Maharaja Perang Menguasai Langit

Sepupu Duan Ling Xing?



Sepupu Duan Ling Xing?

0

Duan Ling Tian mengetahui perbedaan Pusat Kota dan pinggiran Kota dari petugas itu Dibandingkan dengan pinggiran Kota, harga tanah di Pusat Kota sangat mahal.

0

"Tuan Muda, apakah kita akan ke Pusat Kota?" Ke Er memandang Duan Ling Tian.

Duan Ling Tian tersenyum dan berkata. "Tidak perlu terburu-buru, masih ada waktu sebelum senja. Mari kita makan dan kembali ke penginapan terlebih dahulu."

Ke Er mengangguk dengan patuh.

Saat meninggalkan restoran, Duan Ling Tian memutuskan saat senja nanti, mereka akan ke Pusat Kota dan mencari penginapan untuk tinggal, setelah itu ia akan membeli sebuah rumah untuk keluarganya di Kota Kerajaan. Ia akan menghabiskan beberapa tahun ke depan di Akademi Paladin.

Dalam perjalanan kembali ke penginapan, Duan Ling Tian berpikir dalam hati, "Sepertinya aku harus bekerja keras untuk mendapatkan uang."

Meskipun saat ini ia memiliki 10.000.000 perak, jumlah uang ini tidak banyak, karena akan habis hanya untuk membeli rumah besar di Pusat Kota yang harganya sangat mahal.

Di Provinsi Gunung Layang, Kota Provinsi, Kediaman Klan Yu.

Di dalam ruang pertemuan, seorang murid Klan Yu, yang kelelahan karena perjalanan, melapor pada Sang Ketua Klan Yu, Yu Dian, "Sang Ketua, Tetua Agung, Tetua Kedua, dan Tuan Muda Yu Xiang, mungkin telah menemui musibah"

"Mungkin?" Wajah Yu Dian menjadi muram. Dengan suara menusuk dan dingin, ia berkata, "Ini hasil penyelidikanmu?"

Murid Klan Yu itu menarik napas dalam-dalam lalu berkata perlahan, "Sang Ketua, selama penyelidikan, aku tidak menemukan jejak keberadaan Tetua Agung… Lalu, aku melanjutkan penyelidikan sampai ke Kota Kerajaan, Aku mendengar bahwa seseorang menggunakan tiga Kuda Ferghana untuk menarik kereta mereka, dan di kereta itu ada lambang Klan Li. "

"Lambang Klan Li?" Hmmf! Itu mungkin kereta si Brengsek itu! Sepertinya aku telah meremehkannya!" Mata Yu Dian menjadi dingin, lalu ia berteriak, "Kau, panggil tiga Tetua Tertinggi datang kemari!"

"Baik." Murid Klan Yu itu pergi setelah menerima perintah. Ia menghela nafas lega setelah keluar dari ruang pertemuan, ketika Sang Tetua mengamuk tadi, ia hampir tidak bisa bernafas.

"Adik kedua, Li.., Jangan khawatir, meski Duan Ling Tian telah pergi ke Kota Kerajaan, Aku akan tetap melumuri darahnya pada pedangku untuk menghibur rohmu di surga!" Saat ini, amarah Sang Ketua Klan Yu tak tertahankan, karena ia yakin bahwa ketiga orang yang belum melakukan kontak selama hampir setengah tahun ini kemungkinan besar telah mati.

Di pinggiran Kota Kerajaan, di sebuah penginapan yang sangat tenang di tengah kota yang ramai.

Dor! Dor! Dor! Dor!

Suara barang terlempar bergema dari kamar terbaik di penginapan itu. Jelas bahwa tamu di dalam kamar itu sedang melampiaskan kemarahan.

Di kamar itu, ada seorang gadis berbaju merah yang sepertinya sudah gila, dan hampir semua yang ada di ruangan itu dilempar olehnya!

Gadis berbaju merah itu menjatuhkan dirinya ke tempat tidur setelah merasa kelelahan, dan berkata, dengan mata merah yang membuatnya tampak seperti seorang Iblis betina yang baru saja berjalan keluar dari neraka, "Ketika aku, Tong Li, mendapat penghinaan seperti itu di dalam hidupku, aku tidak akan beristirahat sampai dia mati! "

Seorang wanita tua berdiri di sampingnya tanpa mengeluarkan suara, karena ia tahu bahwa saat Nona Muda marah, jangankan dia, bahkan Gubernur Provinsi pun tidak berdaya.

"Nenek Wang, Pusat Kota akan segera dibuka. Ayo kita pergi! Aku ingin pergi mencari sepupuku!" Tong Li berdiri dan melangkah dengan marah.

"Baik." Wanita tua itu dengan hormat mengikuti di belakang.

Klontang! Klontang!

Saat senja, dengan dibukanya gerbang Pusat Kota, arus orang-orang yang telah menunggu di jembatan batu dan orang-orang yang sedang menunggu untuk keluar dari Pusat Kota, saling berselisihan.

Ketika sebuah kereta melewati jembatan batu itu, meskipun aliran orang-orang bergerak masuk dan keluar, mereka masih memberi jalan bagi masuknya kereta itu. Semua orang memandangi kereta itu dengan tatapan hormat saat ia melintas, karena kereta itu ditarik oleh tiga Kuda Ferghana. Mereka pasti berpikir kereta itu dimiliki oleh seseorang yang kaya atau bangsawan, bukan seseorang yang mudah diinjak-injak.

"Ini Pusat Kota? Sungguh ramai." Di dalam kereta itu, Ke Er tak tahan untuk berseru dan memandang ke luar.

"Ketika aku melihat begitu banyak orang di jembatan batu tadi, ku pikir kita mungkin perlu antri cukup lama sebelum bisa masuk. Aku tidak pernah membayangkan ternyata akan berjalan begitu lancar." Wajah malaikat Li Fei penuh dengan senyum, dan tubuhnya dengan malas bersandar di samping jendela kereta.

"Tentu saja! Jangan meremehkan kekuatan dari ketiga Kuda Ferghana ini," kata Duan Ling Tian sambil tersenyum.

Bahkan ke-18 Kediaman Gubernur Provinsi di Kerajaan Langit Merah mungkin tidak ada yang menggunakan tiga ekor Kuda Ferghana untuk menarik kereta. Bukan karena mereka tidak mampu membeli Kuda-Kuda Ferghana itu, tetapi mereka tidak akan menyalahgunakannya sesembarangan itu!

Seekor Kuda Ferghana bernilai 10.000 emas, jadi sangat sedikit orang yang mau menggunakannya sebagai alat untuk menarik kereta.

Sementara kereta Duan Ling Tian dengan lancar memasuki pusat kota dan mulai mencari penginapan untuk menginap. Di gerbang pinggiran Kota, sebuah kereta yang serupa ditarik oleh tiga ekor kuda berjalan melewati jembatan batu, tetapi hanya bisa bergerak perlahan dengan kecepatan seperti semut.

"Ini terlalu lambat!" Di dalam sebuah kereta, ada gadis berbaju merah dengan penampilan yang mengesalkan.

Gadis berbaju merah itu mengangkat tirai kereta dan menggeram pada pengemudi keretanya, "Hei, cepatlah!"

"Nona Muda, aku tak berdaya. Kereta tidak bisa bergerak sama sekali karena ada begitu banyak orang berada dalam antrian." Pengemudi kereta itu merasa bersalah.

"Hmph!" Gadis berbaju merah itu menggerutu lalu berjalan keluar dari kereta dan memandangi arus orang-orang di sekitarnya.

Rakyat jelata ini benar-benar berani menghalangi jalan Nona Muda ini!

Wuus!

Gadis berbaju merah itu mengangkat tangannya dan mengayunkan cambuk hitam itu ke udara, membuat sebuah suara keras bergema. Namun, suara itu tertutupi oleh suara bising yang berasal dari sekitarnya, dan hampir tidak ada yang mendengarnya.

"Dasar rakyat jelata, enyahlah!" Gadis berbaju merah itu mengayunkan cambuknya sambil berteriak dengan marah.

Suaranya masuk ke telinga orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya, dan orang-orang ini menunjukkan ekspresi jijik ketika dengan dingin melihat kuda-kuda biasa yang menarik kereta itu, lalu mereka mengejeknya sesuka hati.

"Apakah dia pikir keretanya ditarik oleh kuda Ferghana?'

"Ya dia mengendarai kereta yang lebih buruk tapi apa dia pikir dia sosok yang hebat?"

"Jika kau memiliki kemampuan, maka pakailah tiga ekor Kuda Ferghana untuk menarik keretamu seperti kereta di depan, maka kau bahkan tidak perlu mengatakan sepatah kata pun dan kami akan secara otomatis membuka jalan untukmu."

"Kakak, bagaimana kau bisa berbicara seperti itu? Apakah kau pikir seseorang bisa dengan mudah menggunakan tiga ekor kuda Ferghana untuk menarik kereta mereka?"

"Ya, itu benar juga."

...

Gelombang suara ejekan memasuki telinga gadis berbaju merah itu, membuat ekspresinya menjadi semakin suram.

Wuuus!

Cambuk hitam di tangannya mengayun kencang, dan ia berniat mencambuk orang-orang yang mengejeknya ...

"Nona Muda!" Wanita tua itu berjalan keluar dari gerbong dan meraih tangan gadis berbaju merah itu.

"Nenek Wang, apa yang kau lakukan? Aku akan memberi pelajaran pada sekelompok orang rendahan itu!" ucap gadis itu.

"Nona Muda, jika kau melukai orang di depan begitu banyak orang, kau pasti akan menjadi sasaran kritik. Saat ini, Yang Mulia Kaisar semakin tua, dan ini adalah waktu untuk pergantian jabatan Kaisar.

Apa kau ingin membuat masalah dengan melukai orang lain, lalu hal ini digunakan sebagai keuntungan bagi Pangeran lain untuk menghadang Pangeran Kelima? Wanita tua itu tertawa getir ketika memperingatkan gadis itu.

Gadis berbaju merah itu menarik napas dalam-dalam lalu kembali ke kereta. Dan berkata, dengan ekspresi muram, "Nona Muda ini marah karena orang rendahan itu benar-benar berani berbicara seperti itu dengan Nona Muda ini ... Jika Nona Muda ini tahu siapa yang menggunakan tiga ekor Kuda Ferghana untuk menarik kereta mereka dan menyombongkan diri, dan telah membuat Nona Muda ini mendapat ejekan, Nona Muda ini pasti tidak akan membiarkannya pergi begitu saja! "

Gadis berbaju merah itu adalah Tong Li, Putri Gubernur Provinsi Langit Cerah. Namun, bagaimana ekspresi Tong Li jika ia tahu bahwa pemilik kereta yang ditarik oleh tiga ekor Kuda Ferghana itu adalah pemuda yang telah menamparnya di sebuah restoran belum lama ini.

Di Pusat Kota, di penginapan yang tenang dan damai.

"Kalian berdua, tolong temani ibuku. Aku akan pergi dengan Xiong Quan untuk menyelesaikan beberapa urusan," kata Duan Ling Tian kepada Ke Er dan Li Fei sebelum pergi dengan Xiong Quan.

Di pusat Kota Kerajaan ada usaha yang khusus berjualan rumah besar, dan usaha ini berada langsung dibawah kendali Keluarga Kerajaan Langit Merah.

Saat ini, Duan Ling Tian dan Xiong Quan berjalan ke sebuah toko yang luas.

"Pelanggan, boleh aku tahu jenis rumah besar apa yang Anda cari?" Di antara pelayan wanita yang berdiri di pintu, yang paling cantik di antara mereka dengan hormat menyambut Duan Ling Tian di lobi, mereka telah memperhatikan bahwa pemuda berpakaian ungu ini adalah pemimpin di antara keduanya.

Ruang lobinya sangat sederhana. Selain meja, hanya ada model yang ditempatkan di lobi. Model-model ini semua adalah model rumah besar, dan masing-masing ditempatkan secara terpisah.

"Aku tidak menyangka bahwa di dunia ini akan ada model arsitektur yang mirip dengan di Bumi di kehidupanku sebelumnya." Duan Ling Tian menjadi linglung sejenak dan merasa familiar.

"Pelanggan, ini adalah rumah besar yang belum dijual. Silakan lihat dan pilih mana yang anda suka." Pelayan wanita itu menunjuk ke arah deretan model rumah besar dan menjelaskannya dengan senyum tipis.

"Baik." Duan Ling Tian mengangguk.

Ketika Duan Ling Tian sedang memperhatikan dengan hati-hati rumah – rumah itu, seorang pemuda berusia sekitar 19 tahun berjalan masuk ke toko ditemani oleh seorang pria tua.

Pria muda itu terlihat sombong, jelas dia seorang anak dari keluarga kaya.

"Tuan, apakah Anda ingin membeli rumah besar?" Pelayan wanita lain menyambutnya.

"Omong kosong. Apakah kau pikir aku datang ke sini untuk mencarimu? Tentu saja Tuan Muda ini datang ke sini untuk membeli rumah besar. Biarkan aku melihat rumah besar yang ada di sini." Suara pemuda itu dipenuhi dengan nada yang sedikit merendahkan, membuat ekspresi pelayan wanita itu berubah pucat, tetapi dia tidak berani mengatakan apa-apa. Sebagai seseorang yang mampu membeli rumah besar di sini, ia bukan seseorang yang bisa diinjak-injak.

Duan Ling Tian mengerutkan kening dan menatap pemuda itu, tetapidia tidak mengatakan apa-apa. Ia terus asyik dengan memperhatikan model rumah besar yang ada di depannya.

"Eh, gadis ini lumayan juga.. Hei! Kau! Tuan muda ini tak ingin ditemani oleh dia, kau kesini temani aku! Pemuda itu berjalan dan berhenti di depan Duan Ling Tian dengan tatapan penuh nafsu seakan ingin merenggut semua pakaian pelayan itu.

Pelayan wanita itu menghela napas dalam-dalam dan menekan amarah di hatinya, lalu berkata," Maaf, Tuan, saat ini saya sedang melayani pelanggan ini dan untuk sementara tidak dapat membantu Anda."

"Apa katamu?" Pemuda itu membelalakkan mata. "Kau tau siapa Tuan muda ini?" Aku adalah anggota Klan Duan dari Provinsi Cempaka Giok! Klan Duan dari Kota Kerajaan adalah Klan Utama dari Klan Duan kami! Selain itu, apa kau kenal siapa keturunan langsung Klan Duan Kota Kerajaan? Tuan Muda Duan Ling Xing? Nah jadi Tuan muda ini adalah sepupunya!"

Mendengar hal itu, wajah pelayan wanita itu berubah pucat ketakutan.

Klan Duan Kota Kerajaan? Salah satu dari sedikit kekuatan di seluruh Kerajaan Langit Merah yang hanya kalah dengan Keluarga Kekaisaran.

Duan Ling Xing?

Duan Ling Tian benar-benar terganggu oleh pemuda itu, ia menata pemuda itu dengan tatapannya yang memancarkan cahaya dingin.

Sepupu Duan Ling Xing?

"Nak, apa yang kau lihat? Biar kuberitahu, aku, Duan Rong, bukan seseorang yang bisa kau remehkan!" Pemuda itu ternyata memperhatikan Duan Ling Tian menatapnya dan ia menunjukkan wajah yang jijik saat berbicara dengan nada meremehkan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.