Maharaja Perang Menguasai Langit

Saudara Perempuan Saling Bertemu



Saudara Perempuan Saling Bertemu

0'Apakah dia akan berhasil?' Gan Ru Yan berpikir dalam hatinya.     
0

Selain Gan Ru Yan, beberapa orang juga memperhatikan tindakan pria itu.     

'Dia semakin dekat dengan Pusaka Langit Tertinggi itu!' Gan Ru Yan mau tidak mau merasa gugup seolah dia merasa sebagai pria itu ketika ia melihat pria itu hanya beberapa meter jauhnya dari Pusaka Langit Tertinggi itu.     

Bumm!     

Sebuah ledakan keras tiba-tiba terdengar di udara dan menyebabkan ruang hampa di dekat Pusaka Langit Tertinggi itu bergetar hebat. Gelombang kejutnya mengirim pria yang mendekati Pusaka Langit Tertinggi itu terbang.     

Ledakan itu menarik perhatian dua orang Celestial Nirraga Lima Sambaran.     

"Ia mencoba mencuri Pusaka Langit Tertinggi?"     

"Mencari mati!"     

Gan Ru Yan menyaksikan kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu berhenti bertarung dan mulai menyerang orang yang mencoba merebut Pusaka Langit Tertinggi dari depan batang hidung mereka itu dengan marah.     

Bumm! Bumm! Bumm! Bumm! Bumm!     

Dalam sekejap mata, serangan dari kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu tertuju pada pria itu dan meledak sehingga menghasilkan sebuah awan jamur kecil. Setelah awan jamur itu mereda, tidak ada lagi jejak yang tersisa dari pria yang mencoba mencuri Pusaka Langit Tertinggi itu!     

Gan Ru Yan merasa merinding saat melihatnya. Dia tahu pria ini telah terbunuh oleh para Celestial Nirraga Lima Sambaran itu dan bahkan jasadnya tidak bersisa.     

Pada saat yang sama, mereka yang memiliki niat yang sama mengikuti jejak pria itu untuk mencuri Pusaka Langit Tertinggi itu menghela nafas lega.     

"U-untungnya, aku tidak melakukannya…"     

"Untungnya, dia bergerak sebelum aku. Kalau tidak, aku yang akan mati!"     

Bumm! Bumm! Bumm! Bumm! Bumm!     

Serangkaian ledakan kembali terdengar di udara saat kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu melanjutkan pertarungan. Pada titik ini, tidak ada yang berani mengambil kesempatan dan mencoba mencuri Pusaka Langit Tertinggi itu.     

Gan Ru Yan berspekulasi dalam hati, 'Aku khawatir tidak satu pun dari Celestial Nirraga yang ada di sini akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan Pusaka Langit Tertinggi itu kecuali jika kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu sama-sama terluka parah.'     

Bumm!     

Blaarr!     

Saat itu, serangan dari kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu saling mendarat satu sama lain. Keduanya terluka parah. Namun, itu tidak membuat mereka berhenti bertarung.     

Bumm! Bumm! Bumm! Bumm! Bumm!     

…     

Ledakan-ledakan yang bergemuruh terus bergema di udara saat kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu melanjutkan pertarungan sengit mereka. Seiring berjalannya waktu, jumlah luka di kedua tubuh mereka juga bertambah. Pada saat yang sama, aura mereka juga melemah.     

Namun demikian, para Celestial Nirraga lainnya yang berada di tempat itu tetap tidak berani bergerak. Bagaimanapun, seperti kata pepatah, 'Unta kurus tetap lebih besar dari seekor kuda!' Kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu masih lebih kuat dari mereka bahkan jika kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu telah terluka.     

Tiba-tiba, sebuah ledakan tawa terdengar saat kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu sedang bertarung. Segera setelah itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh berotot muncul.     

Segera setelah pria paruh baya yang berotot itu muncul, dia langsung menyerang kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran yang terluka parah itu. Dia berkata dengan gembira, "Terima kasih!"     

Gan Ru Yan dapat dengan jelas merasakan pria ini juga seorang Celestial Nirraga Lima Sambaran. Dia berpikir, 'Sepertinya orang ini mencari keuntungan dari pertarungan kedua orang itu!'     

Saat ini, kerumunan juga menjadi gempar.     

"Dia adalah seorang Celestial Nirraga Lima Sambaran!"     

"Ya Tuhan! Ada seorang Celestial Nirraga Lima Sambaran lagi! Apalagi, sepertinya dia sudah berada di sini sejak awal. Dia hanya menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang!"     

"Dia terlalu licik!"     

Saat ini, bahkan kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu telah berhenti berkelahi, menatap orang yang baru datang itu dengan sebersit rasa enggan dan ngeri di mata mereka. Siapa yang mengira bahwa ketika mereka saling bertarung, mereka ternyata telah menciptakan sebuah peluang bagi orang lain? Saat mereka saling melukai satu sama lain, peluang bagi orang lain itu menjadi lebih besar.     

Banyak orang yang menyaksikan membicarakannya di antara mereka sendiri. Sebagian besar perhatian mereka tertuju pada pria paruh baya yang memiliki tubuh berotot itu.     

"Sepertinya orang yang baru datang itu akan menjadi pemenangnya!"     

"Kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu telah menghabiskan hampir semua kekuatan mereka. Bahkan jika mereka menggabungkan kekuatan mereka, mereka tidak akan bisa menandingi orang yang baru datang itu walaupun mereka semua sama-sama adalah Celestial Nirraga Lima Sambaran. Apakah itu berarti Pusaka Langit Tertinggi itu akan jatuh ke tangan pria berotot yang baru datang itu?     

Saat ini, kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran yang terluka itu akhirnya membuat keputusan untuk bersekutu.     

"Sial!"      

"Mari kita bersatu. Kalau tidak, kita pasti akan mati, dan dia akan bisa mendapatkan Pusaka Langit Tertinggi itu tanpa mengeluarkan usaha apapun!"     

Apakah kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran akan bisa menang setelah bersekutu? Jawabannya adalah tidak. Karena ketika keduanya terluka parah, mereka masih memiliki kekuatan yang sebanding dengan seorang Celestial Nirraga Empat Sambaran. Namun, kekuatan mereka tidak seberapa dibandingkan dengan kekuatan seorang Celestial Nirraga Lima Sambaran yang berada dalam kondisi terbaiknya! Setelah sepuluh serangan, kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran yang terluka itu dengan mudah dibunuh oleh pria paruh baya itu. Pria paruh baya itu tidak mengalami cedera sama sekali.     

Gan Ru Yan berpikir dalam hatinya, 'Kekuatan pria ini tampaknya sebanding dengan Di Chen, Naga Emas cakar Tujuh!' Berdasarkan hal itu, jelas pria paruh baya yang berotot itu lebih kuat dari kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu bahkan ketika mereka berada pada kondisi terbaik mereka.     

Orang-orang dalam kerumunan itu mulai membicarakannya di antara mereka sendiri lagi. Beberapa dari mereka merasa pria paruh baya berotot itu tidak tahu malu, sementara beberapa yang lain berpikir dia hanya bertindak pintar.     

"Dia jelas lebih kuat dari kedua Celestial Nirraga Lima Sambaran itu!"     

"Dia terlalu tak tahu malu! Meskipun dia jelas lebih kuat dari mereka, dia tetap menunggu sampai mereka berdua terluka sebelum ia bergerak!"     

"Bagaimana bisa itu tidak tahu malu? Dia hanya bertindak pintar. Jika dia muncul di awal, dia mungkin hanya bisa mengalahkan salah satu dari keduanya. Terlebih lagi, jika keduanya bersekutu dari awal, dia bahkan mungkin bisa kalah. "     

Wuuss!     

Persis seperti sebuah embusan angin, pria paruh baya yang berotot itu bergerak dan muncul kembali di dekat saber berbentuk bulan sabit yang merupakan Pusaka Langit Tertinggi itu. Matanya bersinar saat melihat saber bulan sabit itu. "Saber Langit ini milikku!" Dia mengangkat tangannya dan bersiap untuk menghancurkan Formasi yang menyelimuti Pusaka Langit Tertinggi itu.     

Pada saat yang sama, mereka yang menyaksikan masih terus memperbincangkannya di kalangan mereka sendiri.     

"Kita telah bekerja setengah hari, namun, pada akhirnya, kita tidak mendapatkan apa-apa!" Seorang Celestial Nirraga Empat Sambaran tidak bisa menahan tawanya yang getir.     

"Dia terlalu kuat. Aku khawatir tidak banyak Celestial Nirraga Lima Sambaran di Zona Rahasia Luar Langit ini yang lebih kuat darinya. "     

"Ini semata bukan hanya tentang kekuatannya. Dia sangat sabar dan juga licik!"     

Semua orang, termasuk Gan Ru Yan, mengira Pusaka Langit Tertinggi itu pasti akan jatuh ke tangan pria paruh baya yang berotot itu saat ini. Namun, hidup selalu tidak terduga.     

Sebuah suara tua terdengar di udara saat seorang lelaki tua yang mengenakan jubah abu-abu muncul. "Siapa bilang Pusaka Langit Tertinggi itu milikmu?" Dia menatap tajam pada pria paruh baya dengan tubuh berotot yang sedang bersiap untuk menghancurkan Formasi yang menyelimuti Pusaka Langit Tertinggi itu. Dia menatap pria paruh baya itu seolah-olah dia sedang melihat orang mati.     

Semua orang, termasuk pria paruh baya yang berotot itu, tidak menyadari kehadiran lelaki tua itu.     

Sementara Gan Ru Yan menatap lelaki tua itu, sebuah embusan angin bertiup melewati telinganya. Sebuah suara yang sangat menyenangkan telinganya terdengar. "Kakak."     

"Ke'er?" Seru Gan Ru Yan terkejut saat ia berbalik untuk melihat ke arah sumber suara itu, ia tidak lagi peduli dengan lelaki tua yang baru saja muncul itu. Dia melihat seorang wanita yang berparas serupa dengannya telah berdiri di sampingnya. Wanita itu tidak lain adalah saudara kembarnya, Ke'er.     

"Kakak, kau telah menerobos ke Bentuk Ketujuh Tahap Malaikat Kayangan?" Kemunculan Ke'er tidak banyak menarik perhatian karena perhatian kebanyakan orang terfokus pada lelaki tua berpakaian abu-abu itu.     

Kerumunan itu kembali menjadi gempar.     

"A-apakah dia juga seorang Celestial Nirraga Lima Sambaran?" Kebanyakan mereka yang menjadi terkejut dengan perkembangan ini.     

Sementara itu, Gan Ru Yan menganggukkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Ke'er. "Hm." Namun, sebersit rasa ragu dan rasa penasaran terlihat di matanya saat menatap Ke'er. Dia masih ingat adegan ketika Ke'er menghilang ke dalam lubang hitam itu. Menurut Mu Yi Yi, kekuatan Ke'er, pada waktu itu, sebanding dengan seorang Celestial Nirraga Tiga Sambaran atau bahkan mungkin lebih kuat!     

Meskipun Gan Ru Yan senang melihat perkembangan adiknya, dia merasa penasaran dan bingung. Bagaimana kakaknya menjadi begitu kuat? Dia membuka mulutnya untuk mengajukan pertanyaan yang membara di benaknya, "Ke'er ..."     

Blaarr!     

Sebuah ledakan keras menghentikan niat Gan Ru Yan saat ini. Dia menoleh ke arah sumber ledakan itu dan menemukan bahwa pria setengah baya berotot itu telah terbunuh oleh lelaki tua berpakaian abu-abu itu.     

Sebelum pria paruh baya berotot itu tewas, dia masih sempat tersentak. "Celestial... Celestial Nirraga Enam Sambaran..." Itu adalah kata-kata terakhirnya.     

Orang-orang yang hadir di tempat kejadian itu merasa jantung mereka berdetak kencang ketika mendengar kata-kata pria paruh baya yang berotot itu saat sekarat.     

" Celestial Nirraga Enam Sambaran?"     

"D-dia adalah pemenang sebenarnya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.