Maharaja Perang Menguasai Langit

Kepergian Li Qing



Kepergian Li Qing

0

Duan Ling Tian baru saja keluar dari rumah makan itu ketika percakapan dua orang pemuda terdengar olehnya.

0

"Hah, aku tidak menyangka Wang Zhen tidak akan dapat bertahan."

"Ya, bahkan Sang Ketua tidak tau mengapa lukanya tiba-tiba memburuk.."

"Dia sudah meninggal sekarang, dan artinya Wang Guang dan teman-temannya yang lain dapat dianggap telah mati sia-sia. Meskipun kita tahu itu bahwa seseorang dari Klan Li Kota Aurora yang melakukannya, kita tidak tahu siapa sebenarnya dia itu."

"Huh! Orang dari Klan Li itu sungguh beruntung."

...

Duan Ling Tian mulai tertawa.

Beruntung?

Bagaimanapun, pergerakan Bayangan Kematian sangat cepat.

Ia tidak bisa menahan kekagumannya pada metode Bayangan Kematian.

Menurut apa yang ia dengar dari percakapan dua orang murid Klan Wang, sangat jelas bahkan Sang Ketua Klan Wang tidak menyadari kalau Wang Zhen telah dibunuh; ia percaya itu karena lukanya kambuh.

Duan Ling Tian membeli kuda dan memacunya ke arah gerbang kota.

Di gerbang kota Kota Kemenangan, ada tiga kelompok orang yang bergabung bersama untuk memeriksa orang-orang yang meninggalkan kota, dan dari lambang pada pakaian orang-orang itu, ia bisa melihat bahwa mereka anggota dari klan besar Kota Kemenangan.

Klan Zhong, Klan Wang, dan Klan Liu.

Duan Ling Tian melihat gadis muda itu sekali lagi.

Gadis muda itu membantu memeriksa orang-orang di antrian yang akan meninggalkan kota.

Setelah beberapa saat kemudian, giliran Duan Ling Tian.

Lelaki paruh baya di samping gadis muda itu menatap Duan Ling Tian lalu bertanya, "Nona Muda, apakah dia?"

Nona Muda?

Duan Ling Tian terpana.

Pakaian lelaki paruh baya itu menunjukkan lambang Klan Liu di dadanya, jadi jelas ia anggota Klan Liu Kota Kemenangan.

Dengan kata lain, gadis muda yang mengayunkan pecut kuda ke arahnya waktu itu adalah puteri Sang ketua Klan Liu.?

Kalau seperti ini, segalanya tampak mudah dijelaskan.

Sebelumnya, Duan Ling Tian merasa aneh putera Gubernur Provinsi yang bermartabat akan datang ke kota kecil seperti Kota Kemenangan.

Dibandingkan Provinsi Gunung Layang, Kota Kemenangan hanyalah sebuah kota kecil di yang terpencil.

Jadi semua gara-gara gadis ini.

"Bukan dia."

Tatapan Liu Ru memeriksa Duan Ling Tian untuk sesaat lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Maju!"

Lelaki paruh baya itu memandang Duan Ling Tian dingin dan tak perduli

Duan Ling Tian tidak tersinggung. Saat ia memacu kudanya keluar dari kota itu, meninggalkan Kota Kemenangan, wajahnya menyunggingkan senyum.

Meskipun ia mengalami kejadian tak terduga yang muncul entah dari mana, urusannya masih bisa dianggap telah selesai dengan memuaskan.

Perjalanan kembalinya berjalan cukup lancar, jadi ia tiba di Kota Aurora sebelum senja.

Meskipun ia hanya pergi selama beberapa hari, Duan Ling Tian ingin sekali kembali ke rumah, memeluk Ke Er, dan memutarnya dalam gendongan

Duan Ling Tian menurunkan gadis itu yang wajahnya merona dan berkata dengan suara lembut sambil tersenyum, "Ke Er, aku sangat merindukanmu."

"Mendapatkan istri dan melupakan ibu…"

Tanpa sadar, Li Rou juga keluar dari kamarnya. Ia menggelengkan kepalanya dan menghela napas.

Duan Ling Tian sedikit malu saat ia buru-buru memegang tangan Li Rou dan mencoba untuk menebusnya dengan mengatakan, "Ibu, aku sangat merindukanmu juga."

"Cukup, berhenti bersikap cengeng. Kau mungkin belum makan yang layak selama perjalanan. Ibu akan menyiapkan makanan untukmu."

Li Rou menggelengkan kepala lalu memasuki dapur.

"Nyonya, aku akan membantumu!"

Ke Er ingin masuk ke dapur juga.

Tapi ia dicegah oleh Duan Ling Tian. "Ke Er, apakah kau tidak merindukanku?"

Ke Er menganggukkan kepalanya seperti anak ayam yang sedang mematuk biji-bijian di tanah. "Tentu aku merindukanmu, tapi Kakak Fei Fei merindukan Tuan Muda juga, Tuan Muda pergilah temui dia, dan saat Tuan Muda kembali, aku dan Nyonya telah selesai menyiapkan makanan."

"Gadis bodoh."

Hati Duan Ling Tian terasa hangat saat menarik gadis muda itu ke pelukannya.

Ke Er selalu seperti ini, selalu menempatkannya di atas segalanya.

Ketika Duan Ling Tian tiba di rumah Li Fei, ia berkata, "Kau benar-benar tahu caranya untuk kembali?"

Saat Li Fei melihat Duan Ling Tian, ia langsung melotot padanya.

"Kau tidak ingin aku kembali? Baiklah aku akan pergi."

Duan Ling Tian bingung sejenak sebelum berbalik dan berjalan pergi dengan senyum dikulum di sudut mulutnya.

"Kau tidak boleh pergi!"

Li Fei dengan cepat berjalan ke depan dan mencegah Duan Ling Tian pergi.

Tanpa diduga, pada saat ia menghalangi Duan Ling Tian, ia sepertinya bisa melihat masa depan, karena ia membuka lebar tangannya dan menariknya ke pelukannya.

Tubuh halus Li Fei bergetar.

Mulut Duan Ling Tian merapat ke daun telinganya; ia menciumnya dan berkata pelan, "Aku merindukanmu."

Tubuh gadis muda itu seperti tersambar petir, dan tubuhnya menjadi kaku.

"Uhuk uhuk …"

Tepat saat itu, suara batuk terdengar di belakangnya, membuat wajah Duan Ling Tian membeku.

Ia bahkan merasa lelaki tua itu melakukannya dengan sengaja!

"Kakek."

Wajah Li Fei merona karena malu, dan ia terus menundukkan kepala, tidak berani menatap lelaki tua itu.

"Kakek."

Duan Ling Tian berbalik dan tersenyum licik saat memberi salam pada lelaki tua itu.

Mata Li De menyipit, lalu tersenyum ringan dan bertanya, "Ling Tian, aku dengar kau pergi untuk beberapa hari. Ke mana kau pergi?"

"Aku tidak pergi ke mana-mana. Aku hanya berkeliling sekitar Hutan Halimun. Aku ingin tahu apakah aku bisa menemukan Buah Jiwa yang dapat menambah kekuatan ragaku lagi."

Duan Ling Tian mengarang alasan.

"Kau kira jenis Buah Jiwa seperti itu jatuh dari langit?"

Li De tak dapat berkata-kata.

Ia telah mendengar cerita Duan Ling Tian memakan Buah Jiwa yang membuat raganya mengalami perubahan, mendapatkan tambahan kekuatan dua mamut kuno.

Tapi sejauh yang ia ketahui, jenis Buah Jiwa ini adalah hal-hal yang datang bersama keberuntungan dan bukan karena berniat mencarinya.

"Kakek, Buah Jiwa yang kudapat itu memang jatuh dari langit; bahkan membuat benjol kepalaku…"

Duan Ling Tian terus berbicara omong kosong.

Wajah Li De membeku dan sedikit malu. "Itu kebetulan… benar-benar sebuah kebetulan."

Dengan cepat Li De mengganti pembicaraan. "Ling Tian, aku telah melihat Pedang Arwah yang kau tempa untuk Ke Er. Benar-benar lumayan; melampaui Senjata Roh Tingkat Sembilan biasa… tapi masih cukup jauh dari Senjata Roh Tingkat Delapan. Apakah kau butuh Kakek untuk membantumu menaikkan tingkat Pedang Arwah itu menjadi Senjata Roh Tingkat Delapan?"

"Kakek, kau pasti tidak hanya ingin membantuku menaikkan tingkat Senjata Roh, kan?"

Duan Ling Tian mengetahui niat Li De, jadi ia menggodanya sedikit.

Wajah Li De memerah.

"Brengsek! Kakek ingin meminta beberapa Meteorit Ungu jadi ia bisa membantuku menaikkan tingkat Senjata Arwahku ke tingkat delapan juga…"

Li Fei melotot pada Duan Ling Tian.

"Aku hanya bercanda. Karena kakek menginginkannya, tentu saja aku akan memberikan kepadanya. Kakek, aku akan mengambil pedang ibuku dan Ke Er untukmu sekarang."

Duan Ling Tian dengan cepat pulang ke rumah, mengambil tiga Pedang Lentur Meteorit Ungu, dan memberikannya kepada lelaki tua itu.

"Luar biasa, sangat luar biasa!"

Lelaki tua itu melihat ketiga pedang lentur dan sedikit kagum. "Ling Tian, dari mana kau mendapatkan Meteorit Ungu ini?"

"Ketika aku masih di Kota Angin Semilir, aku membelinya dari sebuah toko senjata… Kalau tidak salah aku menghabiskan sekitar 200 perak."

200 perak?

Sudut-sudut mulut lelaki tua itu berkedut, dan ia hanya bisa menyebutkan dua kata setelah beberapa saat. "Kau sungguh beruntung!"

Lelaki tua itu sangat bergembira seolah-olah permata jatuh ke tangannya saat ia membawa tiga pedang itu kembali ke kamarnya dan ia mulai sibuk.

Duan Ling Tian menyelinap menggoda Li Fei sekali lagi dan menariknya kepelukannya. "Fei Kecil, apakah kau merindukanku selama beberapa hari ini?"

"Aku tidak merindukanmu."

LI Fei tersipu.

"Benarkah, kau tidak merindukanku?"

Tangan Duan Ling Tian yang nakal bergerak di sekitar tubuh Li Fei yang gemulai dan lembut.

"Hentikan!"

"Kalau begitu katakan yang sebenarnya, apakah kau merindukanku atau tidak."

"Ya…"

"Aku tidak mendengarmu dengan jelas."

"Iya! Sudah jelas, kan? Bajingan tengik!"

"Hehe, maka aku akan menjadi bajingan untukmu… Serigala cabul datang!"

"Ah! Tidak."

...

Baik Duan Ling Tian maupun Li Fei, keduanya tak menyadari.

Pada saat itu, di luar halaman, seorang pemuda berpakaian putih yang telah lama berdiri di sana berjalan dengan langkah lebar.

"Duan Ling Tian, bahkan jika klan tidak menghukummu, aku akan membunuhmu cepat atau lambat… tunggu saja kau."

Mata Li Qing merah padam, dipenuhi kebencian dan iri hati.

Hatinya hampir hancur.

"Oh, bukankah itu Li Qing?"

Tiba-tiba, dua orang pemuda mendekat. Pemuda yang berpakaian abu-abu berada di depan, matanya ramah saat melihat ke arah Li Qing.

Wajah Li Qing berubah muram saat berteriak dengan suara rendah, "Li An, kau lebih baik pergi. Jangan memprovokasiku!"

"Li Qing, apa kau benar-benar berpikir kau masih menjadi dirimu seperti sebelumnya? Saat ini kau hanya sampah bagiku."

Li An menyeringai saat ia berkata dengan menghina, "Sekarang, dalam generasi muda Klan Li, hanya Duan Ling Tian yang dapat menjadi lawanku… Kau tidak layak!"

"Kau cari mati!"

Raut wajah Li Qing sangat ganas saat tubuhnya bergerak, menyerang ke arah Li An.

Kecipak Naga!

Jemari Kelam!

Li Qing menyerang dengan jarinya dan melesat ke arah Li An, meledak sepenuhnya dengan kekuatan tiga ekor mamut kuno!

"Huh! Bukan hanya kau yang berada di tingkat dua Tahap Pembentukan Inti."

Li An menyeringai saat mengambil langkah maju. Di atasnya ada tiga bayangan mamut kuno muncul.

Dhuar!

Li An langsung bergerak untuk menghalau serangan jari Li Qing dengan satu pukulan.

Kekuatan pukulannya tidak berkurang saat memukul tubuh Li Qing dan menghempas Li Qing jauh.

"Li Qing, jika Jemari Kelammu tidak cacat, bahkan jika kau menerobos tingkat tiga dari Tahap Pembentukan Inti, akan tetap mustahil untukku menjadi tandinganmu… Sayangnya, sampah adalah sampah, jadi jangan pernah berpikir akan bisa bangkit selama sisa hidupmu."

Li An tiba di samping Li Qing dan tertawa dingin.

Wajah Li Qing menjadi hijau. Ia sangat murka sampai-sampai meludahkan darah dan matanya memancarkan kebencian yang teramat sangat…

LI An! Duan Ling Tian!

Ia tidak akan membiarkan satu pun dari mereka pergi.

"Ingat, kakekmu telah meninggal, dan kau tidak memiliki siapapun untuk diandalkan di Klan Li. Lain kali, jangan sombong padaku, kalau tidak aku akan memukulimu setiap kali aku melihatmu.

Li An mengancamnya sebelum pergi.

Li Qing berjuang untuk berdiri, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum membuat keputusan.

Kembali ke rumah, ia mengemasi tasnya, membawa warisan kakeknya, dan meninggalkan Klan Li.

Ia pergi membawa kebencian.

Ketika Duan Ling Tian mendengar Li Qing meninggalkan Klan Li, bahkan ia menjadi sedikit terkejut.

Meskipun ia tidak memiliki kesan yang baik terhadap Li Qing, ia tidak dapat menyangkal jika tindakan Li Qing membuatnya merasa hormat. Melepaskan perlindungan Klan Li dan mengembara di dunia luar bukanlah sesuatu yang berani dilakukan oleh siapa pun…

Ketika seseorang melakukannya, itu berarti semuanya akan dimulai dari awal.

Ia tidak akan mengandalkan siapapun, dan semuanya hanya bisa dilakukan oleh dirinya sendiri.

Ia tidak tahu, ke mana Li Qing akan pergi, yang secara kebetulan adalah, Kota Kemenangan.

Begitu saja…

"Lima hari yang lalu, lengan putera Gubernur daerah Provinsi Gunung Layang ditebas oleh seseorang di luar Kota Kemenangan? Pemuda berpakaian ungu? Dengan keterampilan berpedang? Enam belas tahun?"

"Duan Ling Tian kebetulan tidak berada di Klan Li saat itu. Aku yakin di atas 90% kemungkinannya adalah dia!"

Setelah meninggalkan Klan Li, Li Qing menunggang kuda tanpa arah, dan secara kebetulan tiba di Kota Kemenagan, dan dengan demikian ia mendengar berita terbaru yang berkecamuk di Kota Kemenangan.

"Mungkin ini adalah kesempatan bagiku."

Mat Li Qing berbinar.

Setelah beberapa saat, Li Qing tiba di Kediaman Klan Liu.

"Aku tahu siapa yang menebas lengan putera Gubernur."

Sebuah kalimat membuat Li Qing bisa masuk ke kediaman Klan Liu tanpa halangan. Dengan lancar ia bertemu dengan orang yang ingin ditemuinya.

Di ruang pertemuan yang luas, seorang pemuda dengan pakaian bagus duduk di kursi tinggi dengan wajah sedikit pucat.

Di samping pemuda berpakaian bagus itu berdiri seorang gadis dan seorang lelaki tua.

"Kau mengetahui siapa yang melukai Tuan Mudaku?"

Tatapan lelaki tua itu menyapu seperti listrik saat sikapnya yang mengesankan sesosok Tokoh Digdaya Tahap Kelahiran Jiwa Baru, menekan tubuh Li Qing.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.