Legenda Futian

Ketika Pondok Bersikap Tidak Masuk Akal



Ketika Pondok Bersikap Tidak Masuk Akal

0Di luar Gunung Buku, Qin Ge dan yang pasukannya masih menunggu pihak Pondok untuk merespon permintaan mereka. Di hadapan mereka, sudah ada banyak kultivator dari Perguruan Tinggi Barren Timur. Mereka menatap ke arah orang-orang dari Dinasti Qin. Mereka semua telah mengetahui tentang peristiwa yang terjadi di Kerajaan Liu. Meskipun Perguruan Tinggi Barren Timur tidak memiliki hubungan aliansi dengan Kerajaan Liu, penghancuran Kerajaan Liu tetap saja membuat banyak orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur merasa marah.     
0

Kemarahan dari Perguruan Tinggi Barren Timur berbeda dengan kemarahan yang dirasakan oleh Ye Futian. Mereka tidak mengenal siapa-pun dari Kerajaan Liu dan sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Kerajaan Liu. Mereka merasa marah terhadap kekejaman Dinasti Qin serta tindakan Dinasti Qin yang telah melanggar peraturan yang telah berlaku di Wilayah Barren Timur selama bertahun-tahun lamanya.     

Di Wilayah Barren Timur, tiga pasukan paling kuat adalah Dinasti Qin, Klan Donghua, dan Perguruan Tinggi Barren Timur. Pasukan besar lainnya sedikit lebih lemah dari ketiganya. Selama bertahun-tahun, situasi telah dipertahankan seperti itu. Meskipun kadang-kadang muncul beberapa konflik antara para murid dari pasukan yang berbeda, mereka masih mentaati peraturan sakral tersebut dan tidak ada yang berani untuk melanggarnya.     

Dunia kultivasi sangatlah kejam. Seringkali, pasukan yang lebih besar akan menindas pasukan yang lebih kecil, dan hal ini akan terus terjadi. Namun, hal ini setidaknya tidak pernah terjadi pada pasukan besar, sampai kehancuran dari Kerajaan Liu terjadi beberapa waktu yang lalu. Dinasti Qin berusaha menghancurkan keseimbangan kekuatan di Wilayah Barren Timur dan memutus hubungan stabil antar negara yang telah ada selama bertahun-tahun. Selain itu, meskipun tampaknya Dinasti Qin memiliki alasan yang jelas untuk menghancurkan Kerajaan Liu, semua orang tahu bahwa, pada kenyataannya, kematian Qin Yuan hanyalah sebuah alasan bagi mereka untuk memulai sebuah peperangan. Bahkan jika Qin Yuan tidak tewas terbunuh, Dinasti Qin masih akan mencari alasan lainnya untuk memulai peperangan. Penghancuran Kerajaan Liu hanyalah sebuah langkah awal bagi Dinasti Qin untuk menguasai dunia.     

Tetua Gunung Zhu Qing memandang ke arah Qin Ge dan pasukannya dari Dinasti Qin dan ia hanya mengucapkan satu kata, "Enyahlah."     

Namun Qin Ge tidak memperdulikannya. Dia memandang ke arah orang-orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur dengan tatapan mata tanpa ekspresi dan berkata dengan nada serius, "Apakah Perguruan Tinggi Barren Timur berusaha melindungi orang yang telah membunuh adikku?"     

"Apakah adikmu tidak pantas untuk mati?" Zhu Qing mengatakan hal yang sama sambil menatap ke arah Qin Ge.     

Beberapa hawa dingin meledak dari tubuh Qin Ge. Dia menatap ke arah orang-orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur dan berkata, "Adikku tewas terbunuh di Kerajaan Liu tanpa alasan yang jelas. Perguruan Tinggi Barren Timur tidak hanya melindungi sang pembunuh tetapi juga telah mempermalukan orang yang telah meninggal seperti ini. Dinasti Qin akan mengingat hal ini." Qin Ge tentu saja mengetahui bahwa hampir tidak mungkin baginya untuk mendapatkan Ye Wuchen. Jika Pondok akan menyerahkan Ye Wuchen dengan mudah, tempat itu bukan lagi Pondok. Namun, Qin Yu masih memintanya untuk datang kemari. Dia tidak membutuhkan Pondok untuk memberinya Ye Wuchen. Yang dia butuhkan hanyalah sebuah alasan agar Dinasti Qin bisa menyerang Perguruan Tinggi Barren Timur dan Pondok di masa depan.     

"Terserah kau saja. Sekarang, bisakah kau pergi dari sini?" Zhu Qing memandang ke arah Qin Ge dengan tatapan yang tampak menghina. Dia sama sekali tidak menyukai semua pangeran dari Dinasti Qin.     

Qin Ge berdiri dengan sikap sombong dan berkata dengan nada dingin, "Aku masih perlu mendengar jawaban dari Pondok"     

Tiba-tiba, seseorang berkata dari kejauhan, "Jawaban seperti apa yang ingin kau dengar?" Kemudian, satu sosok berjalan mendekat. Pakaiannya berwarna putih, seputih salju dan rambutnya yang panjang tertiup angin. Kedua matanya yang tampan memandang ke arah Qin Ge dengan tatapan yang tajam. Nada suaranya terdengar datar, tetapi juga terdengar sangat sombong. Dia hanya melihat Qin Ge, tapi seolah-olah dia akan menembus kedua mata Qin Ge menggunakan tatapan matanya.     

Ketika melihat tatapan mata Gu Dongliu, sikap sombong Qin Ge mulai berubah menjadi rasa takut. Dia adalah sang pangeran ketiga dari Dinasti Qin dan ia sangat berbakat. Selama ini, dia bersikap sangat sombong dan percaya bahwa dia tidak lebih lemah dari orang lain. Namun, entah kenapa, ketika dia benar-benar berhadapan langsung dengan Gu Dongliu, auranya seperti tertekan hanya karena satu pandangan mata dari Gu Dongliu. Gu Dongliu, bagaimanapun juga, memiliki reputasi yang sama dengan Qin Yu. Selain itu, dia telah mengalahkan Lu Nantian sebelumnya.     

Dalam pertarungan itu, Lu Nantian telah menampilkan Aura Sage dan bisa saja dianggap sebagai orang terkuat di Wilayah Barren Timur. Namun, dia tetap kalah dari Gu Dongliu yang hanya berada di Noble Plane kelas dua pada saat itu.     

"Ye Wuchen telah membunuh adikku. Lalu, kakak beradik dari Kerajaan Liu, Liu Feiyang dan Liu Chenyu, juga berada di Pondok. Aku tentu berharap agar Pondok bisa memberikan ketiganya kepadaku," ujar Qin Ge tanpa ekspresi. Namun, nada bicaranya sudah tidak terdengar mengintimidasi seperti sebelumnya.     

"Kau telah mengganggu kultivasinya," tiba-tiba Gu Dongliu berbicara. Baik orang-orang dari Dinasti Qin maupun mereka yang berasal dari Perguruan Tinggi Barren Timur tertegun oleh kata-katanya yang membingungkan ini.     

Mengganggu kultivasinya? Siapa yang dia maksud?     

Sambil mengerutkan keningnya, Qin Ge menatap ke arah Gu Dongliu dan bertanya, "Apa maksudmu?"     

"Tidak bisa dimaafkan," ujar Gu Dongliu. Qin Ge membelalakkan matanya dan menatap ke arah Gu Dongliu.     

Tidak bisa dimaafkan?     

Bahkan Tetua Gunung Zhu Qing juga melihat ke arah Gu Dongliu, ia tertegun, tapi dia dapat menebak siapa yang dimaksud oleh Gu Dongliu.     

Murid kedua dari Pondok, Zhuge Hui.     

Tiba-tiba, Gu Dongliu melangkah ke depan dan sebuah aura meledak dari tubuhnya. Pakaiannya yang berwarna putih terus berkibar meskipun tidak ada hembusan angin. Dia mengamati orang-orang dari Dinasti Qin dan ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi aneh. Energi Spiritual yang tak terlihat segera menyelimuti mereka semua.     

"Gu Dongliu, apa maksud semua ini?" tanya Qin Ge. Dia datang ke Pondok untuk meminta mereka menyerahkan buronan Kerajaan Liu. Bahkan jika Pondok tidak mau menyerahkan mereka, alasan apa yang mereka miliki untuk menyerangnya? Apakah mengganggu kultivasi seorang murid dari Pondok juga merupakan alasan yang masuk akal?     

Gu Dongliu tidak memperdulikan kata-kata Qin Ge. Sebaliknya, dia mengambil satu langkah ke depan. Dalam sekejap, aura spiritual yang sangat tajam menyebar ke arah para Noble dari Dinasti Qin.     

Orang-orang dari Dinasti Qin merasa terkejut. Apakah Gu Dongliu benar-benar akan menyerang mereka? Meskipun para kultivator yang datang bersama Qin Ge kali ini cukup kuat, mereka jelas tidak akan mampu bertarung melawan Gu Dongliu.     

Saat ini, Gu Dongliu sudah menjadi salah satu orang terkuat di Wilayah Barren Timur. Bahkan jika Qin Yu berada disini menggantikan Qin Ge, dia hanya akan memiliki kemungkinan sebesar 50% untuk menang melawan Gu Dongliu jika dia tidak bergantung pada peralatan ritual tingkat Sage.     

Jika Gu Dongliu benar-benar ingin bertarung dengan mereka, hasilnya sudah dapat ditebak.     

"Gu Dongliu, apa yang sebenarnya kau inginkan?" Dua orang Noble masing-masing mengambil satu langkah ke depan dan aura mereka meledak secara mengejutkan. Namun, tatapan mata Gu Dongliu terus berubah menjadi semakin jahat. Kedua matanya yang tampan layaknya dua buah pusaran spiritual, dan aura spiritual yang mengerikan itu menekan kedua orang tersebut. Kemudian, Gu Dongliu mengulurkan telapak tangannya dan pedang qi yang tak terlihat mulai berputar-putar dengan ganas, mengelilingi dua Noble tersebut.     

"Aku ingin membunuh." Gu Dongliu mengepalkan tangannya. Sebuah arus kekuatan yang mengerikan bergejolak tak terkendali dan mengeluarkan suara mendesis. Kedua Noble itu masing-masing mengeluarkan jeritan yang menyedihkan. Kemudian, darah mengalir deras dari mata, hidung, dan mulut mereka. Tubuh mereka gemetar tanpa henti dan mereka akhirnya terjatuh dari langit.     

*Brak* Orang-orang dari Dinasti Qin mulai merasa ketakutan. Mereka mendongak dan menatap ke arah Gu Dongliu dengan ekspresi terkejut.     

Apakah dia sudah gila? Ye Wuchen telah membunuh Qin Yuan, jadi sangat wajar bagi Dinasti Qin untuk datang kemari. Selain itu, mereka tidak pernah memiliki konflik dengan Pondok. Apakah Gu Dongliu benar-benar berani membunuh seseorang dalam situasi seperti ini?     

Qin Ge juga menatap ke arah Gu Dongliu dengan takjub. Apa yang sedang dipikirkan oleh Pondok?     

"Apakah kau sedang menyatakan perang terhadap Dinasti Qin?" Wajah Qin Ge berubah menjadi sangat pucat, rasa takut terlintas di wajahnya.     

Gu Dongliu berkata bahwa dia ingin membunuh. Berapa banyak orang yang ingin dia bunuh? Bagaimana dengan dia, yang merupakan seorang pangeran dari Dinasti Qin?     

"Aku sudah mengatakan bahwa kau telah mengganggu kultivasinya. Hukumannya adalah kematian," ujar Gu Dongliu tanpa ekspresi seolah-olah dia sama sekali tidak peduli dengan nyawa Qin Ge. Seolah-olah orang-orang yang dia bunuh bukanlah para Noble atau dari Dinasti Qin.     

Ketika dia selesai berbicara, aura spiritual yang mengerikan terus meledak, menyelimuti para kultivator lainnya. Huruf-huruf kuno tampak melingkari tubuh Gu Dongliu, dan sebuah aura misterius menyelimuti orang-orang dari Dinasti Qin.     

"Gu Dongliu, apa kau sudah gila?" seorang Noble dari Dinasti Qin berteriak keras.     

Namun Gu Dongliu tampaknya tidak mendengar kata-katanya. Dia terus mengulurkan tangannya dan mengepalkannya dengan erat. Suara ledakan terus menerus terdengar, diikuti oleh suara jeritan yang menyedihkan. Aura spiritual para Noble itu tidak mampu menahan serangan dari Gu Dongliu dan langsung dihancurkan dengan cepat. Darah mengalir keluar dari kedua mata mereka yang dipenuhi oleh rasa takut dan mereka terjatuh dari atas langit satu per satu. Hanya dalam waktu singkat, Qin Ge, sang pangeran ketiga dari Dinasti Qin, adalah satu-satunya orang yang tersisa disana.     

Pada saat ini, sikap sombong yang ditunjukkan oleh Qin Ge ketika dia baru saja tiba di Gunung Buku benar-benar telah menghilang. Wajahnya sudah sangat berubah dan kini terlihat pucat, sementara kedua matanya dipenuhi dengan kemarahan dan ketakutan yang luar biasa. Ketika seorang murid dari Pondok bersikap tidak masuk akal dan mulai membunuh tanpa sebab, hal itu pasti akan menjadi sebuah bencana bagi siapa-pun.     

"Apakah Pondok kini bersikap begitu tidak manusiawi?" Qin Ge berteriak tapi suaranya bergetar. Tindakan Gu Dongliu ini bukan ciri khas dari Pondok.     

Orang-orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur juga menatap ke arah Gu Dongliu dengan bingung; Gu Dongliu benar-benar telah membunuh para Noble dari Dinasti Qin. Bahkan Tetua Gunung Zhu Qing bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Jelas, dia mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan Gu Dongliu.     

Tiba-tiba, Zhu Qing mengingat apa yang dikatakan oleh Zhuge Hui padanya di Kota Chaoge, bahwa Perguruan Tinggi Barren Timur terlalu lemah dalam mengambil tindakan.     

Memang, jika dibandingkan dengan Pondok, dia terlalu lemah dalam mengambil tindakan.     

"Tidak manusiawi?" Gu Dongliu masih menatap ke arah Qin Ge dengan tenang. Semua orang di dunia ini mengetahui bahwa murid-murid dari Pondok itu selalu memiliki alasan dibalik tindakannya. Oleh karena itu, Qin Ge berani datang ke Pondok dan meminta mereka untuk menyerahkan sang pembunuh Qin Yuan. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa Pondok juga bisa bersikap tidak masuk akal.     

"Kau telah memusnahkan sebuah kerajaan. Setelah melakukan perbuatan sekejam itu, kau masih berani datang kemari untuk mengambil mereka. Karena itu, aku hanya bisa membantu dunia ini untuk menegakkan keadilan dan memberikan hukuman." Saat Gu Dongliu selesai berbicara, Pedang Qi bermunculan di sekitarnya. Huruf-huruf kuno mulai melingkari tubuh Qin Ge. Saat ini, Qin Ge mulai gemetar tanpa henti. Dia dilanda ketakutan yang luar biasa.     

Dinasti Qin akhirnya mulai melebarkan aliansinya untuk menguasai dunia. Qin Ge seharusnya mencari panggungnya sendiri dan menunjukkan kemampuannya pada semua orang. Dia datang ke Pondok untuk meminta mereka menyerahkan orang-orang itu kepadanya. Awalnya, kunjungannya ini seharusnya menjadi penampilan pertamanya di Wilayah Barren Timur. Dia tidak tahu bahwa kemunculannya kali ini juga akan menjadi yang terakhir dalam hidupnya.     

"Bunuh," ujar Gu Dongliu dengan nada serius saat aura pedang melintasi tubuhnya. Ekspresi Qin Ge langsung berubah dan tubuhnya gemetar tanpa henti. Dalam keputusasaannya, tubuhnya terkoyak secara perlahan-lahan, sampai dia benar-benar lenyap. Gu Dongliu tidak menatapnya lagi. Setelah berbalik, dia segera berjalan menuju Gunung Buku, seolah-olah dia hanya melakukan sesuatu yang sepele disini.     

Zhuge Hui meminta Luo Fan untuk memberitahu Gu Dongliu agar melumpuhkan orang-orang ini. Namun, dia langsung membunuh mereka tanpa ampun. Baginya, hanya ada sedikit perbedaan antara membuat lumpuh dan membunuh mereka. Sikap Zhuge Hui memang masih terlalu lembut dan baik hati.     

Dinasti Qin telah berurusan dengan Kerajaan Liu sedemikian rupa dan telah melenyapkan seluruh keluarga kerajaan dalam upaya untuk mengejutkan Wilayah Barren Timur. Mereka datang ke Pondok juga untuk menunjukkan kehebatan mereka. Mereka ingin memberi tahu dunia bahwa Dinasti Qin akan menguasai dunia. Namun, Pondok tidak sama dengan Kerajaan Liu. Dinasti Qin tidak akan bisa menghadapi Pondok dengan menggunakan metode yang sama ketika menghadapi Kerajaan Liu.     

Karena sebuah perang sudah ditakdirkan untuk terjadi, dia akan memenuhi keinginan dari Dinasti Qin.     

Karena Dinasti Qin tidak mematuhi peraturan yang berlaku di Wilayah Barren Timur, Pondok juga tidak harus bersikap masuk akal.     

Orang-orang dari Perguruan Tinggi Barren Timur, termasuk Zhu Qing, menatap ke arah Gu Dongliu saat dia pergi. Mereka benar-benar terkejut dan mereka semua tidak bisa berkata-kata. Seolah-olah hari ini, merupakan pertemuan pertama mereka dengan Pondok dan Gu Dongliu.     

"Murid-murid dari Pondok sangat tampan!" seorang gadis cantik berseru, sambil menatap ke arah Gu Dongliu. Samar-samar, kedua matanya benar-benar dipenuhi dengan rasa kagum yang berlebihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.