Maharaja Perang Menguasai Langit

Musuh Memang Ditakdirkan untuk Bertemu



Musuh Memang Ditakdirkan untuk Bertemu

0

Bahkan di Kekaisaran Rimba Biru, seorang tabib tingkat 5 adalah sebuah keberadaan yang langka seperti halnya bulu phoenix dan tanduk qilin.

0

Selain Keluarga Kerajaan Kekaisaran Rimba Biru, kekuatan besar yang mampu meminta bantuan seorang tabib tingkat 5 untuk meracik pil obat tingkat kelima hanyalah sekte-sekte teratas yang berdiri di puncak Kekaisaran Rimba Biru.

Jika di dalam Kerajaan Langit Merah, di bawah Keluarga Kerajaan, ada berbagai klan besar yang dominan… Maka di dalam Kekaisaran Rimba Biru, di bawah Keluarga Kekaisaran, ada berbagai sekte besar yang dominan!

"Aku dengar 30 tahun yang lalu, Klan Yuan dari Kekaisaran Anasir Surga telah menghasilkan seorang jenius tak tertandingi yang melangkah ke Tahap Sumber Inti pada usia 19 tahun. Kemudian, ia memasuki Sekte Rembulan Salju di Kekaisaran Rimba Biru dan mengakui Tetua Agung Sekte Rembulan Salju sebagai gurunya. Karena itu, Klan Yuan memperoleh Pil Pencapai Ruang Hampa dan karena itu bisa menjadi Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang!" Setelah diingatkan oleh Tetua Agung, tetua Klan Duan lain menghela napas.

"Aku juga sudah mendengarnya." Tetua Klan Duan yang lainnya mengangguk, dan matanya memancarkan tatapan yang berapi-api.

Tokoh Digdaya Tahap Ruang Hampa…. dapat memainkan peran yang menentukan bagi Klan Duan!

Dalam Kerajaan Langit Merah, setidaknya ada hampir seratus tokoh Tahap Ruang Hampa Setengah langkah.

Namun, di seluruh Kerajaan Langit Merah, hanya ada tiga Tokoh Digdaya Tahap Ruang Hampa sejati!

Sangat sulit untuk melangkah ke Tahap Pembelah Ruang!

Tanpa bakat alami dengan tingkat tertentu, bahkan tokoh Tahap Ruang Hampa Setengah langkah akan sangat sulit untuk menerobos ke Tahap Pembelah Ruang dalam masa hidupnya.

Dalam sejarah Klan Duan, setidaknya ada lebih dari seratus orang yang melangkah ke Tahap Ruang Hampa Setengah langkah; namun, tidak pernah satu pun ada Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang sejati!

Waktu itu, hampir semua orang di dalam Klan Duan berpikir Duan Ru Feng pasti mampu memecahkan sejarah dan menjadi Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang.

Pada saat itu, Duan Ru Feng dapat dianggap sebagai murid paling berbakat dalam sejarah Klan Duan, tapi sayangnya, pada akhirnya Duan Ru Feng lenyap dan belum terdengar beritanya sampai hari ini. Yang dikhawatirkan oleh anggota Klan Duan adalah, ia pasti tertimpa bencana.

Sedangkan sekarang, putra Duan Ru Feng, Duan Ling Tian, tiba-tiba muncul dengan pencapaian yang mengejutkan… Dan melangkah pada Tahap Sumber energi di usia 18 tahun!

Bakat alami seperti itu membangkitkan semangat para petinggi Klan Duan untuk sesaat.

Waktu itu, mereka sudah menantikan Duan Ru Feng menjadi Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang dan memimpin menaikkan martabat Klan Duan di dunia… Kini, dengan pelajaran yang mereka dapat dari kasus Duan Ru Feng, mereka berharap Duan Ling Tian dapat menjadi Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang, dan mereka tidak mau menunggu.

Mereka hanya berharap Duan Ling Tian dapat memasuki sekte teratas dalam Kekaisaran Rimba Biru dan memberikan Klan Duan kesempatan untuk mendapatkan Pil Pencapai Ruang Hampa. Ketika itu terjadi, Tokoh Digdaya Tahap Ruang Hampa Setengah langkah yang ada di dalam klan itu akan memiliki peluang setelah meminumnya dan langsung menerobos ke Tahap Pembelah Ruang!

Dengan cara ini, Klan Duan tidak perlu mengulang kekecewaan yang sama seperti mengharapkan Duan Ru Feng, tapi juga akan membuat Klan Duan bisa mendapatkan Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang dalam waktu singkat!

"Sang Ketua, aku setuju dengan apa yang Tetua Agung katakan. Berapapun biayanya, kita harus membuat Duan Ling Tian kembali ke klan dan mengakui leluhurnya lalu mengarahkannya untuk memasuki sekte teratas dalam Kekaisaran Rimba Biru dengan tujuan membantu mendapatkan Pil Pencapai Ruang Hampa bagi Klan Duan kita!"

"Aku juga setuju dengan Tetua Agung!"

"Aku setuju!"

...

Saat mereka berpikir tentang kemungkinan seorang Tokoh Digdaya Tahap Pembelah Ruang akan muncul di Klan Duan dengan cara ini, semua tetua yang hadir di dalam ruang pertemuan itu sangat bersemangat.

Duan Ru Hong sedikit mengerutkan kening, karena ia merasa tidak menyukai keputusan ini… Sejak kapan Klan Duan mereka menjadi begitu rendah sehingga harus memanfaatkan seorang anak muda?

"Tetua Agung!" Sang Ketua Duan Ru Huo menatap Duan Zhen, dan senyum getir tersungging di sudut mulutnya. "Bukankah Klan Duan kita pernah berpikir untuk membuat Duan Ling Tian kembali ke klan dan mengakui leluhurnya, ia sudah lama menolak… Menurut pendapatku, anak itu mewarisi sifat dari kakak ketiga dan sama sekali tidak akan mengubah pikirannya dengan mudah."

"Seperti yang sudah ku katakan, kita dapat membayar berapa pun harga untuk itu… Selama hal itu dapat dicapai Klan Duan!" Mata Duan Zhen seperti bintang yang mempesona saat ia perlahan berbicara.

Duan Ru Hu diam-diam menghembuskan napas dingin saat mendengarnya, karena ia bisa merasakan bobot perkataan Tetua Agung….

Dan pada saat itu, gadis pelayan yang baru saja selesai menuangkan teh untuk semua petinggi Klan Duan di ruang pertemuan pergi dan berjalan ke halaman yang luas.

Di dalam halaman, mata wanita gendut itu menyipit seusai mendengar apa yang dikatakan gadis pelayan itu, dan cahaya dingin muncul di matanya. "Suamiku baru saja mati dan Klan Duan ingin pembunuh putraku kembali ke klan dan mengakui leluhurnya? Dan mereka bersedia membayar berapa saja agar ia kembali?"

Lemak di tubuh wanita gendut itu bergetar hebat, karena ia sangat marah. "Aku tidak dapat tinggal di Klan Duan ini lagi! Sampah tidak berguna itu, Duan Ru Lei, telah mati dan tidak dapat membalaskan dendam untuk putraku lagi… Klanku, aku harus kembali ke klanku!"

"Aku akan membalas dendam untuk putraku sendiri!" Wanita gendut itu mengemasi barang-barangnya malam itu juga dan meninggalkan Kota Kerajaan dengan terburu-buru saat fajar keesokan harinya.

Akademi Paladin.

Saat fajar, Duan Ling Tian baru saja memasuki gerbang akademi ketika ia menyadari hampir semua siswa yang ia temui dalam perjalanannya menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa.

Duan Ling Tian menggelengkan kepalanya dan tersenyum getir.

Sepertinya akan sulit baginya untuk mendapatkan ketenangan selama beberapa waktu akibat kegemparan kemarin.

Untungnya, tak berapa lama lagi, ia akan meninggalkan Akademi Paladin untuk sementara dan menuju ke medan perang perbatasan barat laut.

Ketika ia berjalan melewati Lapangan Latihan Bela Diri, alis Duan Liang Tian bertaut, karena ia memperhatikan tiga siswi sedang berdebat satu sama lain di dekatnya… lebih tepatnya, dua siswi yang bergabung untuk menindas seorang siswi lain.

Duan Ling Tian dengan jelas melihat wajah siswi yang terasing dan tidak berdaya itu, dan meskipun ia tidak bisa dianggap cantik, tapi penampilannya cukup anggun.

Awalnya, ia tidak berencana untuk ikut campur dalam masalah ini.

"Aku dengar kau telah menjadikan Duan Ling Tian idolamu, kan?" Di antara dua siswi yang memunggungi Duan Ling Tian, salah satu dari mereka memegang cambuk hitam di tangannya dan menggunakan nada merendahkan saat ia bertanya pada siswi yang anggun itu.

"Tong Li?" Ketika Duan Ling Tian mengenali pemilik suara itu, matanya menjadi dingin. Semua orang mengatakan musuh memang ditakdirkan untuk bertemu, dan hari ini ia dapat dianggap benar-benar mengalami pepatah itu.

Duan Ling Tian menghentikan langkah dan menyipitkan matanya saat ia memperhatikan kelanjutan masalah ini.

"Memang kenapa kalau aku mejadikan Duan Ling Tian idolaku? Aku mengaguminya dan menyukainya; memang kenapa? Apakah aku memaksa kalian untuk melakukan hal yang sama?" siswi anggun itu berkata dengan wajah merona.

"Aku tidak peduli jika kau mengagumi yang lain atau menyukai yang lain… tapi Duan Ling Tian itu adalah benar-benar musuh bebuyutanku, dan siapa pun yang menjadikannya idola mereka berarti menentangku, Tong Li!" Suara Tong Li sangat dingin dan tidak peduli, seakan ia menekan kemarahan di dalam hatinya.

"Dasar jalang, apakah kau tahu siapa Nona Li? Nona Li adalah sepupu Pangeran Kelima, dan ia bukan orang biasa sepertimu yang bisa kau singgung! Cepat berlutut dan bersujud untuk meminta maaf sambil berteriak 'Duan Ling Tian bajingan' 100 kali, dan mungkin Nona Li akan menunjukkan belas kasihan dan membiarkanmu pergi." Satu tangan siswi di samping Tong Li berkacak pinggang dan mengulurkan tangannya yang lain untuk menunjuk hidung siswi anggun itu. Ia menggunakan status Tong Li untuk menindas siswi anggun itu.

"Kalian, kalian …." Siswi anggun itu sangat marah sampai napasnya menjadi tergesa-gesa.

"Kami apa? Aku akan memberimu tiga hitungan. Jika kau masih tidak berlutut dan berteriak 'Duan Ling Tian bajingan,' Aku akan mencambuk wajahmu sampai hancur!" Tong Li mengayunkan cambuk hitam di tangannya seakan siap berayun setiap saat.

Wajah siswi anggun itu pucat, dan tubuhnya sedikit gemetar, tapi ia masih menggeretakkan giginya dan tidak mau menyerah.

Wajah Duan Ling Tian marah saat ia berjalan dengan langkah lebar. Pada akhirnya, ia tidak bisa hanya diam dan menyaksikan lebih lama lagi. Meskipun ia tidak kenal siswi itu, bagaimanapun juga ia ditindas oleh Tong Li karena membelanya. Apalagi, ia menyaksikan sendiri masalah ini sehingga ia tidak bisa untuk tidak ikut campur!

Didatangi Duan Ling Tian, mata siswi anggun itu bersinar dan wajahnya menunjukkan raut memuja.

"Tiga hitungan telah berlalu. Sepertinya kau benar-benar keras kepala!" Tong Li tidak menyadari perubahan raut wajah siswi anggun itu, dan tatapannya menjadi dingin saat ia mengayunkan cambuk hitam di tangannya. Seakan berubah menjadi ular hitam berbisa, cambuk itu bergerak untuk menggigit siswi anggun itu.

Karena terpana melihat Duan Ling Tian, siswi anggun itu sedikit linglung dan tidak sempat bereaksi terhadap cambuk Tong Li.

"Ah!" Seketika, wajahnya pucat dan ia jatuh ke tanah, dan ia tanpa sadar menutup matanya.

Tak lama kemudian, ia merasakan gelombang angin kencang mengikis wajahnya. Ia awalnya berpikir rasa sakit akan datang, tapi tidak disangka, setelah mendengar bunyi ledakan, tidak ada yang terjadi selanjutnya.

Ia membuka matanya. Baru ia sadari pemuda berpakaian ungu itu telah muncul di depan matanya. Pemuda berpakaian ungu itu memunggunginya dan menggunakan tangannya untuk menangkap cambuk yang diayunkan ke arahnya.

Untuk sesaat, wajahnya merona dan ia hanya bisa merasakan detak jantungnya memacu cepat!

"Kau…" Wajah Tong Li berubah suram ketika ia menyadari ada yang berani menghentikannya memberi pelajaran pada orang lain, dan ia hampir murka. Namun, seketika ia tercengang bahkan sebelum sempat membuka mulut, karena orang yang menghentikannya sekarang tidak lain adalah Duan Ling Tian yang dibencinya sampai ke tulang!

"Aku apa?" Tatapan Duan Ling Tian menjadi dingin saat ia mengerahkan kekuatan tangannya untuk merebut cambuk hitam dari tangan Tong Li. "Nona Tong, aku perhatikan kau tampaknya tidak nyaman jika tidak menyombongkan diri selama satu hari saja… Tapi aku penasaran, bagaimana siswi ini menyinggungmu?"

Wajah Tong Li menjadi pucat pasi saat ia berteriak dingin, "Apa urusannya denganmu!?"

"Apa urusannya denganku?" Mata Duan Ling Tian menyipit saat tatapannya beralih dari Tong Li ke seorang siswi di samping Tong Li. "Tadi, kau meminta siswi ini untuk berlutut dan mengatakan apa seratus kali? Maaf aku tidak mendengarnya dengan jelas."

Wajah siswi itu menjadi pucat pasi, karena ia hanya berani bertindak seperti itu tadi ketika Tong Li di sampingnya mendukungnya. Tapi sekarang, mana berani ia mengatakannya….

Yang benar saja!? Ia menyaksikan Duan Ling Tian memukul Tong Li sampai kepalanya berubah menjadi "kepala babi" waktu itu.

Ia yakin jika ia berani mengulang apa yang ia katakan tadi, Duan Ling Tian pasti akan memukul kepalanya menjadi "kepala babi".

"Aku… Aku tidak mengatakan apa-apa." Raut wajah siswi itu pucat pasi, tubuhnya sedikit gemetar, dan ia menunduk, tidak berani menatap mata Duan Ling Tian.

"Bukankah kau agak mendominasi tadi?" Duan Ling Tian menyeringai. Matanya terfokus dan ia berteriak dingin, "Berlutut!"

Duan Ling Tian tidak memandang siswi ini yang mengandalkan status Tong Li untuk menindas orang lain sebagai seorang wanita.

Bukankah kau meminta orang lain untuk berlutut di setiap kesempatan?

Sekarang aku akan membuatmu berlutut!

Tubuh siswi itu gemetar ketika ia mendengar apa yang Duan Ling Tian katakan, dan ketika ia merasakan niat membunuh samar-samar keluar dari tubuh Duan Ling Tian, ia menggeretakkan giginya dan akhirnya berlutut.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.