Maharaja Perang Menguasai Langit

Mengintai Balik



Mengintai Balik

0

"Jadi itu Pangeran Kelima. Aku benar-benar tidak sopan." Duan Ling Tian melirik kereta itu lalu tersenyum ringan.

0

"Jika tidak ada yang dibutuhkan Pangeran Kelima, maka aku akan pergi." Duan Ling Tian meneruskan berjalan setelah selesai berbicara.

"Tunggu." suara datar Pangeran Kelima terdengar lagi.

Duan Ling Tian menghentikan langkahnya. Ia sangat penasaran... apa yang diinginkan Pangeran Kelima?

"Berlutut dan bersujud tiga kali… Lalu permusuhan antara kau dan sepupuku akan dilupakan." Suara Pangeran Kelima terus terdengar, suara yang bernada tidak ingin ada perselisihan.

Berlutut? Bersujud?

Wajah Duan Ling Tian menjadi muram dan amarah muncul di matanya.

"Sepupu, aku tidak ingin ia bersujud, aku ingin ia mati!" Suara dingin Tong Li terdengar dari dalam kereta dengan nada seolah-olah tidak ada pilihan lain.

"Dua idiot!" Duan Ling Tian mencibir dan terus berjalan.

"Duan Ling Tian, ​​jika kau pergi begitu saja, maka kau pasti akan menyesal." Suara Pangeran Kelima kembali terdengar.

"Maaf, tapi kata penyesalan tidak ada dalam kamus Duan Ling Tian!" Wajah Duan Ling Tian sepertinya telah tertutupi lapisan es. Ia sama sekali tidak mengindahkan ancaman Pangeran Kelima.

Ada hal paling berharga di bawah lutut seorang pria, dan lututnya hanya tertekuk untuk langit, bumi, dan orangtuanya.

Bahkan Maharaja tertinggi tidak akan dapat membuatnya berlutut, apalagi hanya seorang pangeran!

"Lancang!" Wajah lelaki tua beralis putih itu menjadi suram dan aura mengerikan keluar dari dalam dirinya seolah-olah ia ingin mengejar Duan Ling Tian dan membunuhnya di tempat.

Duan Ling Tian menghentikan langkahnya. Tatapannya terfokus dan senyum dingin muncul di sudut mulutnya.

Jika orang tua beralis putih itu menyerang, ia akan menggunakan Mantra Perapuh Tulang dan menghancurkannya!

"Bai Tua, ayo pergi." Suara samar-samar dingin Pangeran Kelima terdengar.

Lelaki tua alis putih itu menarik napas dan menekan amarah di dalam hatinya lalu mengemudikan kereta itu dan pergi.

Di dalam kereta.

Wajah Tong Li terlihat tidak senang. "Sepupu, bukankah kau bilang akan membantuku melampiaskan dendamku? Mengapa tadi kau hanya meminta Duan Ling Tian berlutut?"

Pangeran Kelima tersenyum ringan. "Sepupu, kematian bukanlah hukuman terburuk bagi beberapa orang. Untuk seseorang seperti Duan Ling Tian, yang begitu tegar dan sombong, membuatnya berlutut dan bersujud jauh lebih sulit daripada membuatnya mati! Namun, bisa dikatakan aku memberinya kesempatan hari ini. Nanti, jika aku benar-benar membunuhnya, Klan Duan tidak akan bisa berkata apa-apa."

Tong Li akhirnya memahaminya dan merasa agak malu. "Sepupu, aku salah paham denganmu. Namun, bukankah Duan Ling Tian menolak Klan Duan dan tidak menganggap dirinya bagian dari Klan Duan? Sepupu, mengapa kau masih mengkhawatirkan Klan Duan itu?"

Mata Pangeran Kelima fokus. "Meskipun begitu, darah keturunan langsung Klan Duan masih mengalir di dalam dirinya… jangan khawatir, sepupumu ini tak akan melepaskan siapapun yang telah mengganggumu. Biarkan ia hidup beberapa hari lagi."

Saat selesai berbicara, perasaan sayang muncul di wajah Pangeran Kelima.

"Terima kasih, Sepupu." Wajah Tong Li dipenuhi senyuman dan matanya berkilau jahat. Seolah-olah ia sudah melihat mayat Duan Ling Tian yang dibuatnya hancur berkeping-keping.

Di sisi lain.

Pangeran Kelima ini lebih sombong daripada Pangeran Ketiga!" Hati Duan Ling Tian terasa dingin saat ia melanjutkan berjalan. "Sebaiknya kau tidak menyerangku… Kalau tidak, meskipun kau adalah keturunan bangsawan Keluarga Kerajaan, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan!"

Hari ini, suasana hati Duan Ling Tian tidak bagus karena kepergian Su Li, jadi api amarah samar-samar muncul dalam dirinya.

Kemunculan Pangeran Kelima dan Tong Li, dengan sikap merendahkannya itu seperti menuangkan minyak kepada api, membuat amarahnya meningkat dan sulit ditahan.

Baru ketika ia tiba di dekat Kediaman Marquis yang Agung, ekspresinya mereda dan seulas senyum muncul di sudut mulutnya.

Di seluruh Kota Kerajaan, selain keluarga dan beberapa temannya, hanya Kediaman Marquis yang Agung yang bisa menghangatkan hatinya.

Duan Ling Tian tiba di gerbang Kediaman Marquis yang Agung. Seorang prajurit muda maju dan berteriak keras padanya, "Berhenti!"

Plak!

Duan Ling Tian bahkan belum sempat berbicara ketika seorang prajurit paruh baya berlari mendekat dan menempeleng prajurit muda itu. "Kakak Zhang, mengapa kau memukulku?" Prajurit muda itu berbalik dan menatap prajurit paruh baya itu dengan marah.

Prajurit paruh baya itu tidak mengacuhkannya. Ia dengan hormat mengantar Duan Ling Tian ke dalam Kediaman Marquis Yang Agung. "Tuan Muda Ling tian, silahkan masuk."

"Kau mengenalku?" Duan Ling Tian sedikit terkejut. Seingatnya, orang ini tidak termasuk di antara prajurit penjaga yang hadir ketika ia datang terakhir kali.

"Tuan Muda Ling Tian, di hari Wakil Jenderal Pang mengantar Anda masuk ke Kediaman, saya kebetulan melihat Anda," kata prajurit paruh baya itu dengan hormat. Ia dengan jelas melihat Wakil Jenderal Pang dengan penuh hormat mendampingi pemuda ini di Kediaman tempo hari.

Duan Ling Tian mengangguk lalu berkata, "Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku akan menemui Marquis sendiri." Kemudian Duan Ling Tian memasuki Kediaman Marquis yang Agung seolah-olah rumah sendiri.

"Kakak Zhang, siapa dia?" Prajurit muda itu mengusap bagian belakang kepalanya, tapi ia tidak marah, karena ia menyadari bahwa pemuda berpakaian ungu itu bukan orang biasa.

"Huh! Nak, berani sekali kau tidak tahu tentang dia. Aku tidak yakin siapa ia, tapi ketika ia datang terakhir kali, Wakil Jenderal Pang mendampinginya secara langsung. Selain itu, ketika ia pergi, Marquis dan Marquis junior juga mengantarnya pergi secara pribadi." Ekspresi Prajurit paruh baya itu sedikit ketakutan. "Sekarang katakan padaku, apa aku harus memukulmu atau tidak?"

Wajah prajurit muda itu pun pucat, dan buru-buru mengangguk."Ya, ya!"

Setelah memasuki Kediaman Marquis yang Agung, Duan Ling Tian langsung menuju ruang pertemuan.

Setelah prajurit yang berjaga di luar ruang pertemuan melaporkan kedatangannya, Duan Ling Tian bertemu lagi dengan Marquis yang Agung, Nie Yuan.

"Tian Kecil." Nie Yuan tersenyum lebar ketika melihat Duan Ling Tian. "Apakah kau kali ini datang karena membutuhkan bantuan Paman Nie?"

Duan Ling Tian tersenyum ringan. "Paman Nie bisa menebak seperti seorang peramal."

Nie Yuan menertawakannya, "Nak, tak usah berkata begitu... Biar aku tebak, kedatanganmu karena masalah dengan Klan Su, kan?"

"Paman Nie, Paman paling tahu semuanya." Mata Duan Ling Tian menyipit sambil tersenyum ringan.

"Murid Klan Su di Akademi Paladin mencoba membunuh murid lain, tapi mereka malah dibunuh oleh target mereka sendiri. Wakil Dekan murka, lalu ia mendatangi Klan Su dan mengurangi kuota rekomendasi Klan Su ke Akademi Paladin dari lima menjadi tiga! Sepertinya Wakil Dekan Zhan benar-benar peduli padamu." Nie Yuan menatap Duan Ling Tian dengan senyum dibuat-buat.

Mata Duan Ling Tian terfokus. Ia telah mendengar bahwa Wakil Dekan mendatangi Klan Su, tetapi ia tidak tahu bahwa Wakil Dekan telah mengurangi kuota rekomendasi ke Akademi Paladin di Klan Su menjadi tiga.

Sejenak, rasa terima kasih kepada lelaki tua itu muncul dalam diri Duan Ling Tian.

"Katakan, untuk apa kau datang mengunjungi Paman Nie?" Nie Yuan menatap Duan Ling Tian dengan penuh perhatian.

"Paman Nie, aku ingin informasi tentang bisnis Klan Su di Kota Kerajaan, termasuk orang-orang yang bertanggung jawab atas bisnis itu." Duan Ling Tian mengungkapkan alasan kedatangannya.

"Kau datang ke sini untuk itu?" Nie Yuan sedikit terkejut. Ia pikir Duan Ling Tian ingin ia menekan Klan Su, tapi ia sama sekali tidak menyangka Duan Ling Tian datang untuk alasan ini.

"Iya." Duan Ling Tian mengangguk.

"Tidak ada yang lain?" Tanya Nie Yuan.

"Tidak ada." Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya. Ia datang ke Kediaman Marquis yang Agung hanya untuk informasi ini. Hal lain, ia bisa menghadapinya sendiri.

"Baiklah, kembalilah tiga hari lagi." Nie Yuan menatap dalam Duan Ling Tian dan tidak bertanya lebih jauh.

"Terima kasih, Paman Nie. Kalau begitu aku akan pulang dulu supaya ibuku tidak khawatir," kata Duan Ling Tian.

Lalu, Nie Yuan sekali lagi secara langsung mengantar Duan Ling Tian keluar, membuat prajurit penjaga gerbang tadi sedikit ketakutan. Untungnya, ia tidak menyinggung pemuda berpakaian ungu itu sebelumnya. Ia tidak mampu membayangkan hukuman yang akan ia dapatkan.

Pada pagi keesokan harinya, Duan Ling Tian baru saja tiba di gerbang Akademi Paladin ketika ia tiba-tiba mengerutkan kening.

Kegelisahan dari dua piton kecilnya dan Tenaga Spiritualnya yang peka merasakan ada seseorang mengawasinya dari kegelapan…

"Huh!" Duan Ling Tian menghentikan langkahnya dan melihat ke kejauhan dengan cibiran di sudut mulutnya.

Ia tidak peduli siapa yang mengirim orang-orang itu, tetapi jika mereka berani menampakkan diri di hadapannya, maka ia tidak akan keberatan membuat mereka menjadi mayat.

Di luar Akademi Paladin, di gang terpencil, berdiri dua sosok pria.

"Sepertinya ia menyadari kehadiran kita." Seorang pria paruh baya yang kurus di antara mereka sedikit terkejut.

"Kelihatannya begitu." Pria paruh baya lainnya mengangguk.

Pria kurus itu terdiam sesaat, lalu berbicara. "Aku dengar ia hanya di tingkat kesembilan dari Tahap Pembentukan Inti... Secara logis, tidak mungkin baginya untuk menyadari kehadiran kita."

"Mungkin itu hanya kebetulan." Pria yang lain tampak ragu-ragu ketika berbicara.

Setelah memasuki Akademi Paladin, Duan Ling Tian tidak lagi merasa diawasi lalu berjalan menuju kelas seperti biasa.

Seluruh pagi berlalu dengan ceramah Sima Chang Feng yang bertele-tele…

Pada siang hari ketika mereka makan, kelompok Duan Ling Tian sedikit tidak terbiasa dengan tidak adanya Su Li, sehingga mereka hanya terdiam.

Saat senja, setelah berjalan keluar dari gerbang Akademi Paladin dan mengucapkan selamat tinggal kepada Xiao Yu dan Xiao Xun, Duan Ling Tian sekali lagi merasakan seseorang mengawasinya. Dan itu bukan hanya satu orang.

"Sepertinya dua orang dari pagi tadi," Duan Ling Tian berpikir dalam hati kemudian berjalan menuju gang terpencil. Di gang ini, ia telah dua kali menggiring dan membunuh orang-orang yang ingin membunuhnya secara beruntun.

Tapi kali ini, ketika ia memasuki gang dan berjalan perlahan, kedua orang itu tidak muncul untuk waktu yang lama.

"Siapa mereka?" Duan Ling Tian mengerutkan kening dan kehilangan kesabarannya.

"Huh! Karena kau tidak memulai duluan, maka aku akan membalikkan keadaan!" Pandangan Duan Ling Tian terfokus dan mempercepat langkah lalu menghilang di ujung gang dalam sekejap mata.

Sosok dua pria paruh baya itu muncul di gang dan dengan cepat menyusulnya, tetapi mereka kehilangan jejak Duan Ling Tian.

Meskipun mereka adalah ahli beladiri Tahap Kelahiran Jiwa Baru, mereka bukanlah Ahli Mantra, sehingga Tenaga Spiritual mereka tidak begitu peka. Selain itu, mereka tidak memiliki kemampuan mengintai dan mengintai balik yang dikembangkan Duan Ling Tian dari kehidupan sebelumnya sebagai anggota tentara bayaran dan Pasukan Khusus.

"Kita benar-benar telah membiarkan ia melarikan diri di depan mata kita." Pria paruh baya yang kurus itu tertawa getir.

"Berarti perasaan kita benar, ia memang menyadari kehadiran kita tadi pagi." Ucap pria paruh baya lainnya dengan serius.

"Sudah selesai bermain petak umpetnya?" Saat itu juga, tiba-tiba suara tenang terdengar dari belakang dua pria paruh baya itu, membuat wajah mereka menjadi tidak karuan!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.