Maharaja Perang Menguasai Langit

Pencapaian



Pencapaian

0

Setengah bulan kemudian, di halaman yang luas di kediaman keluarga Li.

0

Seorang lelaki tua bersandar di kursi lipat dengan mata terpejam nyaman, menikmati sinar matahari menyinari kulitnya.

Di belakangnya berdiri seorang pemuda dengan mata yang cerah, memberinya pijatan.

"Tetua Agung, aku akan memberimu pijatan lagi setengah bulan dari sekarang. Saat itu, luka dalammu akan benar-benar sembuh."

Pemuda itu berkata sambil memijat.

"Nak, jika bukan karenamu, karung tua berisi tulang ini akan menderita tidak tahu entah sampai kapan."

Orang tua itu menghela napas.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, ia hampir gila karena siksaan yang disebabkan oleh luka-luka dalamnya.

Mampu menghilangkan luka-lukanya adalah berita terbaik yang pernah datang padanya.

"Jangan katakan itu, Tetua Agung. Aku hanya melakukan apa yang anda bayarkan padaku."

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ringan.

Memijat orang tua itu dengan seribu perak sekali pijatan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan baginya.

"Aku dengar kau menolak bantuan Sang Ketua."

Orang tua itu tiba-tiba bertanya.

"Ya, aku tidak membutuhkan uang saat ini, dan semua yang aku butuhkan dapat dibeli di pasar. Tidak ada alasan bagiku untuk membuang-buang sumber daya keluarga; sumber daya itu akan lebih baik digunakan pada seseorang yang lebih membutuhkan dariku."

Pemuda itu tersenyum.

"Nak, kau membuatnya terdengar seperti kau sangat baik, tetapi mengapa aku tidak menyadari kalau kau begitu baik? Alasan sebenarnya kau menolak adalah karena kau tidak ingin berhutang kepada keluarga Li, atau harus aku katakan kau tak ingin terikat dengan keluarga Li, kan?

Dengan hanya satu ucapan, lelaki tua itu mengungkap apa yang sebenarnya ada di pikiran pemuda itu.

Pemuda itu tersenyum malu. Seperti yang diperkirakan, kebijaksanaan dan pengalaman datang seiring dengan bertambahnya usia.

Persis seperti yang dikatakan orang tua itu, ia tak ingin terikat dengan keluarga Li. Ia akan pergi cepat atau lambat untuk menjelajahi dunia.

Keluarga Li dan Kota Angin Semilir hanyalah titik awal baginya.

"Hah!"

Pemuda itu berhenti memijat.

Orang tua itu membuka matanya dan menghembuskan mulut penuh dengan udara kotor, lalu ia memberikan setumpuk uang perak kepada pemuda yang dipenuhi keringat itu.

"Tetua Agung, aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa setengah bulan lagi."

Pemuda itu tertawa lepas.

Setelah pemuda itu pergi, lelaki tua itu bergumam dengan dirinya sendiri

"Aku harap kau dapat memberiku kejutan menyenangkan setengah bulan dari sekarang."

Duan Ling Tian langsung kembali ke rumah setelah meninggalkan kediaman Tetua Agung Li Huo.

Ketika memasuki halaman, ia melihat sosok yang lembut dan anggun dengan cepat mengayun dan menyarungkan pedangnya berulang kali, berkali-kali tanpa henti….

Seolah-olah ia tidak menyadari apa arti kelelahan.

Gadis muda itu meneteskan keringat dan menggigit bibir merah mudanya. Matanya yang jernih, yang sejernih air, dipenuhi dengan rasa keteguhan hati!

Duan Ling Tian merasakan sentakan di hati sanubarinya saat ia memperhatikannya.

"Ke Er, pengembangan jurus pedang harus mengikuti kata hati dan tidak berlebihan. Terlalu memaksakan diri hanya akan menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan."

Dengan lembut dia berkata sambil berjalan ke depan dan meraih lengan gadis muda itu.

"Tuan muda, Ke Er ingin menguasai Seni Menghunus Pedang sesegera mungkin, karena hanya dengan demikian Ke er dapat melindungi tuan muda, membantu tuan muda mengalahkan orang jahat, dan menyelamatkan tuan muda dari gangguan orang jahat."

Wajah gadis muda itu memerah dan terengah-engah saat dia dengan tulus mengatakannya.

"Gadis bodoh, pergilah beristirahat."

Hati Duan Ling Tian hangat saat dia dengan lembut menyentuh rambut lurus gadis muda itu.

Gadis muda itu mengangguk. Dia tampak lemah lembut seperti anak kucing.

Teknik Penguasa Perang Sembilan Naga, Wujud Roh Ular!

Malam itu, pemuda itu duduk di dalam bak mandi sementara tubuhnya dengan rakus menyerap Cairan Penempaan Tubuh Tujuh Khasanah….

Ketika ia selesai menyerap cairan obat itu, organ-organ pentingnya menguat dan metamorfosa otot-otot di tubuhnya telah mencapai ambang batas.

Dia keluar dari bak mandi dan mengenakan pakaian.

"Besok pagi aku pasti akan bisa menembus ke tingkat keempat tahap Penempaan Tubuh …. Tetapi, jika aku ingin membunuh Fang Qiang dengan pasti dua setengah bulan dari sekarang, sekurang-kurangnya aku harus mencapai ke tingkat ketujuh. Semakin tinggi tingkatnya semakin sulit mengembangkan kemampuan, jadi aku pasti tidak akan dapat mencapai tingkat ketujuh tahap Penempaan Tubuh dalam dua setengah bulan hanya dengan mengandalkan Cairan Penempaan Tubuh Tujuh Khasanah. Mungkin sudah saatnya aku mencari beberapa bahan dari pasar."

Mata pemuda itu berkedip saat ia bergumam pada dirinya sendiri.

Pada pagi hari berikutnya, ketika matahari belum terbit, pemuda itu bangun dan menuangkan sebagian dari Cairan Penempaan Tubuh Tujuh Khasanah ke dalam bak mandi sebelum memulai meditasi.

Setelah semalam beristirahat, khasiat obat yang menyatu ke dalam tubuhnya selama mandi obat tadi malam akhirnya terserap sepenuhnya olehnya.

Saat sedang mengalirkan Wujud Roh Ular dari Teknik Penguasa Perang Sembilan Naga, pemuda itu duduk di dalam bak mandi dengan mata tertutup, tubuhnya dengan rakus menyerap cairan obat itu.

Setelah sekian lama.

Ketika fajar tiba, sinar matahari pagi menyinari bumi, menembus tirai dan dengan lembut menyinari pemuda itu. Pemuda itu perlahan membuka matanya.

Percikan

Pemuda itu berdiri dan dengan santai meregangkan tubuhnya. Tulang-tulangnya mengeluarkan suara yang jelas dan merdu karena bergesekan ….

Tiba-tiba senyum tersungging di wajah pemuda itu.

"Aku akhirnya berhasil menembusnya."

Ia mengangkat telapak tangannya ke atas dan perlahan mengepalkannya.

Merasakan kekuatan yang meledak-ledak di dalam tubuhnya, senyum di wajah pemuda itu menjadi semakin lebar.

"Persis seperti yang ku harapkan; sementara ahli bela diri Penempaan Tubuh tingkat keempat biasa hanya mencapai dua ratus pon kekuatan, aku mencapai tiga ratus pon penuh!

Teknik Penguasa Perang Sembilan Naga memang berbeda dari teknik kekuatan lainnya.

Setelah mengenakan pakaiannya, pemuda itu mendorong pintu, berjalan ke luar, dan menikmati sinar matahari.

Wusss! Trang! Wusss! Trang! Wusss! Trang!

...

Suara pedang yang bening dan merdu yang ditarik dan disarungkan terdengar di telinganya.

Baru pada saat itulah Duan Ling Tian menyadari kalau Ke Er dengan sungguh-sungguh mendalami Seni Menghunus Pedang-nya sejak pagi-pagi sekali.

Gadis muda itu memilih untuk berlatih jauh di sudut halaman sehingga dia tidak mengganggu Duan Ling Tian dan mimpi indah ibunya.

Jika ia tidak berjalan keluar dari kamarnya, ia pasti tidak akan bisa mendengar suara-suara itu.

Duan Ling Tian menghela napas saat dia mengerti bahwa Ke Er mengalami masa sulit untuk melupakan saat dirinya terluka beberapa hari yang lalu.

Ia telah berlatih mati-matian dalam beberapa hari belakangan ini. Tidak hanya perkembangannya meningkat ke tingkat ketiga tahap Penempaan Tubuh. Tapi ia juga menjadi mahir dalam dasar-dasar Seni Menghunus Pedang.

Dapat dikatakan kalau semua yang dilakukan Ke Er adalah untuknya… untuk melindunginya.

"Ke Er, berhenti berlatih sekarang dan temani aku ke pasar."

Duan Ling Tian tersenyum ringan saat dia berjalan mendekat.

"Tuan muda, aku akan menyiapkan sarapan."

Gadis muda itu menyingkirkan pedangnya. Tampak tinggi dan anggun, pipinya, yang tanpa riasan, sedikit memerah.

"Tidak apa-apa, mari kita makan di luar."

"Kalau begitu aku akan siapkan untuk Nyonya…."

"Jangan khawatir; ibuku bisa membuat sarapan sendiri, ayo pergi."

Duan Ling Tian meraih tangan gadis muda itu. Di jalan keluar, ia tidak lupa melongok ke arah kamar ibunya untuk memanggil.

"Ibu, aku mengajak Ke Er keluar. Ibu bisa siapkan sarapan ibu sendiri."

Setelah itu Duan Ling Tian dan Ke Er pergi.

"Apakah ini bisa dianggap melupakan ibu setelah mendapatkan istri?"

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan sudut mulutnya menyunggingkan senyum.

"Bos, Bos, tunggu aku….tunggu aku!"

Ketika pasangan itu berjalan keluar dari kediaman keluarga Li, suara dengan napas berat terdengar memanggil dari belakang mereka.

Si gendut kecil dengan lemak bergoyangan di tubuhnya berhenti di depan mereka, menghalangi jalan mereka saat dia membungkuk terengah-engah.

"Kau memanggilku?"

Duan Ling Tian berbalik dan melihat ke belakang dirinya tetapi tidak tampak orang lain lagi.

Si gendut kecil terlihat sedikit familiar, tetapi Duang Ling Tiana tidak dapat mengingat siapa dia. Mungkinkah dia seorang anak buah Duan Ling Tian yang dulu?

Tetapi Duan Ling Tian yang dulu itu sakit-sakitan, apakah ada orang yang benar-benar mau menjadi anak buahnya?

"Bos, tentu saja. Kau adalah idolaku."

Si gendut kecil mengangguk seperti anak ayam mematuk biji-bijian. Lemak di wajahnya bergoyang.

"Aku tidak mengenalmu."

Sambil mengerutkan keningnya, Duan Ling Tian menggandeng tangan gadis itu dan terus melangkah.

"Bos, salahku dulu menarik celanamu saat kita masih kecil, tetapi kau perlu marah, kan? Waktu kau melumpuhkan Li Jie, itu benar-benar membantuku melampiaskan kemarahan, dan juga Bos, kau melumpuhkannya dan tidak terjadi apa-apa padamu. Kau sangat luar biasa!"

Si gendut kecil dengan girang mengikuti, mulutnya tidak berhenti.

Menarik celanaku?

Mendengar apa yang dikatakan si gendut kecil, sebuah gambaran samar muncul di kepala Duan Ling Tian.

Itu adalah salah satu kenangan dari Duan Ling Tian yang dulu.

Dalam kenangan itu, sekelompok anak-anak berusia lima atau enam tahun sedang bermain….

Tiba-tiba, si gendut kecil menyelinaap di belakangnya dan menurunkan celananya, menyebabkan semua anak mulai tertawa, lalu ia menangis sedih.

"Kau Li Xuan?"

Duan Ling Tian akhirnya ingat.

Si gendut ini adalah putra satu-satunya Tetua Kelima Li Ting. Ia telah pergi dari Kota Angin Semilir bersama kakeknya saat dia kanak-kanak tetapi tiba-tiba kembali.

"Bos, akhirnya kau mengingatku."

Mata kecil si gendut bersinar terang.

"Kapan kau kembali? Terus kenapa kau memanggilku Bos?"

Tanya Duan Ling Tian.

Dalam ingatannya, Duan Ling Tian yang dulu tidak sering berhubungan dengan si gendut, apalagi menjadikannya anak buah.

"Aku sudah kembali selama dua bulan. Karena kau membantu ku memberi Li Jie pelajaran dan karena kau begitu tangguh, aku memutuskan untuk menjadikanmu bosku, Bos, mulai sekarang aku adalah salah satu dari anak buahmu, jadi kau harus mengurusku dengan baik!"

Si gendut kecil tertawa, mengedipkan mata kecilnya.

Setelah mendengar penjelasan si gendut kecil, Duan Ling Tian mengetahui bahwa saat ia kembali, si gendut kecil itu berselisih dengan adik Li Jie, Li Xin. Tetapi karena Li Xin bukanlah tandingannya, dia membawa kakaknya, Li Jie, untuk memukulinya.

"Aku melumpuhkan Li Jie karena alasanku sendiri; aku tak berusaha membantumu …. Selain itu kau bukan salah satu dari anak buahku, dan aku tak ada niat untuk menjadi bosmu, jadi berhentilah menggangguku!"

Duan Ling Tian berkata acuh tak acuh dengan suara dingin. Dia memegang tangan gadis muda itu dan berjalan pergi tanpa menoleh.

Dijual oleh saudara laki-lakinya di kehidupan sebelumnya memberinya pelajaran penting: ia tak akan pernah mangambil saudara laki-laki lain tanpa alasan yang tepat, karena ia tidak ingin menyimpan bom waktu di sisinya.

Pencuri dari dalam sulit untuk dijaga!

Si gendut kecil tidak menyangka Duan Ling Tian akan berubah memusuhinya tiba-tiba, jadi ia tertegun di tempat dan menyaksikan pasangan itu berlahan bergerak semakin jauh.

Di balik wajah montoknya tampak sepasang mata yang penuh kesedihan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.