Legenda Futian

River Sunset



River Sunset

0Akhirnya dia datang.     
0

Diantara tiga peristiwa besar di Kota Chaoge, pertarungan ini adalah yang paling dinanti, karena tidak ada seorang-pun yang bisa memprediksi hasilnya. Kedua orang ini akan mewakili Klan Donghua dan Perguruan Tinggi Barren Timur dalam pertarungan tingkat atas ini.     

Pertarungan ini memiliki makna yang luar biasa.     

Pada saat ini, semakin banyak orang yang muncul diantara kerumunan satu demi satu. Para pemimpin dari berbagai pasukan juga telah tiba secara diam-diam untuk menyaksikan pertarungan ini.     

Gu Dongliu berjalan ke atas panggung seni bela diri. Di sekitar panggung pertarungan yang berukuran besar itu, sebuah tirai cahaya mulai mengalir dan matriks langsung diaktifkan, menutupi panggung tersebut. Jelas, matriks itu berfungsi untuk mencegah keduanya melukai orang-orang yang menyaksikan jika pertarungan semakin tak terkendali.     

Lu Nantian masih berdiri di atas sebuah pilar batu. Keduanya berdiri pada ketinggian yang berbeda dan saling memandang seolah-olah lawan mereka adalah satu-satunya hal yang tersisa di mata mereka. Segala sesuatu yang berada di luar panggung pertarungan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka.     

Semua orang menahan napas dan menatap ke arah panggung seni bela diri. Tidak terdengar suara apa-pun, dan seluruh tempat itu sangat sunyi.     

Para murid dari Klan Donghua mengepalkan tangan mereka dengan erat ketika mereka menatap sosok legendaris dari Klan Donghua itu. Dia pasti akan memenangkan pertarungan ini, bahkan jika lawannya adalah Gu Dongliu.     

Bahkan murid-murid dari Pondok tampak gelisah. Pada hari sebelumnya, kakak ketiga sudah mengatakan bahwa dia tidak yakin apakah dia akan memenangkan pertarungan ini.     

Selain perwakilan dari pasukan besar, orang-orang dari pasukan lainnya juga sangat gugup ketika mereka menatap ke arah dua sosok yang berada di atas panggung seni bela diri tersebut. Pertarungan antara keduanya akan benar-benar menjadi pertarungan tingkat atas di generasi mereka.     

Tiba-tiba, di atas panggung seni bela diri, Lu Nantian melangkah maju dari pilar batu dan kini berdiri di udara. Sebuah jejak aliran api terlihat menyebar dari tubuhnya. Dalam sekejap, kobaran api membakar langit dan area di sekitarnya berwarna merah seolah-olah tempat itu telah berubah menjadi dunia api. Di langit yang dipenuhi oleh kobaran api, muncul seekor burung berukuran besar. Itu adalah seekor burung suci, Gagak Emas Berkaki Tiga.     

Gagak itu adalah Roh Kehidupan milik Lu Nantian.     

Dengan Roh Kehidupan miliknya sebagai titik pusat, aliran kobaran api yang tak berbatas menyatu di belakangnya, membentuk banyak matahari yang menggantung di langit. Secara bertahap, sebanyak sembilan matahari terbentuk di atas langit. Di setiap matahari, terdapat sebuah bayangan dari Gagak Emas. Sembilan matahari yang membara kini menggantung tinggi di atas langit.     

Matahari-matahari ini adalah Realisasi Dharma milik Lu Nantian: sembilan matahari di langit. Sebagai seorang Noble tingkat atas, baik Roh Kehidupan maupun Realisasi Dharma-nya telah berevolusi ke tingkat yang mengejutkan. Langit di atas panggung seni bela diri kini dipenuhi dengan kobaran api yang mengalir. Bahkan tirai cahaya yang mengelilingi panggung seni bela diri itu kini berubah warna menjadi merah.     

Lu Nantian adalah seorang Noble kelas satu.     

Noble Plane dibagi menjadi sembilan kelas, dan kelas satu adalah kelas yang tertinggi. Dia benar-benar seorang Noble tingkat atas. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan aura Noble.     

Sebuah aliran api yang sangat menyilaukan menerjang ke arah Gu Dongliu. Sebelum menghantam Gu Dongliu, aliran api itu mengembun dan berubah menjadi Gagak Emas Berkaki Tiga yang langsung menyerangnya. Tidak ada Spiritual Qi elemen apa-pun yang mengalir disekitar Gu Dongliu. Namun, sepertinya ada sebuah aura yang tak terlihat di sekitarnya. Ketika dia berdiri disana, dia tampak seperti seorang raja yang tak terkalahkan.     

Menyadari kehadiran burung suci yang menerjangnya, Gu Dongliu meliriknya dengan sebuah tatapan yang sangat tajam. Dari kedua matanya, sebuah sihir mata yang sangat mengerikan telah dikeluarkan dan langsung menembus bayangan Gagak Emas Berkaki Tiga tersebut. Detik berikutnya, bayangan dari burung suci itu berhasil dihancurkan dan berubah menjadi Spiritual Qi yang kemudian segera menghilang.     

Semua orang memperhatikan dengan seksama. Setiap serangan acak dari Lu Nantian sudah sangat kuat, tetapi lawannya adalah Gu Dongliu. Jelas tidak mungkin baginya untuk mengalahkan Gu Dongliu dengan mudah.     

Pertarungan baru saja dimulai.     

Langit di atas panggung seni bela diri telah berubah menjadi dunia api yang membara. Kobaran api membakar langit, dan seluruh tempat itu dipenuhi dengan jejak api. Di sembilan matahari, muncul banyak sekali burung suci matahari dan berputar-putar di berbagai tempat. Kemudian, mereka mulai menelan Spiritual Qi elemen api di sekitarnya dengan ganas. Tubuh mereka menjadi semakin nyata dan besar, dan mereka segera menutupi panggung pertarungan tersebut.     

"Apakah Lu Nantian adalah seorang penyihir elemen api murni?" Ye Futian bertanya dengan pelan. Dia memiliki Roh Kehidupan dan Realisasi Dharma berbentuk Matahari. Namun, Roh Kehidupan milik Lu Nantian adalah seekor burung suci, sementara Realisasi Dharma-nya adalah sembilan matahari. Jelas, Realisasi Dharma-nya telah berkembang.     

"Tentu saja tidak," ujar Luo Fan. Dengan memiliki Roh Kehidupan seekor burung suci, yaitu Gagak Emas Berkaki Tiga, Lu Nantian pasti tidak akan menjadi seorang penyihir elemen api murni. Terlepas dari elemen api yang dimilikinya, Roh Kehidupan Gagak Emas Berkaki Tiga itu juga memberi Lu Nantian kekuatan dari elemen logam dan angin. Pada saat yang sama, roh itu memberinya bakat seni bela diri yang kuat. Bagaimanapun juga, itu adalah seekor burung suci yang sangat ganas. Tentu saja, terlepas dari kemampuan itu, Lu Nantian masih sangat kuat hanya dengan penggunaan sihir apinya. Misalnya, seperti saat ini, panggung seni bela diri sudah dikendalikan sepenuhnya oleh kobaran api miliknya.     

"Dimana kakak ketiga?" Ye Futian bertanya, sambil menatap ke arah panggung seni bela diri. Sebelumnya, Gu Dongliu hanya menunjukkan sebagian kecil dari kemampuannya di luar Istana Kekaisaran Qin. Ye Futian hanya bisa menduga bahwa Gu Dongliu adalah seorang Penyihir Mandate dengan elemen spiritual yang sangat kuat. Dia bahkan tidak benar-benar menggunakan semua kekuatannya selama pertarungan itu.     

"Lihat saja. Lu Nantian adalah seorang Noble kelas satu, dan juga sangat terkenal. Dia semestinya bisa memaksa kakak ketiga untuk menggunakan semua kekuatannya." Kedua mata Luo Fan berbinar ketika dia menatap ke arah panggung seni bela diri. Pertarungan ini layak untuk ditonton dan dipelajari bahkan oleh para Noble sendiri.     

Ye Futian mengangguk pelan. Di atas panggung seni bela diri, muncul banyak sekali bayangan Gagak Emas dari dunia api, dan mereka semua langsung menerjang ke arah Gu Dongliu. Pada saat ini, sepertinya pertarungan berada dalam kendali penuh Lu Nantian. Dia ingin membakar Gu Dongliu hingga tewas.     

Kedua tangan Gu Dongliu membentuk sebuah segel. Tak lama kemudian, sebuah aura yang mengerikan meledak dari tubuhnya. Bahkan area di sekitarnya tampak beresonansi dengan tubuhnya. Kedua matanya tampak sangat menakutkan dan samar-samar, bayangan dari satu sosok yang mengerikan muncul di matanya. Sosok itu benar-benar mulai terbentuk dari Spiritual Qi di depannya. Segera, sosok buram itu perlahan berubah menjadi nyata. Sosok itu terlihat seperti seorang dewa perang. Dia berdiri di depan Gu Dongliu dengan semangat hidup yang mengejutkan dari seorang prajurit.     

Ketika Gagak Emas yang berukuran besar itu tiba, sosok seperti dewa perang itu langsung memukul dan menghancurkan Gagak Emas tersebut.     

"Ahli Sihir." Kedua mata Ye Futian berbinar. Kakak ketiga sebenarnya adalah seorang ahli sihir yang kuat dan telah memanggil bayangan dari seorang dewa perang untuk bertarung. Selain itu, kemampuan sihirnya jauh lebih hebat dari Zhou Mu, murid dari Art Saint. Dia menyelesaikan sihirnya dengan sebuah sihir mata dan menggunakan imajinasinya untuk membentuk sosok dewa perang tersebut. Kemudian, akhirnya dia telah selesai memanggil dewa perang yang mulai melindunginya itu. Dia tidak perlu menggambar apa-pun.     

Dewa perang itu berdiri di depan Gu Dongliu. Tubuhnya dipenuhi dengan banyak huruf dan segel kuno yang terlihat tidak begitu jelas. Saat huruf dan segel kuno itu meledak, aura di sekitarnya menjadi sangat mengerikan. Dia melancarkan serangan dengan telapak tangannya dan bayangan burung-burung suci itu langsung hancur. Namun, di atas langit, burung suci yang tak terhitung jumlahnya menerjang Gu Dongliu dari arah yang berbeda.     

Gu Dongliu sama sekali tidak terganggu dengan serangan itu. Dia melihat ke arah lain, dan satu sosok dewa perang lainnya terbentuk dan langsung bertarung. Kemudian, di bawah tatapan kagum semua orang, Gu Dongliu memanggil sembilan dewa perang yang berbeda. Mereka berjaga di sekelilingnya dan kini tidak ada serangan yang bisa mendekatinya.     

Huruf dan segel kuno yang muncul pada sembilan dewa perang yang mengerikan itu semuanya berbeda-beda, dan serangan mereka juga berbeda pula. Namun, semuanya sangat kuat.     

Burung-burung suci yang tak terhitung jumlahnya menerjang ke arah Gu Dongliu dengan kecepatan yang luar biasa. Namun, mereka langsung dihancurkan oleh para dewa perang.     

Lu Nantian menyaksikan pemandangan itu dengan tenang. Meskipun keduanya sama sekali tidak berbicara, dia akan sangat kecewa jika Gu Dongliu terlalu lemah.     

Sembilan matahari tergantung tinggi di atas langit dan pancaran sinar mereka melesat ke arah Gu Dongliu. Kemudian, sebuah sungai api muncul di langit, menghubungkan area antara Lu Nantian dan Gu Dongliu.     

"River Sunset."     

Mata orang-orang dari Klan Donghua berbinar. Mereka merasa beruntung bahwa mereka dapat melihat Lu Nantian mengeluarkan sihir River Sunset secara langsung.     

Salah satu matahari yang berada di langit terjatuh dan turun di sepanjang sungai yang berkelok, kemudian menerjang ke arah Gu Dongliu. Pada saat yang sama, Gagak Emas yang tak terhitung jumlahnya terbang keluar dari matahari tersebut. Selain mengandung napas api yang mengerikan, mereka juga memiliki aura logam yang sangat tajam yang akan menghancurkan segalanya.     

Gu Dongliu mengangkat kepalanya dan melihat River Sunset menerjang ke arahnya. Sebuah matahari menggantung di atasnya. Hanya dengan berdiri di sana saja, dia merasa bahwa tubuhnya akan terbakar habis.     

Kedua tangan Gu Dongliu terus menerus membentuk banyak segel, dan banyak jejak telapak tangan berterbangan ke arah sembilan dewa perang tersebut. Kemudian, sembilan dewa perang itu beresonansi dan berteriak secara bersamaan. Teriakan itu menembus langit dan gerombolan Gagak Emas yang menerjangnya benar-benar dihancurkan dalam badai suara yang mengerikan itu.     

Namun, matahari itu terus turun dan kekuatannya menjadi semakin kuat. Seorang dewa perang menerjang dan langsung melangkah ke sungai api di depannya Dia mengangkat telapak tangannya ke langit dan memegang matahari yang jatuh itu dengan tangannya secara langsung, menutupi seluruh langit.     

Sebuah cahaya yang mengerikan dari matahari dan semua bayangan Gagak Emas itu menghantamnya, tetapi dia sama sekali tidak bergerak. Kemudian sebuah cahaya yang sangat terang muncul dari tubuhnya dan seolah-olah dia tidak akan pernah bisa dikalahkan.     

Matahari lainnya terjatuh dan menerjang ke arah Gu Dongliu melalui sungai api itu.     

Selama River Sunset diaktifkan, sembilan matahari itu akan turun terus menerus dan kekuatan mereka akan terus meningkat. Ketika sembilan matahari itu jatuh bersama-sama, mereka akan cukup kuat untuk membakar segala sesuatu yang ada di dunia ini. Di masa lalu, Lu Nantian menggunakan sihir ini untuk mengalahkan seorang Noble yang sangat kuat dan berada dua kelas di atasnya. Sekarang, dia sudah menjadi seorang Noble kelas satu dan menggunakan kembali sihir River Sunset. Dapat dibayangkan betapa mengerikannya kekuatannya.     

Mungkin tidak banyak orang di Wilayah Barren Timur yang bisa menangkis sihir ini. Bahkan diantara semua pasukan besar, hanya ada beberapa orang saja yang bisa menghadapi sihir ini.     

Bisakah Gu Dongliu mengatasi sihir ini?     

Para murid dari Klan Donghua menahan napas dan menatap ke arah medan pertarungan. Kedua mata mereka dipenuhi dengan kekaguman. Dia adalah orang yang paling berbakat dari Klan Donghua, Lu Nantian.     

Semua orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur juga menatap ke arah panggung seni bela diri. Banyak murid bahkan mengkhawatirkan Gu Dongliu, karena Lu Nantian tampaknya terlalu kuat. Meskipun panggung seni bela diri telah disegel dan mereka tidak bisa merasakan seberapa kuat serangan itu sebenarnya, mereka sudah bisa merasakan betapa ganasnya serangan itu hanya dengan melihatnya saja.     

"Gu Dongliu adalah seorang Noble kelas dua. Kelasnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Lu Nantian," ujar Zhu Qing.     

"Tetapi kemampuan bertarungnya jelas salah satu yang terbaik. Sihir River Sunset ini sangat terkenal, tetapi jika Gu Dongliu tidak bisa mengatasi sihir ini, maka dia tidak akan menjadi 'Gu Dongliu' lagi," ujar Tetua gunung lainnya, Zong Xu. Meskipun Perguruan Tinggi Barren Timur memiliki pendapat tersendiri terhadap Pondok, mereka masih mengakui betapa kuatnya para murid dari Pondok.     

"Bai Lishu, jika kau yang berada disana, bisakah kau mengatasi sihir itu?" Zhu Qing memandang dan bertanya pada Bai Lishu, murid pertama dari sang Kepala Sekolah.     

"Aku tidak merasakan kekuatannya yang sebenarnya, jadi aku tidak bisa memastikan," jawab Bai Lishu.     

Zhu Qing mengangguk. Dia bahkan berpikir jika dia sendiri yang bertarung di panggung tersebut, seperti apakah hasilnya nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.