Legenda Futian

Kemarahan



Kemarahan

0Kota Kekaisaran di Negeri Nandou kini dipenuhi dengan suasana perayaan, terutama di wilayah Istana Kekaisaran. Banyak orang yang menantikan sang pangeran Luo Junlin memimpin pasukan kultivator mereka dan menyerang Kerajaan Cangye. Menurut informasi dari Yang Mulia, mereka akan menyerang dalam waktu dekat. Dalam beberapa hari ke depan, mereka akan memusnahkan Kerajaan Cangye dan membunuh Ye Futian.     
0

Karena berita itu menerima respon yang luar biasa, orang-orang dari berbagai penjuru dari Negeri Nandou datang ke Kota Kekaisaran satu demi satu. Orang-orang dari semua kota besar telah datang untuk mengamati situasi yang akan berkembang nantinya.     

Di Istana Kekaisaran, kerumunan orang datang silih berganti untuk berkunjung. Diantara mereka terdapat para pemimpin dari berbagai keluarga di Negeri Nandou. Klan Nandou juga mengirim seseorang ke istana kekaisaran untuk memberikan ucapan selamat.     

Tiba-tiba, di luar Istana Kekaisaran, sekelompok orang turun dari langit. Mereka adalah para kaisar dari Negeri Yunchu, Kerajaan Yan, dan kelompoknya. Mereka masih menawan Ye Danchen dan Ye Lingxi di tangan mereka.     

Terdapat banyak orang sedang berkumpul di luar Istana Kekaisaran, beberapa diantaranya mengenali mereka dan tiba-tiba berseru, "Mereka adalah Kaisar Chu dan Kaisar Yan."     

"Dia benar. Bukankah mereka telah tunduk pada Kerajaan Cangye? Mengapa mereka berada di Istana Kekaisaran dari Negeri Nandou sekarang?"     

Mata semua orang berbinar. Kemudian mereka melihat para kaisar itu membawa Ye Danchen dan Ye Lingxi bersama mereka. Ekspresi aneh muncul di wajah mereka ketika mereka menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Bahkan enam kaisar yang telah tunduk pada Kerajaan Cangye kini berencana untuk bergabung dengan mereka.     

Kaisar Chu berkata kepada seorang penjaga Istana Kekaisaran, "Kami ingin bertemu dengan Kaisar Luo. Kami membawa serta pangeran Ye Danchen dan puteri Ye Lingxi dari Kerajaan Cangye."     

"Silahkan tunggu sebentar," ujar penjaga itu, ia merasa sangat senang. Beberapa hari terakhir, begitu banyak kaisar yang datang berkunjung. Bahkan enam kaisar yang telah tunduk pada Kerajaan Cangye kala itu kini berbalik memihak mereka. Itu semua berkat pangeran Luo Junlin yang telah membawa kemakmuran bagi Negeri Nandou. Tak lama kemudian, Kaisar Chu, serta kaisar lainnya, dipersilahkan masuk ke Istana Kekaisaran.     

Di dalam istana Negeri Nandou, Kaisar Luo sedang minum teh dan mengobrol dengan banyak kaisar lainnya. Mereka duduk di atas tanah dan terlihat sangat santai. Ketika menyadari kedatangan dari keenam kaisar itu, Kaisar Luo melirik mereka dan tersenyum, dia berkata, "Mengapa kalian datang kemari?"     

"Kakak Luo, tahun lalu, kita bertarung bersama-sama. Namun, karena situasi pada waktu itu, kami terpaksa harus tunduk pada Kerajaan Cangye. Untungnya, pangeran Luo Junlin akhirnya telah kembali dengan begitu luar biasa, dan kami tidak perlu lagi menjalani kehidupan yang menyedihkan di bawah perintah dari Kerajaan Cangye. Kami telah membawa sang pangeran dan puteri dari Kerajaan Cangye kemari untuk mengunjungi anda," ujar Kaisar Chu. Banyak kaisar lainnya menatapnya. Dia telah mengatakan semua itu dengan cara yang sangat indah. Terlebih lagi, dia benar-benar terlihat sangat tenang dan tak tahu malu.     

"Kenapa kalian membawa sang pangeran dan puteri dari Kerajaan Cangye ke Negeri Nandou?" Kaisar Luo bertanya tanpa ekspresi di wajahnya. "Aku pikir kalian harus menyelesaikan masalah ini sendiri." Setelah selesai berbicara, dia terus meminum tehnya dengan tenang, seolah-olah sikapnya begitu misterius.     

Saat ini, dia sedang mencibir dalam hati. Keenam kaisar ini adalah orang-orang yang mudah merubah kesetiaan mereka demi keuntungan pribadi. Kala itu, ketika Kerajaan Cangye begitu kuat, mereka semua ingin bergabung dengan Cangye dan menikmati manfaatnya. Sekarang ketika Luo Junlin baru saja kembali, mereka telah mendengar berita itu dan datang kemari untuk mengamati situasi saat ini. Kalau begitu, dia akan memenuhi keinginan mereka.     

Dia tidak mengatakan apa-apa tentang situasi di Wilayah Barren Timur, dan juga tidak menyebutkan tantangan antara Ye Futian dan Luo Junlin. Dia dengan sengaja menciptakan kesan bahwa Luo Junlin telah membawa para kultivator dari Kuil Royal Xuan kemari untuk menghancurkan Kerajaan Cangye. Dia ingin melihat bagaimana orang-orang ini akan bereaksi. Adapun konsekuensinya, saat ini dia tidak terlalu memperdulikannya.     

Jika Luo Junlin memenangkan tantangan itu, Ye Futian akan mati, dan Kerajaan Cangye, tentu saja, akan dihancurkan. Semuanya akan terjadi secara berurutan. Jika putranya, Luo Junlin, kalah... Maka para idiot yang sedang berbahagia ini akan mati bersama mereka.     

"Kakak Luo, apa maksud anda?" Kaisar Chu bertanya.     

Kaisar Luo masih meminum tehnya dan tidak mengatakan apa-apa, membiarkan Kaisar Chu menarik kesimpulan sendiri. Dia tidak akan peduli jika Kaisar Chu salah menangkap maksud dari perkataannya.     

Ketika melihat pemandangan itu, mata dari enam kaisar itu berbinar, setelah itu mereka melirik ke arah Ye Danchen dan Ye Lingxi. Kaisar Luo telah meminta mereka untuk menyelesaikan masalah ini secara pribadi. Bagaimana seharusnya mereka menyelesaikannya? Apakah tidak cukup dengan membawa mereka kemari?     

Tiba-tiba, seorang kaisar yang duduk berhadapan dengan Kaisar Luo bertanya, "Kakak Luo, kapan anda akan berencana mengirim pasukan dan menghancurkan Kerajaan Cangye?"     

"Tidak perlu terburu-buru. Dalam beberapa hari ke depan, Ye Futian akan datang kemari dan mati. Setelah dia terbunuh, kita akan menghancurkan Kerajaan Cangye," ujar Kaisar Luo tanpa ekspresi. Nada suaranya sangat santai seolah-olah Kerajaan Cangye tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka.     

Semua kaisar itu tersenyum dan berkata, "Dengan memiliki seorang putra yang begitu luar biasa, anda akan menjadi penguasa dari Hundred Lands dalam waktu dekat."     

Mendengar semua pujian ini, Kaisar Luo tampak sangat tenang. Namun, enam kaisar di depannya termasuk Kaisar Chu tidak bisa bersikap tenang. Tampaknya rumor itu memang benar. Berita itu benar-benar datang dari Kaisar Luo sendiri dan Kerajaan Cangye mungkin dapat dihancurkan kapan saja. Untungnya, mereka memutuskan untuk datang ke Negeri Nandou dan meminta maaf. Masih ada peluang bagi mereka untuk diampuni.     

"Akhiri nyawa kalian sendiri." Kaisar Chu memandang ke arah Ye Danchen dan Ye Lingxi. Tak lama kemudian, wajah keduanya menjadi pucat saat mereka menatap ke arah Kaisar Chu.     

"Kau tetap saja seorang kaisar. Apa kau benar-benar begitu putus asa?" ujar Ye Danchen, sambil menatap ke arah Kaisar Chu.     

*Plak* Kaisar Chu mengangkat tangannya dan menampar wajah Ye Danchen, membuatnya memuntahkan darah. Dengan ekspresi dingin di wajahnya, Kaisar Chu berkata, "Aku tidak ingin membuang energiku untuk kalian. Akhiri nyawa kalian sendiri."     

Tatapan mata Ye Lingxi terlihat sedih. Dia masih sangat muda dan tidak ingin mati secepat ini.     

"Apakah kau tidak takut akan balas dendam dari Ye Futian?" ujar Ye Lingxi, sambil menatap ke arah Kaisar Chu.     

"Apakah kau tidak mendengar kata-kata dari kakak Luo?" Kaisar Chu mencibirnya.     

Ye Lingxi tersenyum dan berkata, "Meskipun aku tidak tahu apa yang terjadi saat ini, apa yang dimiliki oleh Luo Junlin, sang pangeran dari Negeri Nandou, jika dibandingkan dengan Ye Futian? Ditambah lagi, masih ada Yu Sheng, Ye Wuchen, dan Hua Jieyu. Kalian pasti akan menyesal."     

Sebuah aura yang dingin terpancar dari tubuh Kaisar Luo, dan keinginan membunuh langsung memenuhi tempat itu.     

Ye Lingxi menutup matanya dan satu sosok muncul di benaknya. Dia tidak ingin menyerah pada nasibnya. Apakah dia akan mati seperti ini? Dia tidak ingin mati.     

Kenapa takdir membuatnya seperti ini?     

"Hentikan," seseorang berteriak dengan nada dingin. Kemudian, Kaisar Chu melihat seorang wanita yang terlihat anggun dengan mengenakan kemeja berwarna merah berjalan ke arahnya. Dia menatapnya dengan dingin dan berkata, "Kau tetap saja seorang kaisar. Tindakanmu ini terlalu kejam."     

Waktu itu, dia menyerah kepada Cangye dengan begitu menyedihkan. Sekarang, dia telah membawa sang pangeran dan puteri dari Kerajaan Cangye kemari untuk meminta maaf. Dia akan menggunakan segala cara untuk bertahan hidup.     

Kaisar Chu telah dipermalukan seperti ini dan ekspresinya kini terlihat kesal. Namun, dia tahu bahwa wanita yang berada di depannya adalah sang puteri dari Negeri Nandou, Luo Mengyan. Karena itu, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya memandang ke arah Kaisar Luo.     

"Ayah, bolehkah aku sendiri yang menangani mereka?" ujar Luo Mengyan, sambil menatap ke arah Kaisar Luo.     

Kaisar Luo melirik ke arah putrinya, dan kemudian berkata kepada Kaisar Chu, "Bagaimana menurutmu?"     

"Kami akan mengikuti keinginan sang putri." Beberapa kaisar mengangguk.     

"Baiklah," ujar Kaisar Luo dan memandang ke arah putrinya. Dia tahu benar bahwa jika Ye Futian menang, dia pasti akan mati, dan itu juga akan menjadi akhir dari Negeri Nandou. Namun, hari ini Kaisar Chu dan yang lainnya telah membawa Ye Danchen dan Ye Lingxi kemari. Dia adalah pihak yang jahat, dan putrinya telah menyelamatkan mereka; dia ingin Ye Futian berutang budi pada putrinya.     

"Ikutlah denganku," ujar Luo Mengyan, sambil menatap ke arah Ye Danchen dan Ye Lingxi.     

Keduanya saling memandang satu sama lain. Kemudian, mereka mengikuti Luo Mengyan dan meninggalkan tempat itu. Kaisar Chu sebenarnya sangat ingin menghajar mereka, namun sang puteri dari Negeri Nandou telah datang dan menyelamatkan nyawa mereka.     

Setelah ketiganya pergi, Kaisar Luo memandang ke arah enam kaisar itu dan berkata tanpa ekspresi, "Bagaimana kalau kita minum bersama-sama?"     

"Terima kasih, kakak Luo." Kegembiraan bisa terlihat di wajah beberapa kaisar tersebut. Mereka berjalan ke depan satu demi satu dan duduk di atas tanah. Para kaisar mulai mengobrol dengan santai, saling membahas situasi masa depan di Hundred Lands. Bahkan ada beberapa kaisar yang mengisyaratkan bahwa mereka akan memberi gelar pada Negeri Nandou sebagai penguasa dari Hundred Lands di masa depan.     

Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-pun untuk menghentikan Negeri Nandou mengirim pasukan dan menghancurkan Kerajaan Cangye. Alih-alih bersikap pasif, mereka memilih bersikap aktif yang mungkin bisa memberi mereka keuntungan.     

...     

Ketika Kaisar Chu melangkahkan kaki ke Istana Kekaisaran di Negeri Nandou, seekor Kunpeng terbang dengan cepat di atas langit dari Kota Kekaisaran di Kerajaan Cangye.     

"Akhirnya kita tiba disini." Ye Futian melihat ke arah kota yang berada di bawahnya. Bangunan-bangunan dan deretan awan melintas melewati mereka saat mereka terbang menuju Istana Kekaisaran.     

"Guru, Tuan Putri, kita akan mengunjungi Paman Ye dulu, dan kemudian pergi ke Kota Donghai," ujar Ye Futian, sambil memandang ke arah Hua Fengliu.     

"Kami akan mengikuti keputusanmu," ujar Nandou Wenyin, sambil tersenyum.     

"Baik." Ye Futian mengangguk dengan lembut. Mereka sudah bisa melihat Istana Kekaisaran di bawah mereka.     

Saat ini, suasana di istana kekaisaran masih sangat tegang. Kaisar Ye sudah mengirim seseorang ke Wilayah Barren Timur, tetapi dia tidak akan bisa tiba tepat waktu, karena mereka tidak punya banyak waktu lagi. Bahkan dengan kecepatannya sendiri, Kaisar Ye akan menghabiskan waktu beberapa hari untuk pergi ke Wilayah Barren Timur dan kembali ke Cangye, apalagi bawahannya yang pergi kesana.     

Semakin banyak berita yang datang dari Negeri Nandou sehingga Kaisar Luo dapat mengirim pasukannya kapan saja. Dalam situasi seperti itu, jelas dapat dibayangkan betapa putus asa-nya orang-orang di Istana Kekaisaran. Namun, tiba-tiba, terdengar suara mendesing dari langit dan hembusan angin yang kencang bertiup melintasi kota kekaisaran. Banyak orang yang mengangkat kepalanya dengan takjub. Kemudian, mereka melihat seekor Kunpeng di atas langit. Sayapnya yang seperti deretan awan mengembang saat ia turun secara perlahan-lahan. Saat ini, semua orang menahan napas dan perasaan gembira memenuhi pikiran mereka.     

Kunpeng telah tiba, begitu juga Ye Futian.     

Di Istana Kekaisaran, jantung semua orang berdegup kencang saat mereka menunggu kedatangan Ye Futian. Kaisar Ye tentu saja juga melihat kedatangannya dan kedua matanya berbinar. Dia bergegas pergi dan berubah menjadi sebilah pedang, terbang ke udara.     

Di atas punggung Kunpeng, Ye Futian dan yang lainnya tersenyum dan menatap ke arah Kaisar Ye.     

"Paman Ye," teriak Ye Futian dengan senyuman menghiasi wajahnya.     

"Yang Mulia," Hua Fengliu, Yi Xiang, dan yang lainnya juga berteriak. Mereka memang memiliki hubungan yang baik dengan Kaisar Ye.     

Kaisar Ye tersenyum dan mengangguk pada semua orang. Namun, senyumannya agak dipaksakan, seolah-olah ada sesuatu yang mengganggunya.     

"Futian." Nada suara Kaisar Ye terdengar sangat pelan, dan kehangatan yang biasa terdengar dalam suaranya benar-benar menghilang. Menyadari perbedaan suaranya, Ye Futian dan yang lainnya langsung tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Ye Futian menghentikan senyumnya, dan bertanya, "Paman Ye, apa yang telah terjadi?"     

"Luo Junlin telah kembali ke Negeri Nandou dengan membawa banyak kultivator dari Kuil Royal Xuan, dan berkata bahwa dia akan mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Cangye. Keenam kaisar itu adalah pengkhianat dan mereka membawa Danchen dan Lingxi pergi. Mereka mungkin sudah menyerahkan keduanya pada Kaisar Luo," Kaisar Ye berbicara dengan suara pelan.     

*Boom* Tepat ketika Kaisar Ye selesai berbicara, sebuah aura yang terasa sangat dingin muncul dari tubuh Ye Futian dan ekspresinya terlihat sangat serius. Keenam kaisar itu telah memaksa Kaisar Ye untuk menyerahkan anggota keluarganya. Namun, kala itu di Kerajaan Cangye, ketika enam kaisar memohon-mohon kepadanya dan memilih untuk menyerah, ia masih memberi mereka kesempatan, meminta mereka untuk tinggal di Kerajaan Cangye selama sepuluh tahun. Sekarang, enam kaisar itu berani mengkhianati mereka dan juga menawan teman-temannya, Ye Danchen dan Ye Lingxi. Suasana hatinya saat ini sudah bisa ditebak.     

Ye Wuchen melangkah ke depan. Aura pedang dikeluarkan dari tubuhnya dan keinginan membunuh memenuhi tempat itu.     

"Paman Ye, kemarilah," teriak Ye Futian.     

Kaisar Ye tahu apa yang akan dilakukan oleh Ye Futian. Dia bergegas pergi dan mendarat di atas punggung Kunpeng.     

"Senior Kunpeng, tolong pergi ke Negeri Nandou dengan kecepatan tertinggi," ujar Ye Futian. Sayap dari Kunpeng itu bergetar dan tubuhnya yang begitu besar melesat seperti sambaran petir, menyebabkan hembusan angin yang kencang ke atas tanah. Orang-orang di sekitar Istana Kekaisaran merasa bahwa mereka tidak bisa berdiri dengan seimbang. Kemudian, mereka melihat Kunpeng itu melesat ke awan dalam sekejap, terbang menuju ke kejauhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.