Legenda Futian

Pemanggilan Para Kaisar Agung



Pemanggilan Para Kaisar Agung

0Wilayah Barren Timur, Bagian Barat, Kota Shu.     
0

Kota Shu adalah sebuah kota kecil di Wilayah Barren Timur dan kota ini tidak memiliki banyak kultivator tingkat tinggi di dalamnya. Karena beberapa alasan tertentu, para kultivator tingkat tinggi dari Wilayah Barren Timur tidak mau memasuki Kota Shu. Ditambah lagi, kota ini sangat kacau dan telah menghasilkan banyak penjahat. Namun, terdapat pula orang-orang yang memiliki hati yang murni.     

Di Kota Shu, terdapat banyak umat Buddha yang mencoba untuk menyebarkan kepercayaan mereka kepada orang-orang di kota ini. Mereka semua datang dari Kuil Qianqiu, yang terletak tidak begitu jauh dari Kota Shu. Saat ini, banyak tamu sedang duduk di sebuah restoran dan berbincang-bincang sambil menikmati anggur. Diantara para pelanggan ini, terdapat satu pasangan yang terlihat aneh. Salah satunya adalah seorang Tetua yang mengenakan pakaian compang-camping dan satu orang lainnya adalah seorang wanita yang sedang tersenyum dengan mengenakan pakaian berwarna hijau terlihat duduk di sampingnya. Dia memegang botol anggur di udara dan menuangkan anggur secara langsung ke mulut Tetua yang sudah menunggunya.     

"Anggur yang enak," ujar Tetua itu sambil tersenyum lebar. Jelas dia sedang menikmati waktu bersantainya.     

"Tidak usah terburu-buru dan makanlah lebih banyak." Wanita itu mengambil kembali botol anggur tersebut sebelum mengambil sepotong daging dengan sumpitnya lalu menyuapkannya kepada pria itu.     

Banyak orang di restoran itu memandang ke arah keduanya dengan ekspresi aneh di wajah mereka. Penampilan dari Tetua itu tampak berantakan dan tidak terawat sementara wanita itu terlihat cantik dan anggun. Bagaimana dia bisa menyuapi pria malang ini? Darimana kakek tua ini berasal?     

"Pundakku agak sakit," ujar Tetua itu, yang sepertinya sedang bergumam pada dirinya sendiri. Seolah-olah dia tidak menyadari bahwa dia sedang menjadi pusat perhatian dari pelanggan lainnya.     

"Biarkan aku memberimu sedikit pijatan," wanita itu berdiri dari tempat duduknya sambil tersenyum. Dia kemudian duduk di belakang Tetua itu dan mulai memijat bahunya.     

Tetua itu sepertinya sangat menikmati pijatan dari wanita itu. Kedua matanya terpejam dan dia tampak menikmati setiap pijatan yang dia rasakan. Oh, hari-hari yang bahagia ini. Dia merasa bebas seperti seekor burung. Pijatan ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan pijatan dari 'anak yang tidak patuh itu' di rumah.     

Ini... Beberapa tamu tidak sanggup melihatnya lagi. Tetua ini terlalu berlebihan.     

"Itu benar, Senior. Aku masih belum benar-benar memahami ilmu pedang yang kau ajarkan padaku terakhir kali. Kapan kau akan mengajariku lagi?" wanita itu bertanya dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.     

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, nak. Aku bahkan belum pernah menyentuh pedang seumur hidupku. Bagaimana aku mengetahui tentang taktik berpedang?" kata Tetua itu dengan mata yang masih terpejam.     

Wanita itu tidak menanggapi ucapan Tetua itu dengan serius dan terus tersenyum. "Lalu, kapan kau akan menunjukkan lagi kemampuanmu dengan ranting pohon itu?"     

"Oh, kau sedang membicarakan tentang kejadian waktu itu. Aku hanya bermain-main dengan ranting pohon itu. Jika kau ingin menyaksikannya sekali lagi, maka aku akan menunjukkan beberapa gerakanku lain kali," ujar Tetua tersebut. "Kau harus segera melupakannya. Kau benar-benar berpikir bahwa gerakan itu adalah taktik berpedang? Orang tua sepertiku ini tidak tahu apa-apa tentang kultivasi."     

Senyuman wanita muda itu terus melebar ketika dia mendengarkan tanggapan dari Tetua itu. Tangannya yang berukuran kecil terus memijat punggungnya, membiarkan Tetua itu menikmati waktu bersantainya.     

"Nona, saya dari Klan Pedang Shuzhong. Jika anda ingin belajar cara menggunakan pedang, mungkin saya bisa mengajari anda," seorang pria paruh baya di dalam restoran itu berbicara, sambil menatap ke arah wanita yang mengenakan pakaian berwarna hijau tersebut.     

"Terima kasih, Tuan, tapi anda tidak perlu repot-repot mengajari saya." Wanita itu tersenyum padanya sebelum berbalik untuk meneruskan pijatannya pada punggung Tetua tersebut.     

"Nona, ada banyak penipu di dunia kultivasi. Anda harus berhati-hati," Pria paruh baya itu memperingatkannya.     

"Terima kasih untuk informasinya, Tuan," wanita itu mengangguk. Para tamu lainnya menggelengkan kepala ketika mereka menyadari bahwa wanita itu mengabaikan peringatan dari pria paruh baya tersebut. Hanya dengan satu kali pandangan pada Tetua itu dan siapa-pun pasti menganggap bahwa dia bukan orang yang baik. Dia bahkan tidak bertindak sesuai usianya saat ini.     

"Pijatanmu sungguh enak." Ketika orang-orang mengutuknya dalam hati, Tetua itu menyatakan kepuasannya. Tidak lama kemudian, begitu banyak tatapan mata yang penuh amarah tertuju padanya. Kakek tua ini pasti melakukan hal ini dengan sengaja.     

Kedua mata dari Tetua itu masih terpejam sambil menikmati pijatan di punggungnya. Dia tidak peduli tentang komentar orang lain. Dia sedang dilayani dengan baik oleh wanita ini. Sungguh menyenangkan.     

*DONG* Saat itu, sebuah lonceng berbunyi. Dalam sekejap, sepertinya sebuah kekuatan yang tak terlihat telah menerjang restoran tersebut. Tubuh Tetua itu gemetar tanpa henti. Tiba-tiba dia duduk dengan tegak, tubuhnya masih sedikit gemetaran, tidak terkendali.     

Suara apa itu?     

Reaksi semua orang tidak separah reaksi dari Tetua itu. Namun, ekspresi kebingungan yang sama dapat terlihat di mata mereka. Suara itu terdengar seperti suara lonceng yang berdentang dan sepertinya suara itu berasal dari suatu tempat yang jauh. Sebuah kekuatan aura yang luar biasa dapat dirasakan dengan samar ketika orang-orang membiarkan aura itu memasuki dan mempengaruhi pikiran mereka.     

"Apa yang sedang terjadi?" wanita itu bertanya kepada sang Tetua. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Tetua itu tampak begitu serius. Selama berbulan-bulan dia mengenalnya, Tetua itu selalu bermalas-malasan dan tidak pernah menganggap sesuatu dengan serius.     

Tubuh Tetua itu masih sedikit gemetar. Dalam sekejap, dia menghilang dari dalam restoran dan sekarang telah berdiri di luar restoran. Wanita itu tampak tercengang. Dia bahkan tidak bisa melihat gerakan Tetua itu dengan jelas. Sambil menarik napas dalam-dalam, dia mengikuti Tetua itu keluar restoran.     

Tetua itu melihat ke belakang. Sebuah gelombang suara tak berbentuk menyapu daerah itu, menutupi seluruh area Kota Shu. Satu per satu, orang-orang bergegas keluar dari tempat mereka masing-masing di seluruh penjuru kota tersebut. Mereka mendongak ke atas langit, melihat ke kejauhan. Seluruh kota ikut mendengarkan ketika suara lonceng itu terus berbunyi. Mereka merasakan kekuatan aura itu sekali lagi.     

Tetua itu menatap ke satu arah tertentu. Warga kota sepertinya telah menyadari apa yang sedang terjadi saat ini dan menatap ke arah yang sama dengan Tetua tersebut. Beberapa orang tampak memiliki seberkas cahaya suci di kedua matanya.     

Di arah yang mereka lihat, terdapat sebuah gunung yang tidak tampak begitu jelas. Gunung itu terlihat sangat tinggi, seolah-olah puncaknya mampu menembus langit. Gunung tersebut memancarkan sebuah cahaya suci, membuatnya dapat terlihat bahkan dari tempat terjauh sekalipun.     

Gunung itu adalah gunung tertinggi di Wilayah Barren Timur, Gunung Langit. Tempat yang paling dekat dengan langit di Wilayah Barren Timur.     

*BOOM* Terdengar suara ledakan yang keras dan tanah bergetar. Orang-orang dari Kota Shu melihat ke permukaan tanah tempat mereka berdiri saat ini ketika tubuh mereka juga bergetar. Getaran ini adalah getaran yang ditimbulkan oleh gempa bumi.     

Tetua itu tidak pernah mengalihkan pandangannya dari langit. Tatapan matanya yang mengantuk sekarang terlihat sangat serius. Pakaiannya yang tampak compang-camping sebenarnya cukup bersih, kini tertiup angin. Rambut dan janggutnya yang panjang dan berantakan juga tertiup angin. Di sebelahnya, wanita berbaju hijau itu mengamatinya dengan seksama. Pada saat ini, Tetua itu tampak begitu agung.     

Di seluruh penjuru Kota Shu, para kultivator dari Kuil Qianqiu menyatukan tangan mereka dan berdoa. Sebuah cahaya terpancar dari mata mereka saat mereka menatap ke arah Gunung Langit.     

Suara lonceng terdengar dari Gunung Langit. Apakah ini semacam pertanda?     

Beberapa ratus kilometer jauhnya dari Kota Shu berdiri sebuah kuil kuno. Suara lonceng itu memasuki kuil tersebut dan sebuah lonceng yang berada di dalam kuil itu juga ikut berdentang. Suara dari dua lonceng itu beresonansi satu sama lain.     

Satu sosok tengah berdiri di suatu tempat yang tinggi di dalam kuil tersebut menatap ke arah Gunung Langit. Dia mengatupkan kedua tangannya dan pikirannya sedang terguncang.     

Seorang biksu tua berjalan mendekat dan biksu-biksu lainnya membungkuk hormat saat melihatnya. Jelas bahwa biksu tua ini memiliki status yang tinggi. Dia memandang ke arah Gunung Langit dan mulai merapalkan kalimat-kalimat suci yang rumit dengan seuntai manik-manik Buddha di antara jari-jarinya.     

"Lonceng telah berbunyi dari Gunung Langit. Bunyi lonceng itu adalah suara dari sang Kaisar Agung!" Biksu tua itu berbicara, dan membuat para biksu di Kuil Qianqiu bertanya-tanya dalam hati.     

Berita tentang lonceng Gunung Langit menyebar dengan sangat cepat. Tidak lama kemudian, Wilayah Barat gempar ketika menerima berita ini. Gunung Langit adalah tempat yang istimewa di Wilayah Barat.     

Dengan semua kehebohan di Wilayah Barat, berita tersebut jelas tidak akan berhenti di tempat itu saja. Berita itu mulai menyebar ke daerah lain di Wilayah Barren Timur dan akhirnya, setiap pasukan besar telah menerima berita tersebut. Lonceng telah berbunyi dari Gunung Langit, berdentang di seluruh penjuru Wilayah Barat.     

Pada saat ini, berita ini bahkan mengalahkan hebohnya berita mengenai perang antara Dinasti Qin dan Perguruan Tinggi Barren Timur di Dunia Barren Kuno.     

Semua perhatian di Wilayah Barren Timur beralih ke Wilayah Barat.     

…     

Ye Futian dan Yu Sheng telah berkultivasi di Dunia Barren Kuno selama ini. Mereka berada di dalam istana kecil milik Dinasti Qin. Saat itu, seorang gadis tiba di istana kecil itu untuk menemui Ye Futian. Dia adalah seorang murid dari Perguruan Tinggi Barren Timur, Nangong Jiao. Dia adalah salah satu kenalan Ye Futian. Nangong Jiao sudah berada di Dharma Plane tingkat atas. Dia sedang bersiap-siap untuk masuk ke Arcana Plane, sama seperti Ye Futian.     

Ketika Nangong Jiao mengetahui bahwa mereka berdua telah mengambil alih wilayah kekuasaan Dinasti Qin dan mengumumkan bahwa tempat itu menjadi milik mereka, dia tidak bisa berkata-kata.     

"Apakah kau datang kemari untuk berkultivasi?" Ye Futian bertanya padanya sambil tersenyum. Meskipun Perguruan Tinggi Barren Timur dan Pondok tidak memiliki ambisi yang sama, semua itu hanyalah masalah internal mereka. Sekarang setelah Dinasti Qin ingin menguasai Wilayah Barren Timur, mereka berada di pihak yang sama.     

Nangong Jiao menggelengkan kepalanya dan berkata, "Belum lama ini, aku mendapatkan sebuah berita. Lonceng telah berbunyi dari Gunung Langit di Wilayah Barat. Seluruh Wilayah Barren Timur sedang ramai membicarakannya. Kalian telah berkultivasi disini tanpa mengetahui informasi dari dunia luar, jadi kalian mungkin tidak mengetahui berita ini. Aku datang kemari untuk memberitahu kalian mengenai berita tersebut."     

"Suara lonceng terdengar dari Gunung Langit?" Ekspresi bingung muncul di wajah Ye Futian. Dia baru tinggal di Wilayah Barren Timur selama beberapa tahun, jadi wajar saja jika dia tidak begitu memahami sejarah yang ada di Wilayah Barren Timur. Jadi, apa yang perlu dibicarakan mengenai suara lonceng yang terdengar dari Gunung Langit?     

"Gunung Langit adalah gunung tertinggi di Wilayah Barren Timur. Rumor mengatakan bahwa gunung itu adalah tempat yang paling dekat dengan langit. Dalam sejarah kuno, Gunung Langit adalah sebuah tempat paling suci di Wilayah Barat. Gunung ini adalah tempat dimana kau akan bertemu dengan para saint. Legenda mengatakan bahwa di puncak Gunung Langit, mereka dapat mengumpulkan Spiritual Qi yang paling murni di dunia ini dan Spiritual Qin tersebut sangat membantu dalam proses berkultivasi. Terutama untuk kultivasi di tingkat Arcana Plane. Spiritual Qi itu akan membuat proses kultivasi menjadi sangat mudah. Tapi tentu saja, tidak ada bukti akan hal tersebut."     

Nangong Jiao terus menjelaskan, "Lalu, sebuah peristiwa besar terjadi di Gunung Langit. Menurut buku-buku sejarah, Wilayah Barren Timur berada di zaman kegelapan beberapa ratus tahun yang lalu. Seekor monster iblis yang mengerikan muncul dan memakan orang-orang. Wilayah Barat tidak jauh berbeda dengan neraka. Monster itu sangat kuat dan mengambil alih sebuah tempat suci di Wilayah Barat, yaitu Gunung Langit. Namun hal itu hanya berlangsung hingga kemunculan dua orang di Gunung Langit." Nangong Jiao berhenti sejenak. Terdapat sebuah cahaya misterius di kedua matanya, sebuah kerinduan akan suatu hal.     

"Siapa mereka?" Ye Futian menjadi penasaran setelah melihat sorot mata Nangong Jiao.     

"Aku tidak mengetahui nama asli mereka, tapi aku yakin kau juga mengetahui tentang mereka. Dua orang dari legenda tersebut adalah dua Kaisar Agung yang telah menyatukan dunia, Donghuang Agung dan Kaisar Ye Qing." Nangong Jiao melanjutkan dengan sungguh-sungguh, "Mereka pernah melangkahkan kaki ke Wilayah Barren Timur dan pada saat itu, mereka belum menjadi sang Kaisar Agung."     

Tubuh Ye Futian sedikit merinding. Dua nama ini tidak asing baginya. Ditambah lagi, ia nampaknya memiliki hubungan dengan kedua kaisar tersebut. Tentu saja, dia juga mengetahui bahwa mereka pernah berada di Wilayah Barren Timur. Mereka bahkan berkunjung ke Kota Qingzhou, yang sebenarnya terletak cukup jauh dari Wilayah Barren Timur. Apa yang tidak dia ketahui adalah bahwa mereka telah meninggalkan sebuah peninggalan sejarah disana.     

"Terdapat banyak legenda mengenai dua Kaisar Agung dan Gunung Langit. Orang-orang mengatakan bahwa mereka masih remaja pada masa itu, keduanya menjelajahi dunia bersama-sama sambil membasmi kejahatan. Ketika mereka berhadapan dengan monster iblis di Wilayah Barren Timur, mereka menyegelnya di Gunung Langit selama-lamanya. Peristiwa ini juga mengubah gunung tersebut. Tidak ada seorang-pun yang menginjakkan kaki di gunung tersebut dan hari ini, lonceng telah berbunyi dari Gunung Langit. Beberapa orang mengatakan bahwa suara lonceng itu adalah proses pemanggilan para Kaisar Agung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.