Legenda Futian

Seseorang yang Menginginkan Mahkota, Harus Menanggung Beban Mahkota Tersebut



Seseorang yang Menginginkan Mahkota, Harus Menanggung Beban Mahkota Tersebut

0Di udara, tubuh Xia Fan telah ditarik dengan paksa. Tangan, kaki, dan kepalanya terjerat oleh sulur-sulur tanaman dari segala arah. Dia sangat ketakutan, wajahnya terlihat pucat. Dengan mata terpejam, dia menangis dan memohon, "Maafkan aku! Aku mengaku salah!"     
0

Xia Fan pertama kali melihat Ye Futian dan Hua Jieyu di tepi danau Kota Qingzhou. Waktu itu, Ye Futian muda hanyalah mainan yang tidak penting bagi Xia Fan. Di Gunung Tianyao, dia sudah mempermainkan nyawa Ye Futian dan sekarang, dia sedang menerima hukumannya.     

Wajah Ye Futian masih terlihat tanpa ekspresi ketika menyaksikan kondisi Xia Fan yang menyedihkan.     

Sulur-sulur tersebut semakin menekan dan mulai menarik anggota tubuh Xia Fan.     

"AHHH...!" Xia Fan menjerit kesakitan. Hanya terdengar satu jeritan. Darahnya menghujani tanah dari langit tapi Ye Futian tidak tetap berada di situ untuk melihatnya. Dia berbalik untuk menjemput Hua Jieyu, yang telah dibawa kepadanya dengan bantuan sulur-sulur tanaman, dan kemudian keduanya berjalan menuju Nandou Wenyin dan Tang Lan. Dia berkata pada mereka, "Ayo kita kembali ke Taman Guqin."     

Getaran dalam tubuhnya sudah berhenti dan sosok seperti-kaisar telah sirna menjadi sebuah bayangan. Cahaya yang terpancar darinya juga sudah menghilang. Ye Futian menarik kembali Roh Kehidupannya. Dia tidak ingin berpikir macam-macam. Hanya ada satu hal yang ada di benaknya: Dia harus melanjutkan hidup. Grandmaster telah menukarkan nyawanya untuk Ye Futian. Yi Xiang dan bangau itu bertarung agar dirinya selamat. Dia harus tetap hidup.     

"Ayo kita pergi," Tang Lan mengangguk. Dia punya banyak pertanyaan saat ini tapi dia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Kemudian, kelompok kecil mereka terbang ke langit dan menuju ke arah Taman Guqin dengan kecepatan tinggi.     

Tidak lama setelah Ye Futian dan yang lainnya pergi, kelompok lainnya tiba di lapangan kosong tersebut. Kelompok itu dipimpin oleh Xia Feng—Pemimpin dari Prefektur Laut Timur dan Wakil Kepala Sekolah Han Mo dari Sekolah Emperor Star. Kultivator handal dari klan Nandou mengikuti mereka dari belakang. Ketika Xia Feng menyaksikan mayat dari pasukannya bergelimpangan di atas tanah, raut wajahnya terlihat marah. Bagaimana semuanya menjadi seperti ini? Bagaimana mungkin Nandou Wenyin melakukan semua ini? Dimana putranya?     

Xia Feng melihat ke arah lautan mayat di depannya tapi ia tidak bisa menemukan Xia Fan. Akhirnya, matanya tertuju pada pemandangan di depannya dan jantungnya berdegup begitu kencang. Ia berjalan sambil gemetar menuju bagian kepala putranya. Di wajahnya terlihat ketakutan yang tidak bisa dijelaskan. Aura roh pedang meledak dari tubuh Xia Feng.     

Han Mo dan anggota klan Nandou diam mematung karena terkejut. Apa yang telah terjadi? Seharusnya tidak ada masalah bagi Xia Fan dalam mengalahkan Nandou Wenyin dan Ye Futian dengan pasukan yang begitu kuat. Apakah seseorang telah datang dan menolong mereka?     

"Saya turut berduka, Kakak Xia. Yang terpenting sekarang adalah menemukan seseorang yang melakukan semua ini dan membalaskan dendam putra anda," ujar Han Mo. Xia Feng berusaha meredam kepedihan hatinya. Dengan tatapan haus darah di wajahnya, dia merasakan sebuah gejolak di udara dan berkata, "Gejolak Energi Spiritual Qi masih belum menghilang. Mereka belum pergi terlalu jauh. Mereka pasti kembali ke Taman Guqin. Ayo kita kejar mereka."     

Han Mo berkedip dan menyadari perkataan Xia Feng ada benarnya. "Baiklah, kita akan membuat mereka bertanggung jawab atas kejadian ini. Nyawa dibalas oleh nyawa," katanya.     

"Ketika aku menangkapnya, aku pasti akan membunuhnya dan seluruh keluarganya, semua yang berhubungan dirinya," ujar Xia Feng. Suaranya terdengar seperti iblis dan membuat semua orang merinding ketakutan. Kemudian, dia terbang ke udara dan dalam sekejap dia berubah menjadi bayangan sebilah pedang.     

*BOOM* Terdengar suara ledakan dari kejauhan. Di atas langit, cahaya berwarna emas menghampiri mereka dengan kecepatan tinggi. Sulit mengetahui apakah itu, ia bergerak terlalu cepat, lebih cepat dari yang mereka pikirkan.     

"Hati-hati!" Han Mo berteriak. Cahaya emas itu turun dari atas langit.     

*BOOM* Terdengar suara keras lainnya. Tanah di bawahnya terbelah. Han Mo dan yang lainnya melihat ke dalam tanah itu, mereka hanya melihat Xia Fan di dalamnya. Pria yang sedang terbang beberapa saat yang lalu, sekarang tubuhnya telah tertusuk oleh sebuah tombak emas panjang. Tombak tersebut langsung menusuk tubuhnya, menancapkan Xia Feng di tanah. Xia Feng tidak mengetahui siapa yang menyerangnya.     

Xia Feng membelalakkan matanya dan dia terus memuntahkan darah. Dia tidak bisa bergerak, terpaku di atas tanah. Tangannya masih gemetar. Saat ini, dia tidak lagi memikirkan balas dendam. Yang dia rasakan hanyalah rasa sakit dan keputusasaan.     

Han Mo dan anggota klan Nandou sangat ketakutan. Apa yang sedang terjadi?     

Tak jauh di depan mereka, terlihat seseorang berjalan mendekat. Sosok itu terlihat berjalan sangat pelan tapi dalam sekejap dia sudah semakin mendekat ke kelompok mereka. Ia seorang Tetua berambut putih. Badannya yang bungkuk membuatnya terlihat sangat tua. Dia berjalan mendekat dengan tangan di belakang punggungnya. Saat melihat Tetua tersebut, mereka semua gemetar ketakutan. Apakah ini perbuatannya?     

"Keluarga siapa yang hendak kalian bunuh?" Tanya Tetua itu. Kedua matanya menatap ke arah Xia Feng dan kelompok yang dipimpin oleh Han Mo tersebut.     

"Senior, anda siapa?" tanya Han Mo dengan suara bergetar.     

"Aku?" Tetua itu melihat ke arah Han Mo dan seketika sebuah badai angin yang mengerikan menyerang. Sebuah cahaya emas yang redup terlihat di tengah badai, bergerak menuju ke arah Han Mo dan yang lainnya..     

"Lari!" Han Mo berteriak. Dia mencoba kabur dengan cara terbang namun mengurungkan niatnya ketika ia melihat badai angin itu berubah menjadi pusaran lubang hitam yang menghisap segalanya. Mereka tertarik ke dalam badai itu. Tempat tersebut kini sangat kacau. Badai pusaran hitam itu terus menerus menarik semua hal ke dalamnya.     

"Senior, siapa sebenarnya anda? Kenapa anda melakukan hal ini?" seorang anggota klan Nandou bertanya.     

Tetua itu berdiri tanpa berkata apa-pun. Dia tidak bergerak dan hanya melihat anggota klan tersebut dan berkata, "Orang yang ingin kalian bunuh adalah Tuan Muda-ku."     

Anggota klan itu terkejut. Dia menggelengkan kepalanya, "Itu tidak mungkin." Jika Ye Futian berasal dari latar belakang yang begitu luar biasa, kenapa dia datang ke Kota Donghai tanpa keluarganya? Kenapa ia ingin belajar di Akademi Donghai? Kenapa ia belajar musik dari sang Iblis Guqin?     

Han Mo tiba-tiba teringat saat Ye Futian berbicara sendiri di Istana Nandou. Saat itu, semua orang mengira tindakannya sangat aneh tapi sekarang, semuanya menjadi masuk akal. Apa yang Tetua ini sampaikan mungkin saja benar. Jantung Han Mo berdegup kencang.     

"Senior, kami hanya mengikuti perintah kaisar. Kami benar-benar tidak ingin menyakiti Ye Futian. Tolong maafkan kami," Han Mo memohon. Dia merasa putus asa. Jika dia tahu bahwa seseorang yang begitu mengerikan melindungi Ye Futian., Dia tidak akan ikut campur dalam semua ini.     

"Perintah kaisar? Apa itu?" Tanya Tetua itu. Dia melihat ke arah Han Mo. Han Mo merasa bahwa sang Kaisar agung tidak ada apa-apanya di mata Tetua tersebut.     

"Kau mengatakan bahwa Tuan Muda tengah dikejar dan dihukum mati karena ia menentang keputusan kaisar. Jadi, apa hukuman untuk membunuh Tuan Muda?" Tetua itu terus bertanya. Wajah Han Mo terlihat pucat. Menentang keputusan kaisar merupakan pelanggaran berat tapi jika Ye Futian memiliki kekuatan yang lebih besar dari kaisar Negeri Nandou, lalu apa hukuman bagi seseorang yang mencoba membunuh Ye Futian?     

Hanya ada kematian!     

"Bisakah anda menjelaskan situasi ini pada saya sebelum saya mati?" Han Mo sudah kehilangan harapan.     

"Baiklah," tetua itu mengangguk. "Tuan Muda-ku adalah..."     

Ketika tetua tersebut selesai mengatakan apa yang perlu ia sampaikan, Xia Feng, Han Mo, dan anggota klan Nandou sangat terkejut. Mereka baru saja menerima berita yang tidak dapat dipercaya.     

"Itu tidak mungkin!" seorang anggota klan berteriak. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apakah ini benar-benar bisa terjadi? Siapa yang telah ditolak oleh klan Nandou?     

"Kalian semua akan mati," ujar tetua itu. Sebuah badai yang mengerikan kembali menarik semuanya masuk, melahap seluruh pasukan dari prefektur Laut Timur. Mereka tidak mampu melawan kekuatannya. Tubuh mereka hancur menjadi abu. Hal yang sama terjadi pada Xia Feng, yang masih tertancap di atas tanah. Tombak emas itu kembali ke bentuk semulanya, yaitu Energi Spiritual Qi, dan menghilang.     

"Jika semuanya berakhir seperti ini, kenapa anda tidak muncul ketika di Istana Nandou? Han Mo berteriak.     

Tetua tersebut mengangkat kepalanya untuk memandang langit, lalu ia menghela napas panjang.     

"Seseorang yang menginginkan mahkota, harus menanggung beban mahkota tersebut!" [1][1]     

Setelah mengatakan hal tersebut, badai itu menyapu bersih segalanya di daerah tersebut. Han Mo, Xia Feng, dan anggota klan Nandou tidak lagi terlihat. Yang tersisa hanyalah abu mereka, menyatu dengan debu.     

Tetua itu berputar dan berlutut menghadap ke arah yang dituju oleh Ye Futian. Dia bersujud memberi hormat, keningnya menyentuh tanah. Memang benar, dia yang menyuruh Ye Futian untuk datang ke Istana Nandou. Bagaimana bisa Ye Futian membiarkan orang lain menyentuh gadisnya? Tetapi Tetua itu tidak pernah muncul untuk membantu Ye Futian. Bahkan ketika Xia Feng berhasil mengejar Ye Futian, dia tidak menampakkan dirinya. Kecuali Ye Futian benar-benar akan mati, dia sama sekali tidak berencana muncul di depannya. Dia paham bahwa hal ini akan mengakibatkan luka dan kematian, tapi bukankah itu sebuah pengorbanan kecil?     

Dalam perjalanan untuk meraih kejayaan, Ye Futian perlu belajar arti dari keberanian, tanggung jawab, penderitaan, rasa sakit, dan bahkan keputusasaan. Dia harus mengerti bahwa dia tidak boleh bergantung pada orang lain melainkan dirinya sendiri. Untuk menguasai segalanya, ia butuh kekuatan yang luar biasa.     

Bahkan jika Ye Futian membencinya karena sifatnya yang begitu kejam, Tetua itu tidak akan menyesal. Dia rela menjadi orang jahat dan menanggung dosanya.     

Dia melakukan semua ini karena ini merupakan tugasnya.     

Tahun 10000 dari Kalender Prefektur Ilahi akan segera berakhir, Ye Futian semestinya sudah semakin dewasa saat ini. Tetua itu percaya bahwa akan datang hari dimana Ye Futian akan menjadi orang paling hebat di seluruh Prefektur Suci dari Timur. Tidak ada yang mampu menyamainya karena Ye Futian adalah anak "mereka".     

Perlahan, dia berdiri dari tanah dan seketika, Tetua tersebut menghilang dari tempat dia berdiri. Begitu cepat, seolah ia tidak pernah ada disana.     

Tak lama setelah kepergiannya, sekelompok orang datang. Wajah mereka terlihat bingung ketika mereka melihat semua mayat di atas tanah. Mereka melihat kerumunan orang menuju ke daerah ini dan melihat kabut tebal muncul. Kabut itu sangat tebal, bahkan mereka tidak mampu melihat apa yang terjadi dalamnya.     

Apa yang telah terjadi disini dan siapakah mayat-mayat tersebut?     

...     

Sekelompok kultivator handal tiba di Istana Nandou. Dan pemimpin kelompok mereka, Menteri Zuo.     

Ketika Menteri Zuo melihat kondisi ruangan pesta perayaan, raut wajahnya menjadi panik. Dia bertanya pada beberapa kelompok orang yang masih berada disana, "Apa yang terjadi disini? Dimana Ye Futian dan Hua Jieyu?"     

Anggota klan Nandou telah mengetahui siapa dirinya. Mereka membungkuk hormat dan menjawab, "Ye Futian dan Hua Jieyu menentang perintah kaisar, jadi Menteri Hua dan anggota klan kami sedang mengejar mereka."     

Jantung Menteri Zuo berdegup kencang. Apa dia sudah benar-benar terlambat?     

"Apakah mereka terluka?" tanya Menteri Zuo.     

"Ye Futian terluka ringan namun Hua Jieyu mencoba bunuh diri, jadi semestinya kondisinya tidak begitu baik," jawab seorang anggota klan. Mendengar perkataan ini, Menteri Zuo tahu bahwa semuanya sudah tidak bisa dirubah kembali. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah langit dan tiba-tiba mulai tertawa. "Aku berusaha merubah takdir, tetapi pada akhirnya, semuanya sia-sia."     

Dia melakukan yang terbaik untuk membantu Kaisar Luo tapi terlalu sulit untuk mengetahui jalan pikiran Kaisar Luo yang sebenarnya. Menteri Zuo sebelumnya telah melihat ramalan dari sebuah negeri dan telah ditentukan bahwa negara itu ditakdirkan akan mengalami kegagalan dan posisi kaisar akan menjadi tidak stabil. Lalu, setelah ia mengetahui tentang perintah kaisar, dia menyampaikan ramalan yang lain dan mengetahui bahwa akan terjadi pertumpahan darah.     

Perintah kaisar dari Kaisar Luo belum merubah takdir Ye Futian dan Hua Jieyu, tetapi malah mengubah takdir dari Negeri Nandou!     

-----     

[1] "Seseorang yang menginginkan mahkota, harus menanggung beban mahkota tersebut" memiliki arti: seseorang yang memiliki kekuasaan/kekuatan (Raja, Kaisar, Presiden, Pemimpin,dsb) juga memiliki tanggung jawab yang besar, sehingga ia harus menanggung beban semua orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.