Legenda Futian

Bermesraan di Tempat Umum



Bermesraan di Tempat Umum

0Di dalam Taman Guqin, sekelompok orang berjalan turun perlahan. Mereka adalah Tang Lan, Yi Xiang, dan yang lainnya.     
0

"Guru, dulu ini merupakan tempat tinggal Fengliu. Tempat ini akan menjadi rumah kita di masa depan," ujar Tang Lan pada Yi Xiang.     

"Baiklah." Yi Xiang mengangguk. Dia menoleh ke belakang pada Ye Futian yang sedang menggendong Hua Fengliu dan berkata dengannada dingin, "Kau sangat beruntung."     

Hua Fengliu tersenyum masam. Sudah beberapa tahun berlalu tetapi rasa dendam itu masih ada.     

"Guru, apakah Kakak Senior Yi pernah memperlakukan anda sebagai seorang menantu?" Ye Futian bergumam. Hua Fengliu dan Tang Lan pernah saling mencintai. Yi Xiang sudah jelas menyayangi Tang Lan dan sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri. Ye Futian dapat membayangkan sikap Yi Xiang pada Hua Fengliu sebelumnya.     

"Aku tidak tahu dengan pasti. Aku hanya yakin jika kau tidak menutup mulutmu, kau tidak akan menjadi menantuku," ujar Hua Fengliu sambil tersenyum. Wajah Ye Futian memucat, dan ia segera menutup mulut.     

Di sebelah mereka, Tang Wan tersenyum dan melihat ke arah Ye Futian, terhibur oleh kata-katanya.     

Saat memasuki Taman Guqin, angin sepoi-sepoi menyambut mereka. Suasana dalam taman itu sangat nyaman. Matahari mulai terbenam, cahayanya menyinari daun yang jatuh dengan sinar keemasan, sangat indah. Seorang pria tua berambut putih terlihat sedang menyapu dedaunan menggunakan sapu. Ye Futian melihat ke arahnya. Sosok dengan rambut putih dan badan bungkuk itu membuat Ye Futian menghentikan langkahnya.     

"Ada apa?" Hua Fengliu bertanya, merasa bingung dengan pemandangan yang ia lihat. Tang Wan juga menghentikan langkahnya.     

"Tang Wan, siapa dia?" tanya Ye Futian. Pria di depan mereka juga ikut berhenti.     

Tang Lan mengikuti pandangan Ye Futian dan melihat pria tua itu. Dia berkata, "Dia sedang sakit tapi ingin sekali bekerja, jadi aku menyuruhnya untuk membersihkan taman. Apakah ada yang salah?"     

"Bibi Tang, sejak kapan? Kenapa aku tidak tahu akan hal ini?" tanya Ye Futian.     

"Kau selalu bepergian, bagaimana kau bisa tahu akan hal ini? Sepertinya ia datang setelah kau dan gurumu datang kemari," jawab Tang Lan dengan santai.     

"Oh." Ye Futian mengangguk dan tersenyum. "Aku hanya memikirkan sesuatu." Setelah itu, ia terus berjalan ke depan. Yang lain memandangnya kebingungan tapi segera membiarkan hal tersebut berlalu.     

Tang Lan membantu Yi Xiang dan Yi Qingxuan menyiapkan tempat tinggal mereka yang baru. Istri dari Yi Xiang telah meninggalkannya sejak lama, entah karena perbedaan pendapat atau karena watak Yi Xiang. Yi Xiang selama ini membesarkan Yi Qingxuan seorang diri di Sekolah Finance Star. Karena itulah Tang Lan meminta mereka untuk menganggap Taman Guqin seperti rumahnya sendiri. Dia tahu bahwa gurunya sangat jarang merasakan kehangatan keluarga.     

Setelah itu, Tang Lan meminta sang pelayan untuk menyiapkan makan malam. Ye Futian membantu gurunya duduk di kursi. Melihat Yu Sheng dan Yi Qingxuan selalu bersama, Ye Futian terpaksa berkata, "Qingxuan, bolehkah aku meminjam Yu Sheng sebentar saja?"     

Yi Qingxuan hanya melotot ke arah Ye Futian. Yu Sheng bertanya dengan bingung, "Ada apa?"     

"Ikutlah denganku," ujar Ye Futian. Yu Sheng mengikutinya dengan bingung, ternyata mereka menuju ke pintu masuk dari Taman Guqin untuk melihat sang pria tua sedang menyapu.     

"Bukankah dia sangat mirip dengan seseorang? tanya Ye Futian.     

"Kau mungkin sedang merindukan 'dia'." Yu Sheng langsung tahu siapa yang dimaksud oleh Ye Futian.     

"Mungkin." Ye Futian mengangguk. "Aku selalu merasa ayah baptis menjaga kita."     

"Yakin dia mau melakukannya?" Yu Sheng terlihat bergumam sendiri.     

"Mungkin." Ye Futian terkekeh dan mendekati pria tua tersebut.     

Melihat keduanya mendekat, pria tua itu menundukkan kepalanya dan menyapa, "Tuan Muda."     

"Siapa nama anda?" tanya Ye Futian.     

"Nama depan saya Yu. Nama saya terlalu hina untuk disebut," ujar pria tua itu.     

"Yu?" mata Ye Futian terbelalak. Dia memberi perintah, "Angkat kepala anda."     

Pria tua itu perlahan mengangkat kepalanya. Matanya terlihat suram, seolah tak ada semangat dalam dirinya. Dia terlihat sangat tua dengan rambut dan jenggotnya yang berwarna putih. Secepat kilat, Ye Futian menarik jenggot sang pria tua. Ia berteriak kesakitan. "Tuan Muda, apa salah saya?"     

"Ini asli?" gumam Ye Futian. Kemudian ia berkata, "Kakek Yu, maafkan saya. Saya mengira kakek merupakan seseorang yang saya kenal."     

"Tidak apa-apa." Sang pria melambaikan tangannya.     

"Kakek Yu, bolehkah saya datang mengobrol bersama anda sewaktu-waktu?" tanya Ye Futian.     

"Saya merasa terhormat." Dia mengangguk sambil tersenyum.     

"Baiklah kalau begitu." Ye Futian ikut tersenyum dan berkata, "Saya tidak akan mengganggu kakek lagi."     

Dia dan Yu Sheng kemudian pergi.     

"Apa firasatku salah?" gumam Ye Futian. Dia biasanya sangat sensitif dan jeli.     

"Tidakkah kau terlalu berlebihan?" tanya Yu Sheng. Mereka memiliki bentuk tubuh dan tinggi badan yang sama, tapi penampilannya jauh berbeda. Bagaimana bisa mereka merupakan orang yang sama? Ye Futian bahkan menarik paksa jenggot kakek itu. Dia jelas-jelas mencurigai sesuatu.     

Mata Ye Futian bersinar. Apa dia benar-benar sudah berpikir terlalu berlebihan?     

Keduanya kembali ke taman. Makan malam sedang disiapkan di atas meja. Semua orang duduk di kursi masing-masing.     

"Kakak Senior Yi, kapan pernikahan antara Yu Sheng dan Qingxuan diadakan?" tanya Ye Futian sambil menunggu di meja makan.     

Yu Sheng melongo ke arah Ye Futian. Mata Yi Qingxuan terbelalak, bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pemuda tersebut.     

"Berhenti memikirkan mereka dan pikirkan dirimu sendiri." Yi Xiang memberinya tatapan serius.     

"Hanya masalah waktu bagiku," ujar Ye Futian dengan percaya diri. Lalu ia memandang Hua Fengliu dan berkata, "Guru… Ayah mertua, bukankah anda setuju?"     

"Akan kupertimbangkan," jawab Hua Fengliu datar.     

"Uh…" Ye Futian melihat ke arah Hua Fengliu. "Guru, dimana lagi anda bisa mendapatkan menantu sehebat diriku? Mengapa anda masih harus mempertimbangkannya?"     

"Dimana rasa malumu?" Tang Lan bertanya dengan nada dingin. Semuanya memandang ke arah Ye Futian, tak mampu berkata-kata.     

"Huh, Tuan Putri-ku jauh lebih ramah," ujar Ye Futian.     

"Yasudah, pergilah ke Tuan Putri-mu." Tang Lan melotot ke arahnya.     

"Ah, Bibi Tang, aku hanya bercanda. Kau juga benar-benar seperti Tuan Putri-ku [1]," jawab Ye Futian dengan pelan.     

Yang lain masih diam. Ye Futian benar-benar tidak tahu malu. Tetapi, dengan sikapnya seperti ini, semuanya mulai menikmati makan malam layaknya sebuah keluarga. Tidak ada yang mengobrol tentang Akademi Donghai. Masa lalu bagaikan asap. Sekali berlalu, tidak perlu membahasnya lagi.     

Dalam suasana yang bahagia, makan malam perlahan berakhir. Semuanya kembali ke kamar masing-masing. Ye Futian pergi ke taman untuk bermain guqin. Warna nada yang ia hasilkan terdengar sumbang, sudah jelas Ye Futian sedang terganggu oleh suatu hal.     

"Sudah mulai masuk akhir tahun lagi." Ye Futian mendongak ke arah bulan purnama. Dia mengingat bagaimana Rubah pergi ke rumah keluarga Ye untuk mencarinya setelah makan malam tahun baru, mengejutkan semua anggota keluarganya. Kemudian mereka bergandengan tangan dengan canggung di dekat danau. Tanpa ia sadari, satu tahun telah berlalu. Banyak hal terjadi di tahun ini.     

Sambil mengenang masa lalu, senyum muncul di wajahnya dan musik yang dihasilkan kini lebih baik dari sebelumnya. Dia sudah menyingkirkan rasa frustasinya untuk saat ini.     

Dibawah rembulan, dia menyembunyikan kerinduannya dengan alunan musik.     

...     

Di hari kedua, satu sosok cantik datang berkunjung ke Taman Guqin. Ketika Ye Futian melihatnya, dia tak dapat mengontrol ekspresinya. Apakah gadis ini tahu bahwa dia sedang merindukannya? Dia memikirkannya kemarin malam, dan sekarang gadis ini sudah berada dihadapannya.     

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Hua Jieyu bingung melihat ekspresi aneh Ye Futian dan terus menatapnya.     

Ye Futian tersenyum. "Karena Rubah-ku sangat cantik."     

"Aku bukan milikmu." Hua Jieyu memalingkan wajahnya dengan angkuh.     

"Tuan Putri sudah menjodohkan kita. Kau tidak bisa kabur kali ini. Kita tinggal menunggu hari pernikahan," ujar Ye Futian sambil tersenyum.     

"Jangan berpikir macam-macam." Hua Jieyu tersenyum dan berlari menuju sang Iblis Guqin di belakang Ye Futian, dan memanggil, "Ayah!"     

"Jieyu, kenapa kau disini?" tanya sang Iblis Guqin.     

"Paman bercerita tentang Akademi Donghai. Aku tahu kau akan kembali ke sini, jadi aku datang untuk memastikan," ujar Hua Jieyu.     

"Orang itu menjadi ramah?" tanya Ye Futian, berjalan ke depan.     

"Aku datang untuk memberitahukan kabar baik untuk kalian berdua." Hua Jieyu tersenyum manis.     

Ye Futian melihat Hua Jieyu dengan pandangan curiga. "Si tua Nandou sadar bahwa aku sangat berbakat dan tak terkalahkan sehingga dia setuju dengan pernikahan kita?"     

Hua Jieyu mencubit pinggang Ye Futian dengan keras karena dia sungguh tak tahu malu. Hua Jieyu berkata, "Ibu dan aku ingin mengundang kalian datang saat tahun baru, dan Nandou Tai setuju."     

Tatapan aneh muncul dari mata sang Iblis Guqin, tapi karena melihat keduanya, dia mengerti. Nandou Tai tahu bahwa murid dan putrinya akan jauh lebih berbakat daripada dirinya, jadi mereka kini mencoba menyelesaikan dendam yang ada. Dulu, untuk masuk ke Kota Donghai saja sangat sulit, apalagi ke rumah keluarga Nandou.     

Ye Futian juga paham akan hal ini. Klan Nandou memiliki ekspetasi dan keinginan yang besar pada Jieyu. Jika mereka tidak ingin Jieyu memiliki dendam kepada mereka ketika ia tumbuh dewasa, mereka tidak bisa berbuat seenaknya. Sementara untuk dirinya, mereka tidak dapat menyinggung perasaannya meskipun mereka tidak menyetujui adanya pernikahan.     

"Senang?" Hua Jieyu melihat ke arah Ye Futian sambil tersenyum.     

"Aku kira mereka menyetujui pernikahan kita," ujar Ye Futian dengan wajah cemberut.     

"Cepat katakan bahwa kau merasa senang," ujar Hua Jieyu sambil tersenyum.     

"Uh…" Ye Futian melihatnya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja aku senang, aku akan menghabiskan tahun baru dengan Rubah."     

Hua Jieyu terlihat puas.     

"Jadi... bolehkah aku menginap?" Ye Futian mengedip-ngedipkan matanya.     

Senyum Hua Jieyu terhenti. Sambil melihat Ye Futian, ia menendangnya karena telah berpikiran kotor.     

"Yang kumaksud adalah guru. Dia tidak bertemu dengan Tuan Putri selama bertahun-tahun. Kau sebaiknya membicarakan ini dengan ayahmu," ujar Ye Futian dengan serius.     

"Masuk akal." Hua Jieyu tersenyum dan mengangguk. "Ayah boleh menginap, sementara kau tidak boleh."     

"Istriku tidak peduli denganku," Ye Futian bergumam.     

"Kau bilang apa?" Hua Jieyu kembali melotot.     

"Bukan apa-apa. Aku hanya berpikir apakah kita sebaiknya pergi ke Kota Imperial setelah tahun baru," ujar Ye Futian.     

"Akan kupertimbangkan," ujar Hua Jieyu.     

"Kesehatan guru sedang tidak baik. Aku khawatir jika tidak bisa merawatnya seandainya ia menginap sendirian," ancam Ye Futian.     

Hua Jieyu melotot. Di samping mereka, Hua Fengliu mengomel, "Jika kalian ingin bermesraan di tempat umum, lakukanlah... tapi jangan saat bersamaku!"     

"A-Ayah, kau bilang apa?" Hua Jieyu tersipu malu.     

"Guru, kau sangat pengertian," puji Ye Futian. Setidaknya gurunya mengerti perasaan mereka!     

[1] Tuan Putri yang dimaksud di sini adalah ibu mertua, istri dari Hua Fengliu, dan ibu dari Hua Jieyu. Ye Futian memanggil Nandou Wenyin sebagai tuan putri-nya (ibu kandung Hua Jieyu dan istri sah Hua Fengliu), sementara ia mengganggap Tang Lan juga sudah seperti ibu mertuanya (walaupun bukan istri sah dari Hua Fengliu atau ibu dari Hua Jieyu, Tang Lan sudah sangat dekat dengan mereka).     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.