua Jieyu.     

"Gadis bodoh," Hati Nandou Wenyin terasa hancur mendengar perkataan Hua Jieyu tapi saat ini dia tidak tahu bagaimana cara untuk menghibur putrinya itu. Nandou Wenyin juga sempat berpikiran seperti ini ribuan kali, tapi dia memiliki Hua Jieyu; putri dari pria yang ia cintai.     

...     

Di Taman Guqin, Ye Futian merasa kebingungan setelah mendengar perkataan Xia Fan. Suasana gembira di Taman Guqin menjadi hancur. Mereka tidak lagi khawatir akan Ye Futian diangkat menjadi seorang Asisten Pembelajaran bagi sang Putra Mahkota. Mereka lebih khawatir tentang perintah kaisar seperti apakah yang akan diberikan pada klan Nandou.     

Ye Futian berniat untuk memastikannya dengan pergi mengunjungi Istana Nandou, tapi dia dicegah oleh Yi Xiang dan Tang Wan. Masalah mereka belum selesai dan Xia Feng masih mengawasi dari luar Taman Guqin. Jika Ye Futian keluar, ini bisa berbahaya bagi Ye Futian. Tang Wan menyuruh muridnya, Nie Bing untuk mengecek situasi di luar sementara mereka menunggu di dalam. Tapi, sebelum Nie Bing kembali, Nandou Wenshan telah tiba di Taman Guqin.     

Ye Futian segera menuju ke Nandou Wenshan. Matanya terpaku pada sang tetua.     

"Apa yang terjadi di sini? Tanya Nandou Wenshan. Sepertinya ia sudah melihat kelompok Xia Feng di luar.     

"Yang Mulia memberikan perintah kaisar. Dia ingin mengangkatku menjadi Asisten Pembelajaran bagi sang Putra Mahkota," jawab Ye Futian.     

Nandou Wenshan tampak terkejut. Sepasang kekasih ini, Ye Futian diangkat menjadi Asisten Pembelajaran bagi sang Putra Mahkota sementara Hua Jieyu akan diangkat menjadi Putri Mahkota. Bagi orang asing, hal ini terdengar seperti sebuah berita yang luar biasa. Tapi bagi siapapun yang tahu akan hubungan Ye Futian dan Hua Jieyu, ini adalah bencana.     

"Dimana Jieyu?" Ye Futian menatap ke arah Nandou Wenshan.     

"Jieyu ingin menyampaikan pesan untukmu," ujar Nandou Wenshan.     

"Pesan apa?" tanya Ye Futian.     

"Dia mengatakan bahwa ia tidak lagi mencintaimu dan ia ingin menjadi sang Putri Mahkota, jadi kau harus segera melupakannya dan jangan pernah menemuinya lagi," Nandou Wenshan berkata sambil menatap mata Ye Futian. Dia merasa sangat kejam, tapi dia memahami mengapa Jieyu berkata hal sekejam itu pada Ye Futian.     

Ye Futian merasa seperti disambar petir. Dia terdiam di tempatnya berdiri, bukan karena kata-kata yang menyakitkan itu tapi karena arti dibalik semua ini. Seketika, ia tahu isi perintah kaisar yang diberikan pada klan Nandou.     

"Bodoh," Ye Futian akhirnya berbicara setelah beberapa saat terdiam. Nandou Wenshan tercengang. Lalu, ia melihat Ye Futian mengangkat kepalanya dan memandang ke arahnya. Dengan mata kemerahan, Ye Futian berkata, "Apa dia benar-benar berpikir aku akan percaya pada perkataan itu? Apa si bodoh itu mengira aku seorang idiot?"     

Nandou Wenshan tidak bisa berkata apapun.     

"Paman, katakan padaku. Bagaimana keadaan Hua Jieyu sekarang?" tanya Ye Futian.     

Hati Nandou Wenshan hancur ketika Ye Futian memanggilnya seperti itu. Dia berkata, "Aku sangat mencemaskan Hua Jieyu. Dia berkata bahwa ia tidak akan pernah pergi ke Istana Kekaisaran dan selamanya tidak akan mau menjadi Putri Mahkota. Selamanya."     

"Tentu saja tidak. Dia milikku!" Ye Futian melanjutkan, "Mengapa kaisar bodoh itu berani memberikan perintah sekonyol itu?"     

"Aku tidak mengetahui berita seutuhnya, tapi satu hal yang bisa kukatakan padamu," ujar Nandou Wenshan. "Menteri Zuo pernah membaca ramalan milik Hua Jieyu. Dia berkata bahwa Hua Jieyu ditakdirkan untuk menjadi seorang permaisuri. Mungkin dia mengatakannya pada sang Kaisar. Ini pasti takdir bagi Hua Jieyu."     

"Menteri Zuo? Permaisuri?" Ye Futian melihat ke arah Nandou Wenshan. Menteri Zuo seorang peramal?"     

"Ya," Nandou Wenshan mengangguk. Saat ini, beberapa hal menjadi jelas bagi Ye Futian.     

"Kau salah, Menteri Zuo tidak akan pernah mengadu ke sang Kaisar," ujar Ye Futian. Nandou Wenshan mengangkat kepala dan memandang ke arah Ye Futian, terlihat bingung.     

"Jika Rubah ditakdirkan menjadi seorang permaisuri, maka Menteri Zuo seharusnya juga sudah melihat ramalanku," ujar Ye Futian dengan nada serius. "Jika Hua Jieyu ditakdirkan menjadi permaisuri, maka aku ditakdirkan menjadi kaisar!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.