Maharaja Perang Menguasai Langit

Pil Pembeku Sumber Energi



Pil Pembeku Sumber Energi

0

Duan Ling Tian mendongakkan kepalanya menatap langit malam, kerlip bintang di langit terpantul di matanya.

0

"Di antara bintang-bintang ini seharusnya ada banyak planet, kan? Menurut ingatan Maharaja Beladiri Reinkarnasi, Benua Awan sangat luas dan tak terbatas… Dan di ujung daratan di setiap arah ada bentangan lautan yang luas yang ukurannya tidak terbatas."

"Maharaja Beladiri Reinkarnasi pernah pergi ke laut untuk mencari ujungnya, namun akhirnya ia menyadari bahwa lautan itu tak terbatas dan tampaknya tidak berujung. Pada akhirnya, ia khawatir bahwa ia akan tersesat dan tidak meneruskan perjalanan…" Secercah ingatan Maharaja Beladiri Reinkarnasi terlintas dalam benak Duan Ling Tian.

Dengan kata lain, Maharaja Beladiri Reinkarnasi tidak menjelajah jauh di dunia yang luas ini.

"Mungkin Benua Awan yang aku tinggali saat ini, jika digabungkan dengan lautan tak berbatas itu, adalah juga sebuah planet." pikir Duan Ling Tian dalam hati.

Saat ini ia membuat cita-cita besar di dalam hatinya.

Di masa depan, jika ia mampu berdiri di puncak Benua Awan, ia akan membawa keluarganya dan pergi berlayar untuk menjelajahi dunia yang luas ini. Ia ingin melihat apakah tempat ini adalah sebuah planet atau bukan.

Menurutnya perkiraannya, jika benar ini adalah sebuah planet, pastilah besarnya jauh berkali-kali lipat lebih besar daripada Bumi.

Puncak Kecepatan Maharaja Beladiri Reinkarnasi jauh lebih cepat daripada kecepatan pesawat di Bumi di kehidupannya sebelumnya. Dengan kecepatan Maharaja Beladiri Reinkarnasi, jika ia di Bumi, maka ia akan dapat mengelilingi seluruh planet itu dalam sekejap mata.

"Jika tanah di bawah kakiku ini benar-benar sebuah planet...." Tatapan Duan Ling Tian menatap deretan bintang di cakrawala, lalu berpikir dalam hati, "Lalu, yang manakah planet Bumi?"

Dulu Bumi adalah rumahnya, dan terlalu banyak kenangan di sana. Jika ia memiliki kesempatan untuk kembali, ia pasti akan pergi untuk membakar dan menebarkan abu dari pengkhianat yang menjebaknya.

Meskipun ia masih perlu berterima kasih pada pengkhianat itu untuk beberapa hal, karena telah memberinya kehidupan yang jauh lebih indah! Namun kedua hal itu harus dipisahkan, dan urusan harus diselesaikan satu per satu.

"Tuan Muda, apa yang kau pikirkan?" Suara lembut Ke Er terdengar, membuat Duan Ling Tian kembali tersadar dan tersenyum ringan. "Aku sedang memikirkan apakah ada manusia lain seperti kita yang menghuni bintang-bintang itu..."

"Bagaimana Tuan Muda bisa berpikir sejauh itu? Jika memang ada orang di bintang-bintang itu, mereka pasti sudah lama jatuh." Ke Er memandangi deretan bintang di langit malam, dan alisnya yang indah bertaut ketika ia berbicara dengan polos.

Sudut-sudut mulut Duan Ling Tian berkerut.

Mungkinkah ia perlu menjelaskan pada Ke Er tentang daya tarik gravitasi?

Sementara itu, Li Fei juga melihat ke deretan bintang di langit. Matanya yang jernih terfokus dan tenggelam dalam pikiran.

Duan Ling Tian dan dua tunangannya sedang mengagumi bulan dan menatap bintang-bintang, sedangkan di luar kediaman Klan Su, dua sosok berjalan dengan cepat memasuki kediaman itu.

Sosok yang berjalan di depan adalah pemuda berusia sekitar 22 atau 23 tahun, dan di belakangnya seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun berpakaian merah dengan ekspresi dingin. Ia menggenggam pedang terselubung di lengannya, dan matanya yang dingin menyorotkan cahaya aneh.

Beberapa saat kemudian.

"Tetua Agung, Su Li ada di sini." Di depan sebuah halaman luas, pria muda yang memimpin jalan tadi berbicara dengan hormat.

"Biarkan ia masuk." Suara pria tua terdengar dari dalam.

Pria muda berpakaian merah yang memegang pedang itu adalah Su Li.

Mata Su Li menyorotkan tatapan rumit, lalu ia berjalan memasuki halaman dengan langkah besar.

Di halaman yang luas itu, sesosok pria tua berdiri tegak seperti gunung dan sepasang matanya yang memancarkan cahaya terang menatap Su Li.

Setelah masuk, Su Li hanya berdiri diam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Apa ayahmu sehat?" Tetua Agung Klan Su, Su Nan, perlahan bertanya sambil menatap Su Li.

"Lumayan. Ia makan dan tidur dengan baik," kata Su Li acuh tak acuh, seakan tidak mau berbicara lebih jauh dengan Su Nan. "Kau membawaku ke sini. Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan saja."

Su Nan diam sesaat, lalu bicara. "Aku masih ingat ayahmu adalah seseorang yang melatih permainan pedang, dan jurus Pedang Tanpa Bayang-nya adalah seuatu yang jarang ada tandingannya di Klan Su kita... Sayangnya, ia terlalu sombong dan menantang Duan Ru Feng yang sedang naik daun di Klan Duan saat itu. Pada akhirnya, bukan hanya pedangnya patah, tapi ia juga menderita banyak luka dalam yang sulit disembuhkan. Sulit baginya menggunakan Sumber Energi lagi.

"Aku dengar, kau berhubungan baik dan bahkan berteman dengan Duan Ling Tian, putra Duan Re Feng. Putra dari musuh yang membuat ayahmu berada dalam kondisi menyedihkan, apa kau tidak membencinya sedikitpun?" Tatapan Su Nam menjadi tajam ketika mengatakan ini.

"Mengapa aku harus membencinya?" Su Li bertanya acuh tak acuh, nada suaranya tenang. "Jika Anda memanggilku ke sini hanya untuk membuat pertikaian di antara kami... maka Anda hanya membuang-buang waktu."

Meski ayahnya kalah di tangan Duan Ru Feng dan seluruh tubuhnya menderita luka dalam, ayahnya tidak pernah sekalipun membenci Duan Ru Feng.

Bahkan ayahnya memiliki rasa hormat yang tulus setiap kali ia menyebut Duan Ru Feng.

Meskipun mereka tinggal jauh dari Kota Kerajaan, ketika ayahnya mengetahui Duan Ru Feng menghilang tahun itu, ayahnya merasa kehilangan selama beberapa waktu.

Meskipun saat itu ia masih muda, ia dapat mengingatnya dengan jelas.

Ia telah dipengaruhi ayahnya sejak usia muda, karena itu, ia tidak akan membenci Duan Ru Feng.

Selain itu, alasan ayahnya meninggalkan Klan Su dan meninggalkan Kota Kerajaan tahun itu, bukankah itu karena sekelompok orang keji di Klan Su?

Jika berbicara tentang kebencian, maka ia jauh lebih membenci Klan Su.

"Huh! Kau sama seperti ayahmu, bodoh!" Raut wajah Su Nan tidak senang.

"Jika tidak ada yang lain, aku mau pergi." Tatapan Su Li terfokus dan menyorotkan cahaya dingin, dengan tangan yang kencang memegang pedang. Orang yang paling ia kagumi dalam hidupnya adalah ayahnya, ia tidak akan tinggal diam jika ada orang yang menghina ayahnya.

"Karena sudah begini, maka aku akan jujur padamu​​... ambil ini dulu." Su Nan mengangkat tangannya dan melemparkan botol batu giok kecil kepada Su Li.

Su Li mengerutkan kening karena ia tahu ini adalah botol pil. Namun, ia tidak berpikir bahwa Su Nan akan baik dan memberikan pil obat kepadanya.

"Ini adalah Pil Pembeku Sumber Energi." ucap Su Nan perlahan.

Wajah Su Li muram, ia tahu persis apa itu Pil Pembeku Sumber Energi. Meskipun itu bukan pil beracun, namun jika ditelan oleh seorang Ahli Beladiri di bawah Tahap Sumber Inti, maka Sumber Energi di seluruh tubuh akan tertekan dan tidak akan mampu menggunakan Sumber Energinya selama 10 jam.

Bahkan jika seseorang hanya menelan pil itu sedikit saja, Sumber Energinya masih akan tertekan setidaknya setengah jam.

Dalam sekejap, Su Li memahami niat Su Nan. "Anda ingin aku memberi Pil Pembeku Sumber Energi ini kepada Duan Ling Tian?"

"Kau sangat cerdas..." Tatapan Su Nan berkilat saat ia bicara. "Aku tahu kau menganggapnya sebagai teman, jadi aku tidak akan memaksamu. Kau tidak harus membunuhnya sendiri... kau hanya perlu membuatnya menelan Pil Pembeku Sumber Energi ini saat ia makan. Secuil pun sudah cukup. Saat itu, murid Klan Su di Akademi Paladin akan mengurusnya secara langsung."

"Anda pikir itu mungkin?" Su Li mencibir. Ia mengangkat tangannya, berencana untuk membuang botol pil itu.

Wajah Su Nan terlihat marah dan berkata dingin, "Jika kau membuang Pil Pembeku Sumber Energi itu, maka tidak akan ada jalan untuk kembali."

"Apa? Mengancamku? Apakah kau pikir aku, Su Li, adalah jenis orang yang akan membahayakan teman-temanku untuk menyelamatkan hidupku sendiri?" Su Li tertawa jijik.

Ia lebih baik mati daripada menjerumuskan teman-temannya, apalagi membahayakan hidup mereka.

Tatapan Su Nan terfokus sambil perlahan berkata. "Tidak buruk, kau persis ayahmu bertahun-tahun lalu. Namun, kau tidak punya pilihan. Klan Su sudah lama tahu tentangmu dan rumah orang tuamu di Kawasan Pusara Perang di dalam Kota Hembusan Angin. Aku akan memberimu waktu 2 hari; jika kau tidak memberi Duan Ling Tian pil itu, aku akan mengirim orang dengan Kuda Ferghana ke Kawasan Pusara Perang dan membunuh orang tuamu."

Wajah Su Li menjadi pucat.

Meskipun kekuatan ayahnya tidak rendah, tapi karena luka di tubuhnya, ia tidak bisa memanfaatkan Sumber Energinya. Ibunya hanya perempuan biasa, kultivasinya bahkan lebih rendah daripada Su Li.

"Sungguh keji!" Su Li tak pernah membayangkan bahwa Tetua Klan Su akan bertindak sangat keji hingga mempertaruhkan nyawa orang tua Su Li untuk mengancamnya.

"Nyawa orang tuamu ada di tanganmu... Kau harus memikirkan dirimu sendiri!" Su Nan tersenyum tipis seolah Su Li berada dalam genggamannya. Ia lalu mengibaskan tangannya meminta Su Li pergi.

Su Li menarik napas dalam-dalam dan mengerjap, ia tenggelam dalam pertarungan batin dengan moralnya sendiri.

Pada akhirnya, ia masih memegang botol pil di tangannya dan meninggalkan kediaman Klan Su.

Subuh keesokan harinya.

Setelah sarapan, Duan Ling Tian membawa serta dua piton kecil dan tiba di Akademi Paladin seperti biasa.

Masalah yang muncul kemarin jelas ditekan oleh Akademi Paladin, sehingga beritanya tidak tersebar. Sekelompok siswa Jurusan Ahli Strategi Perang di kelasnya tidak melihat Duan Ling Tian dengan tatapan aneh.

Pagi berlalu dengan tenang.

Pada siang hari, kelompok Duan Ling Tian berkumpul untuk makan di kantin.

"Eh, Su Li, mengapa wajahmu begitu muram?" Duan Ling Tian memperhatikan ekspresi Su Li yang sedikit tidak wajar dan tidak bisa tidak bertanya.

"Aku penasaran apa yang terjadi pada orang ini. Wajahnya muram sejak pagi tadi." Tian Hu menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada apa-apa." Di bawah tatapan khawatir Xiao Xun dan Xiao Yu, Su Li menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, makanan disajikan bersama dengan kendi anggur.

"Rasanya sangat memuaskan setiap kali aku mengingat kejadian kemarin. Mari kita bersulang untuk itu...." Tian Hu tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil kendi anggur.

Plak!

Su Li mengangkat tangannya dan memukul tangan Tian Hu, dan meraih kendi anggur di depannya.

"Matahari terbit dari barat jika kau benar-benar berniat menuangkan anggur untuk kami." Tian Hu memasang tampang tidak percaya.

"Jika bukan karena kalian semua tiba tepat waktu kemarin, seluruh kekuatanku akan lumpuh oleh Su Tong itu ..." gumam Su Li.

"Bicara apa kau? Kita semua teman." Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Su Li, kapan kau menjadi begitu sentimentil? Ayo, cepat tuangkan anggurnya."

Di sebuah meja tidak jauh dari situ, dua pria muda duduk bersama.

"Sepertinya Su Li akan melakukannya."

"Huh! Ia masih mengatakan bahwa mereka adalah teman, bukankah ia menjerumuskannya? Bahkan sampai mati pun, Duan Ling Tian mungkin tidak akan menyangka bahwa teman baiknya akan mencelakainya." Kedua pemuda itu berbicara dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

"Namun, setelah urusan kita selesai dengan Duan Ling Tian itu, kita juga harus meninggalkan Akademi Paladin."

"Biarlah! Hadiah yang dijanjikan Tetua Agung untuk kita sudah cukup untuk kita menjalani sisa hidup kita tanpa khawatir..."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.