Legenda Futian

Undangan dari Dinasti Qin



Undangan dari Dinasti Qin

0"Wow." Ye Futian agak terkesan oleh kakak ketiganya yang mampu memakan daging raja iblis dan menggunakan urat dari seekor naga sebagai senar guqin. Adapun undangan dari pihak kampus untuk berpartisipasi dalam ujian tersebut, mereka tidak punya waktu.     
0

"Pondok ini sudah sangat sibuk. Kami tidak punya waktu untuk berpartisipasi dalam hal-hal yang membosankan seperti itu. Benar begitu, adik junior?" Kakak Ketiga tersenyum pada Ye Futian.     

"Ya, kau benar." Ye Futian mengangguk, berpikir, terserah padamu kakak.     

Mengenai apakah Pondok sedang sibuk atau tidak, itu tidak menjadi masalah. Orang luar tidak akan tahu.     

"Xue Ye," panggil Gu Dongliu.     

"Ya?" Xue Ye menjawab sambil terus menyalin.     

"Berhentilah terlebih dulu," ujar Gu Dongliu. "Bawa adik junior kita ke Gua Buku. Yu Sheng, tetaplah disini."     

"Baiklah." Seperti merasa sedang diselamatkan, Xue Ye meletakkan penanya dan berjalan ke samping Ye Futian. "Adik junior, ikutlah denganku."     

Ye Futian mengangguk, sambil bertanya-tanya tempat seperti apakah Gua Buku itu.     

Xue Ye membawa Ye Futian ke gua lainnya di wilayah Pondok dan masuk ke dalamnya. Gua itu sangat dalam. Jalan masuk di depan gua langsung menuju ke bagian dalam dan tiba-tiba mereka sampai di sebuah area yang luas. Tampaknya ada sebuah cahaya yang menyilaukan di kejauhan.     

Sebuah jalan berwarna emas muncul di atas tanah. Rune yang tak terhitung jumlahnya muncul dan berdenyut.     

"Ikuti langkahku dengan hati-hati dan jangan mengambil langkah yang salah," Xue Ye memperingatkan. Terdapat sebuah kilatan di bawah kakinya. Ye Futian mengikuti setiap langkahnya dengan hati-hati.     

Setelah berhasil melewati jalan tersebut, mereka tiba di bagian tengah gua. Sebuah cahaya yang menyilaukan tak berbatas menimpa mereka. Ye Futian mendongak dan sangat terkejut.     

Seolah-olah mereka berada di tengah-tengah gunung, gua itu memiliki tinggi ratusan meter. Kedua sisi dari gua itu telah diukir menjadi deretan rak buku. Buku-buku yang tak terhitung jumlahnya saling menempel di dinding. Perpustakaan dari Akademi Donghai yang pernah dikunjungi oleh Ye Futian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tempat ini. Gua Buku bisa dibilang adalah tempat yang berisi lautan buku. Bagaimana pihak Pondok bisa mengumpulkan semua buku-buku ini?     

"Adik junior, disini ada semua jenis buku. Guru tidak ada untuk mengajarimu dan kau harus belajar sendiri. Lakukan apa yang harus kau lakukan," ujar Xue Ye.     

"Bagaimana kau bisa membaca semua ini?" Ye Futian bergumam.     

Mendengar hal ini, Xue Ye hampir menangis. Dia melihat ke arah buku-buku itu dan menghela napas. "Kau perlu ratusan tahun untuk menyalin semua buku ini!"     

Ye Futian terdiam. Dia memandang ke arah Xue Ye dan bertanya, "Kakak Keempat, apakah kau yang menyalin semua buku disini?"     

"Jangan bicarakan hal itu." Xue Ye menghela nafas dengan menyedihkan.     

"Kakak Kedua sepertinya sangat kuat. Apakah dia mempunyai tingkat Plane yang tinggi?" Ye Futian terlihat penasaran. Dengan satu kali tatapan dari kakak kedua, kakak keempat dan kelima langsung patuh padanya.     

"Aku tidak tahu tentang tingkat Plane dari kakak kedua, tapi aku tahu bahwa tingkat Plane dari Kakak Ketiga benar-benar tinggi. Jika kau berani berkata 'tidak' pada perintah Kakak Kedua..." Xue Ye berkata dengan nada sedih. Dia melirik ke arah Ye Futian, tatapan matanya seolah-olah berkata, Apakah kau mengerti sekarang?     

Ye Futian mengangguk. Dia mengerti.     

Kakak Ketiga mampu membuat para Noble dari Dinasti Qin dan Klan Donghua bergegas pergi dengan satu kalimat yang diucapkannya. Saat ini Ye Futian hanya bisa merasa kasihan pada kakak keempatnya.     

"Bagaimana denganmu? Kau berada di tingkat Plane apa?" Ye Futian bertanya.     

"Aku benar-benar berada di Plane yang rendah, hanya Noble Plane tingkat menengah," ujar Xue Ye seolah-olah berusaha merendahkan dirinya.     

"Aku..." kata-kata Ye Futian terputus. Dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.     

Terasa sangat mustahil jika membayangkan seorang Noble dengan patuh menyalin buku-buku itu dan bertindak patuh di hadapan Kakak Kedua. Dia merasa tidak enak badan.     

"Apakah Kakak Kelima juga seorang Noble?" dia bertanya dengan nada tidak bersemangat.     

"Tentu saja." Xue Ye mengangguk. Ye Futian merasa semakin tidak enak badan saat membayangkan Kakak Kelima sedang memasak. Apakah dia benar-benar seorang Noble?     

"Jangan menyerah. Kau akan segera menjadi seorang Noble. Berkelilinglah. Aku pergi dulu." Xue Ye menepuk Ye Futian dengan nyaman dan berjalan keluar.     

"Kakak Keempat, kau, eh... jangan menyerah. Kau akan segera menyelesaikan menyalin buku-buku itu cepat atau lambat," Ye Futian berbicara pada punggung Xue Ye di kejauhan. Lelaki malang itu tersandung dan hampir saja terjatuh.     

"Kau benar." Dia tidak berbalik dan ia sepertinya telah terpaksa mengatakan hal tersebut dari mulutnya, berusaha mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak memperdulikan perkataan dari seorang bocah.     

Setelah Xue Ye pergi, Ye Futian melihat-lihat isi dari Gua Buku itu dan bergumam pada dirinya sendiri, "Berapa tahun yang dibutuhkan untuk membaca semua buku ini?"     

Apalagi menyalin semuanya.     

Ye Futian menatap ke arah lautan buku tersebut. Buku-buku yang tak terhitung jumlahnya tampaknya telah disusun dalam kelompok-kelompok yang terperinci. Setiap jenis buku tersedia disini.     

Dia melihat satu tempat yang diukir dengan kata "guqin" jadi dia pergi kesana dan mulai melihat dari bagian bawah rak buku.     

Bagian pertama adalah teknik dasar memainkan guqin. Isinya termasuk seperti setiap not, kunci, dan kemudian dari lagu yang sederhana hingga yang rumit. Ye Futian berkeliling dari satu rak ke rak buku yang lainnya dan melihat banyak buku tentang teknik yang kuat di rak bagian belakang.     

Dia membaca buku-buku itu cukup lama. Di luar, malam telah tiba dan satu sosok cantik berjalan masuk ke dalam gua. Dia adalah Beitang Xing'er.     

"Kakak Xing'er," panggil Ye Futian. Dia meletakkan bukunya sambil tersenyum.     

"Penggantian senar guqinmu sudah selesai dan aku membawa makan malam untukmu. Kakak kedua menyuruhku untuk membawanya," ujar Beitang Xing'er, sambil tersenyum.     

"Terima kasih." Ye Futian merasa senang. Dua kakak perempuannya memperlakukannya dengan sangat baik. Melihat betapa baiknya Kakak Kedua, dia yakin pasti ada suatu kesalahpahaman yang menyebabkan kakak-kakak yang lainnya begitu ketakutan.     

"Tidak masalah. Aku akan ikut membaca," jawab Beitang Xing'er dengan lembut. Ye Futian mengangguk dan mulai menyantap makan malamnya. Lagipula, makan malam ini terbuat dari daging raja iblis dan naga.     

"Tidak perlu terburu-buru dan minumlah sup yang sudah kubawakan. Sup itu terbuat dari seekor raja piton." Beitang Xing'er tertawa melihat tingkah laku Ye Futian.     

"Baiklah." Sambil makan, Ye Futian berkata, "Kakak Xing'er, kau tidak hanya cantik, tetapi hatimu juga indah."     

"Hentikan." Beitang Xing'er tersipu. Bagaimanapun juga, dia berusia lebih muda dari Ye Futian, dan tidak tahan dengan godaannya.     

"Aku serius. Aku tidak tahu siapa yang akan cukup beruntung untuk menikahimu di masa depan. Aku bahkan mulai merasa cemburu," Ye Futian terus berbicara.     

Beitang Xinger semakin tersipu dan berkata, "Baiklah aku akan mengabaikanmu sekarang."     

Setelah itu, dia berlari ke rak buku yang lainnya untuk membaca.     

Ye Futian terkekeh. Dia dengan cepat menyelesaikan makan malamnya dan mulai membaca lagi.     

Dia tidak keluar dari dalam gua selama beberapa hari berikutnya. Setiap hari, Beitang Xing'er akan segera membawakan makanan untuknya, membuat Ye Futian merasa tidak enak pada kakaknya itu. Namun, Beitang Xing'er sepertinya tidak keberatan dan selalu tersenyum dengan polos.     

Tanpa disadari, beberapa bulan telah berlalu. Ye Futian menghabiskan waktu berbulan-bulan di Gua Buku.     

Suatu hari, Ye Futian sedang berlatih seni bela diri di atas tebing yang bernama Ancient Peak Cliff. Tubuhnya berisi kekuatan yang tak terbatas. Dia telah memakan daging naga dan meminum sup ular piton setiap hari dan sudah mengumpulkan banyak kekuatan. Dia ingin mengeluarkan semuanya.     

Ketika dia mempraktekkan teknik-teknik yang diwarisi dari Kaisar Ye Qing, tubuhnya seperti seekor naga. Darahnya bergejolak dan suara raungan terus menerus terdengar.     

Saat ini, dia sedang berlatih teknik meninju. Setiap pukulan seperti mengandung raungan seekor naga. Kekuatannya menembus langit dengan hempasan energi yang luar biasa.     

Setelah beberapa lama, muncul sebuah ledakan besar di tubuhnya. Kekuatan tak berbatas telah keluar, berubah menjadi sebuah konsepsi seni bela diri yang mengerikan.     

Dia telah memasuki Dharma Plane Tingkat Empat.     

Ye Futian berlatih teknik meninju itu lagi dan berjalan ke tepi tebing. Terdapat guqin miliknya disana. Dia menghadap ke arah tebing dan duduk bersila. Tak lama kemudian, mengalir sebuah alunan musik yang anggun.     

Musik itu terdengar tenang dan damai. Alunan musik itu tampak menyatu dengan alam sekitarnya dan berubah menjadi hembusan angin sepoi-sepoi yang bertiup melewati pakaiannya dan rerumputan. Alunan musik juga berubah menjadi sinar matahari, bersinar dan menghangatkan bumi.     

Alih-alih memainkan lagu yang telah dia pelajari, dia justru berimprovisasi sesuai dengan suasana hatinya. Musik yang cocok dengan konsepsi artistik adalah yang terbaik.     

Energi Spiritualnya berdenyut dengan alunan musik dan bergema ke luar, dan semakin menjauh. Dia merasakan hembusan angin sepoi-sepoi, sinar matahari, dan kehangatan yang menenangkan.     

Tanpa disadari, Energi Spiritualnya juga telah menembus batas dan juga tingkat Plane-nya.     

Pada kenyataannya, Ye Futian bisa naik tingkat lebih awal jika dia tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk membaca buku-buku tersebut. Peningkatan yang ia alami hari ini tidak membuatnya terkejut.     

Alunan musik berhenti secara perlahan dan tiba-tiba terdengar suara tertawa. "Aku tidak menyangka bahwa kemampuan adik junior kita dalam sihir musik sangat tinggi."     

Ye Futian mendongak dan melihat dua sosok seperti seorang peri. "Kakak Kedua, Kakak Xing'er, kapan kalian datang?" dia bertanya, sambil berdiri.     

"Aku datang karena tertarik dengan musik yang kau mainkan," ujar Zhuge Hui. "Musik yang kau mainkan hanya terdiri dari nada yang sederhana tetapi mereka sangat cocok dengan konsepsi artistik sehingga mereka menjadi satu kesatuan. Tampaknya Pondok akan menghasilkan seorang grandmaster musik lainnya."     

"Anda terlalu berlebihan," Ye Futian tersenyum dengan malu-malu.     

"Ayo kita pergi," ujar Zhuge Hui.     

Ye Futian mengambil guqinnya dan berjalan mendekati mereka. "Bagaimana kabar dari Yu Sheng?" Dia bertanya.     

"Jangan khawatir, dia sangat berbakat. Kakak ketigamu membantunya berkultivasi," ujar Zhuge Hui.     

Ye Futian mengangguk. Bakat Yu Sheng tidak perlu diragukan lagi.     

Ketika mereka kembali ke rumah Kakak Kedua, mereka melihat Yi Xiaoshi yang berkata, "Kakak Kedua, utusan dari Dinasti Qin datang berkunjung. Apakah anda akan menemui mereka?"     

"Dinasti Qin?" Zhuge Hui mengangkat alisnya dan bertanya, "Apakah mereka mengatakan maksud kunjungan mereka?"     

"Ya." Yi Xiaoshi mengangguk. "Mereka mengumumkan bahwa Dinasti Qin akan segera menganugerahkan gelar putra mahkota dan mengundang semua pasukan untuk hadir. Mereka juga mengundang pihak kampus tetapi mereka juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pondok. Mereka berharap Pondok juga bisa hadir."     

Kedua mata Zhuge Hui berbinar. Dinasti Qin adalah salah satu dari tiga pasukan terhebat di Wilayah Barren Timur. Selain itu, mereka adalah sebuah kerajaan dan memiliki pengaruh di wilayah pusat yang sangat kuat. Perguruan Tinggi Barren Timur memang kuat tetapi mereka berbeda dari sebuah kerajaan.     

Jika Dinasti Qin akan memilih putra mahkota mereka, ini akan menentukan struktur kekuatan Wilayah Barren Timur di masa depan. Peristiwa itu akan menjadi sangat penting. Mereka juga memutuskan untuk mengundang Pondok yang berarti mereka sedang menunjukkan rasa hormat pada Pondok.     

"Siapa yang mau pergi?" Zhuge Hui melirik ke arah yang lainnya.     

"Aku." Kakak Keempat mengangkat tangannya.     

"Kakak, aku akan ikut pergi." Kakak Kelima tidak mau kalah.     

"Aku juga ingin pergi," ujar Yi Xiaoshi dengan suara pelan.     

Ekspresi wajah Ye Futian terlihat aneh sementara Zhuge Hui menyeringai. "Apa ini? Kalian semua ingin melarikan diri dariku?"     

"Tidak, bukan itu yang kami maksud. Hanya saja mereka telah mengundang Pondok tetapi Kakak Kedua dan Kakak Ketiga sudah jelas tidak akan pergi. Karena kita tidak boleh mempermalukan nama baik Pondok, hanya aku yang bisa pergi," ujar Xue Ye tanpa rasa malu.     

"Penjelasanmu masuk akal." Zhuge Hui tersenyum dan mengangguk. "Luo Fan, bawa juga adik junior kita."     

Luo Fan terdiam dan dengan cepat menjadi begitu gembira. "Terima kasih, Kakak Senior."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.