Legenda Futian

Pertapa Penyu



Pertapa Penyu

0Di kaki Gunung Penyu, banyak orang menatap ke arah gunung tersebut. Mereka terdiri dari para Noble, kultivator Arcana Plane, serta kultivator Dharma Plane.     
0

Pertarungan yang sangat sengit tampaknya telah terjadi di Gunung Penyu. Namun, mereka dapat dengan jelas melihat tangga-tangga batu yang berada di bawah istana. Daerah tersebut tidak tertutup oleh kabut dan semua orang dapat dengan samar melihat dua orang sedang berada disana. Meskipun kedua sosok itu terlihat sangat kecil di mata mereka, mereka masih bisa mengetahui identitas keduanya.     

Qin Yuan, putra bungsu dari Raja Qin, dan Ye Wuchen, sang Swordmaster dari gunung ketujuh di Klan Pedang Fuyun, telah tiba di bagian ujung dari tangga-tangga batu tersebut, keduanya semakin mendekati puncak gunung. Mereka tampaknya telah menghadapi sebuah kekuatan yang sangat kuat. Qin Yuan berhenti ketika dia berada di bagian tengah dari tangga-tangga batu dan tidak sanggup melanjutkan pendakian.     

Di sisi lain, tubuh Ye Wuchen tampak perkasa dan tegak seperti bilah pedang. Dia terus mendaki selangkah demi selangkah. Meskipun pergerakannya cukup lambat, semua orang dapat melihat bahwa dia masih bergerak. Dengan setiap langkah yang dia ambil, dia semakin meninggalkan Qin Yuan jauh di belakangnya.     

Pada awalnya, semua orang berpikir bahwa hasil dari kompetisi ini sudah dapat ditebak dan Qin Yuan pasti akan menjadi pemenangnya. Tapi apa yang bisa mereka katakan sekarang?     

Ketika Ye Wuchen mencapai bagian puncak dari tangga-tangga batu, sinar matahari dari atas langit menyinari tubuhnya. Pada saat ini, Ye Wuchen tampak seperti dihujani oleh cahaya yang tak berbatas dan telah menjadi sosok yang paling mempesona. Jika seseorang dari keluarga Kerajaan Liu berhasil mencapai puncak Gunung Penyu, dia berhak mewarisi takhta kaisar.     

Sekarang, Ye Wuchen telah berhasil mencapai puncak gunung.     

Semua orang tampak terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa Ye Wuchen dapat melakukannya. Mulai sekarang, Ye Wuchen, sang Swordmaster dari gunung ketujuh di Klan Pedang Fuyun, dapat dibandingkan dengan para jenius terbaik di Wilayah Barren Timur.     

Qin Yuan masih berdiri di tempatnya. Dia juga mencoba untuk mendaki, tetapi akhirnya, dia gagal dan terdorong kembali ke bagian dasar dari tangga-tangga batu tersebut. Pertarungan antara Ye Futian dan Qin Li juga terhenti. Mereka mendongak untuk melihat ke arah tangga-tangga batu di atas mereka, dan mereka menyaksikan tubuh Ye Wuchen telah menghilang dari pandangan mereka. Senyuman muncul di wajah Ye Futian. Kami menang.     

Puncak Gunung Penyu.     

Ye Wuchen berjalan ke depan. Saat ini, tekanan dari Gunung Penyu sudah menghilang. Dia berjalan melewati sebuah pintu dan tiba di sebuah istana kuno. Istana itu terbuat dari batu, dan terdapat banyak simbol yang tampak rumit di atas tanah. Ketika melihat simbol-simbol itu, Ye Wuchen menganggap semua simbol itu sangat misterius, tetapi dia tidak bisa memahami artinya.     

"Nama saya Ye Wuchen. Salam, sang Pertapa Penyu," ujar Ye Wuchen. Dia hanya memiliki satu lengan dan tidak bisa melipat tangannya. Karena itu, ia hanya bisa sedikit membungkuk untuk memberi hormat. Saat ini, pakaiannya yang berwarna putih dipenuhi dengan banyak bercak darah yang mengerikan.     

Satu sosok perlahan-lahan keluar dari sebuah pintu yang terbuat dari batu di istana tersebut. Sosok itu adalah seekor penyu. Penyu itu menjulurkan lehernya dan memandang ke arah Ye Wuchen. Perilakunya sangat mirip dengan manusia, dan terlebih lagi, dia terlihat sangat tua. Liu Feiyang telah mengatakan bahwa sang Pertapa Penyu adalah sebuah totem dari Kerajaan Liu dan telah hidup selama bertahun-tahun lamanya. Dia benar-benar seekor monster yang sudah tua.     

Pergerakan penyu itu sangat lambat, begitu lambat sehingga orang-orang akan kehilangan kesabaran saat menunggunya. Untungnya, Ye Wuchen adalah pria yang sangat sabar. Dia berdiri dengan tenang di tempatnya.     

Pertapa Penyu mendekatinya dan menjulurkan salah satu kakinya yang tampak seperti lengan seseorang. Dia mengambil sebuah ranting dari pohon willow dan mulai menggambar di atas tanah. Simbol-simbol di sekitar Ye Wuchen memancarkan cahaya yang menyilaukan dan terlihat sangat misterius dan tidak terduga.     

Simbol-simbol itu terdiri dari gambaran sosok-sosok yang tak terhitung jumlahnya dan terus-menerus berubah seolah-olah semua simbol itu berusaha menggambarkan masa depan. Akhirnya, sebuah diagram terbentuk. Pertapa Penyu itu memandang ke arah Ye Wuchen. Tatapan matanya terlihat lembut tapi dipenuhi dengan simpati.     

"Kau harus pergi meninggalkan Kerajaan Liu," ujar Pertapa Penyu itu dengan sebuah suara manusia. Ini adalah hal pertama yang dia katakan pada Ye Wuchen.     

Ye Wuchen terlihat bingung. Dia memandang ke arah Pertapa Penyu itu, sambil tertegun, dia berkata, "Aku tidak mengerti."     

"Peristiwa di Kerajaan Liu akan membawa nasib buruk bagimu. Kau akan ikut terlibat di dalamnya." Suara dari Pertapa Penyu itu sangat pelan.     

Ketika mendengar hal ini, Ye Wuchen merasakan hawa dingin menjalar di sekujur tubuhnya. Dia tidak takut akan bahaya apa-pun. Dengan tekad yang dimilikinya, ia berhasil mencapai puncak Gunung Penyu. Namun, dia takut bahwa dia tidak akan dapat mengubah apa-pun. Pertapa Penyu itu mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Kerajaan Liu akan membawa nasib buruk baginya. Apakah itu berarti dia tidak dapat mengubah takdir dari Kerajaan Liu?     

"Senior, apakah anda mampu memprediksi masa depan?" Ye Wuchen bertanya.     

Pertapa Penyu itu menggelengkan kepalanya. Bahkan gerakan sederhana seperti ini dilakukannya dengan sangat lambat.     

"Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Hanya saja aku bisa melihat apa yang orang normal tidak bisa lihat, dan dari sana aku membuat beberapa prediksi," ujar Pertapa Penyu itu secara perlahan. "Terdapat hukum yang mengatur segala sesuatu di dunia ini. Aku telah melihat prediksi tersebut karena aku hidup lebih lama daripada yang lain. Ditambah lagi, bakatku dalam berkultivasi cukup terbatas, dan karena itu aku hanya bisa menghabiskan waktuku untuk melakukan hal-hal yang membosankan seperti ini."     

"Senior, karena anda tidak bisa melihat masa depan, semuanya masih belum diketahui dengan jelas," ujar Ye Wuchen.     

Pertapa Penyu itu menatapnya dan senyuman hangat muncul di wajahnya. Ye Wuchen memiliki keyakinan yang kuat, tetapi dia tidak cukup kuat untuk mengubah apa-pun. Terlebih lagi, dia hanya seorang kultivator muda di tingkat Arcana Plane.     

"Tunggu sebentar. Aku akan membiarkan teman-temanmu masuk," ujar Pertapa Penyu tersebut. Kemudian, dia berjalan kembali melewati pintu batu itu dengan kecepatan yang sama lambatnya seperti sebelumnya.     

…     

Saat ini, banyak orang sedang berkumpul di bawah tangga-tangga batu di Gunung Penyu dimana Qin Yuan berada. Mereka termasuk Qin Li, Qian Shanmu, Ye Futian dan kelompoknya, serta orang-orang dari berbagai pasukan besar. Mereka semua menyaksikan Ye Wuchen berhasil mencapai bagian puncak dari tangga-tangga batu tersebut. Di sisi lain, Qin Yuan terdorong kembali ke bagian dasar.     

Qin Yuan telah kalah dari Ye Wuchen.     

Ekspresi Qin Li tampak suram. Dia memandang ke arah Qin Yuan dan berkata, "Pergilah dan coba sekali lagi." Dari nada bicaranya, tampaknya dia tidak terlalu menghormati pamannya yang lebih muda darinya itu.     

Ibu dari Qin Yuan adalah Selir Nan, seorang wanita yang menawan. Qin Li jelas tidak akan menghormati seorang putra dari wanita rendahan seperti Selir Nan. Ayahnya adalah sang putra mahkota dari Dinasti Qin, penerus takhta kekaisaran yang sesungguhnya, dan dia adalah cucu dari Raja Qin.     

Ekspresi suram terlihat di wajah tampan Qin Yuan saat dia mendongak untuk melihat tangga-tangga batu tersebut. Dia tahu bahwa hal itu akan sia-sia bahkan jika dia mencobanya sekali lagi.     

Beberapa orang telah mencobanya, tetapi tidak lama kemudian mereka memilih untuk menyerah. Mereka tidak ingin menikahi siapa-pun dari Kerajaan Liu dan karena itu mereka tidak harus melalui penderitaan ini.     

Tiba-tiba, lapisan kabut yang terbentuk dari Spiritual Qi menyelimuti Gunung Penyu. Kabut tebal itu menyelimuti seluruh bagian dari gunung tersebut dan tak lama kemudian pandangan semua orang menjadi kabur.     

"Apa yang sedang terjadi?"     

Ekspresi aneh muncul di wajah semua orang. Di dalam kabut, Ye Futian melihat sebuah jalan muncul di depannya. Kemudian, dia mendengar seseorang berkata, "Naiklah." Suara itu terdengar pelan tetapi tampaknya memiliki suatu kekuatan magis. Ekspresi aneh muncul di wajah Ye Futian, tapi dia memutuskan untuk mengikuti jalan di dalam kabut tersebut dan naik ke atas gunung.     

Setelah berjalan sebentar, kabut itu perlahan menghilang dan area sekeliling Ye Futian menjadi terlihat dengan jelas. Dia menyadari bahwa dia kini berada di depan sebuah istana batu. Ye Wuchen sedang berdiri disana.     

Apakah aku telah sampai di puncak Gunung Penyu?     

"Wuchen." Ye Futian menghampiri Ye Wuchen. Kemudian, dia melihat seekor penyu yang terlihat tua merangkak keluar dari sebuah pintu batu. Penyu itu menatapnya dengan lembut, menyebabkan Ye Futian merasa sangat aneh. Tindakan dan perilaku dari penyu itu sangat mirip dengan manusia.     

"Senior, apakah anda yang telah membawa saya ke tempat ini?" Ye Futian bertanya.     

Pertapa Penyu itu mengangguk. Dia perlahan-lahan berjalan ke arah Ye Futian, setelah itu dia melakukan tindakan yang sama persis seperti sebelumnya. Dia menggambar di atas tanah dengan menggunakan ranting dari pohon willow dan sebuah cahaya yang menyilaukan terpancar dari simbol-simbol tersebut. Simbol yang tak terhitung jumlahnya mulai berubah secara terus menerus. Namun, tidak seperti Ye Wuchen, kali ini banyak diagram yang terbentuk dari simbol-simbol tersebut. Pertapa Penyu itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Ye Futian. Sambil tersenyum, dia berkata, "Terlalu banyak variabel yang muncul. Aku tidak bisa menyimpulkan apa-pun."     

"Senior, apa yang sedang anda lakukan?" Wajah Ye Futian dipenuhi dengan keraguan. Liu Feiyang mengatakan bahwa Pertapa Penyu memiliki kemampuan yang tak terduga dan mampu melihat masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tentu saja, Ye Futian tidak percaya akan hal itu. Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Bahkan seorang peramal hanya bisa memperkirakan gambaran umum dari takdir seseorang. Masih akan ada banyak kejadian yang tidak terduga dalam hidupnya.     

Pertapa Penyu itu memandang Ye Futian dan berkata, "Kau terlahir dengan bakat yang luar biasa."     

Ye Futian tertegun. Tampaknya sosok yang disebut sebagai Pertapa Penyu ini memang memiliki beberapa kemampuan khusus. Dia juga mengetahui bahwa Ye Futian memiliki latar belakang yang tidak biasa. Kaisar Ye Qing, Kera Salju, dan perilaku dari ayah baptisnya telah membuktikan hal ini.     

"Dalam halusinasimu, apakah kau melihat banyak wanita cantik?" Pertapa Penyu itu tersenyum dan menatap ke arah Ye Futian.     

"Engg..." Ye Futian tidak bisa berkata-kata. Penyu tua ini bahkan mengetahui tentang hal itu? Bukankah itu hanya sebuah halusinasi?     

"Bahkan wanita-wanita cantik akan membusuk dan menjadi kerangka setelah mereka mati. Semua wanita itu hanya halusinasi dan tidak mencerminkan sifat saya yang sebenarnya," ujar Ye Futian dengan menunjukkan sikap yang sopan.     

"Semua halusinasi itu muncul dari hatimu." Pertapa Penyu itu menatapnya dengan senyuman kecil muncul di wajahnya.     

Ye Futian membelalakkan matanya pada penyu tua itu. Ini tidak masuk akal. Aku tidak akan tersihir oleh halusinasi semacam itu.     

"Keinginan akan makanan dan seks merupakan bagian dari sifat manusia." Pertapa Penyu itu tersenyum dan berkata, "Sangat wajar apabila kau berfantasi tentang sesuatu yang menyenangkan bagimu. Keinginan seperti ini sangat normal."     

Siapa-pun yang hidup di dunia ini akan memiliki keinginan. Kalau tidak, dia tidak bisa disebut sebagai manusia. Ketika seseorang tidak memiliki keinginan, dia akan menjadi seorang saint, sekaligus seorang iblis.     

Hari ini, banyak orang telah mendaki Gunung Penyu. Pertapa Penyu itu telah melihat banyak hal, termasuk keinginan yang biasa-biasa saja maupun yang tidak biasa, keinginan yang jahat. Beberapa orang terlihat anggun dan berpenampilan menarik. Namun, keinginan yang tersembunyi di dalam hati mereka justru berkebalikan dari penampilan luar mereka.     

Ye Futian tidak bisa berkata-kata; dia tertangkap basah oleh ucapan dari Pertapa Penyu tersebut. Jika dia mengetahui hal ini sebelumnya, dia tidak akan mendaki Gunung Penyu.     

Penyu ini benar-benar baj*ngan. Dia bahkan mampu mengintip halusinasi dari semua orang. Mungkinkah ini alasan mengapa Kaisar Liu meminta mereka untuk mendaki gunung ini?     

Ketika memikirkan hal ini, sebuah ekspresi aneh muncul di wajahnya. Ini berarti Pertapa Penyu juga telah melihat halusinasi yang dihadapi oleh orang-orang dari Dinasti Qin.     

"Senior, mari kita membicarakan tentang temanku satu ini." Ye Futian mengubah topik pembicaraan.     

"Kau telah diberkati." Pertapa Penyu itu tersenyum. Ye Futian tidak mengerti apa yang dia maksud dengan "diberkati."     

"Sedangkan untuk temanmu, aku menyarankannya untuk pergi dari Kerajaan Liu. Kalau tidak, dia akan mengalami nasib yang buruk," ujar Pertapa Penyu tersebut. "Tapi dia tampaknya benar-benar keras kepala."     

"Nasib buruk?" Ye Futian tertegun. Apakah mereka tidak dapat mengubah takdir Kerajaan Liu hanya dengan mendaki Gunung Penyu?     

"Senior, apa yang anda ketahui tentang hal ini?" Ye Futian bertanya.     

"Jangan membicarakan tentang hal ini. Ayo, ikuti aku." Pertapa Penyu itu merangkak secara perlahan-lahan ke dalam istana batu. Ye Wuchen dan Ye Futian saling memandang satu sama lain. Kemudian, mereka mengikutinya ke dalam istana batu.     

Bagian dalam dari istana batu itu terlihat sangat tidak biasa, seolah-olah mereka telah memasuki dunia lain, bukan hanya sebuah istana batu biasa. Di tempat ini, terdapat cahaya dari matahari, bulan, dan bintang-bintang. Hujan dan salju turun dari langit, pasir berputar-putar di udara, serta kilat dan hembusan angin yang dingin. Jika digabungkan, semua pemandangan itu menggambarkan fenomena alam di seluruh dunia.     

"Aku telah membuat semua ini sepanjang hidupku. Istana ini mengandung hukum paling sederhana yang mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tingkat Plane-ku tidak cukup tinggi dan aku tidak bisa memahami hukum yang sebenarnya, tetapi semua ini semestinya berguna bagi kalian berdua. Berapa banyak yang bisa kalian pahami tergantung pada diri kalian sendiri," ujar Pertapa Penyu itu secra perlahan.     

Ye Futian mulai merasakan Spiritual Qi dari dunia ini. Sinar matahari yang menyinari bumi, hembusan angin yang bertiup kencang, sambaran kilat yang kejam, dan elemen-elemen lainnya telah berjalan sesuai dengan hukum mereka masing-masing. Semua ini memang sangat menarik.     

"Senior, saya mempunyai beberapa teman lainnya yang saat ini berada di Gunung Penyu. Bisakah anda membiarkan mereka masuk juga?" Ye Futian bertanya pada Pertapa Penyu tersebut.     

"Kau memang bocah yang cerdik." Pertapa Penyu itu memandang ke arah Ye Futian, lalu dia tersenyum dan mengangguk. "Lagipula hari-hariku sangat terbatas. Kalau begitu, aku akan mengabulkan permintaanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.